Rabu, 11 Juni 2014

PENGEMBANGAN SISTEM TIGA STRATA TERHADAP MANAJEMEN LINGKUNGAN PETERNAKAN

A.    SISTEM TIGA TRATA
Ketersediaan pakan sepanjang tahun dapat diatasi dengan menggunakan sistem tiga strata (STS). Sistem Tiga Strata adalah cara penanaman rumput, leguminosa, semak dan pohon-pohon sedemikian rupa sehingga hijauan pakan tersedia sepanjang tahun. Pertama kali sistem ini dikembangkan oleh petani Bali dengan membagi lahan menjadi berlapis-lapis. Lapisan pertama terdiri dari rumput dan legum yang dimaksudkan untuk menyediakan pakan awal musim penghujan, lapisan kedua terdiri dari semak-semak yang dimaksudkan untuk menyediakan pakan pada pertengahan dan akhir musim penghujan, lapis ketiga terdiri dari pepohonan dimaksudkan untuk menyediakan pakan pada musim kemarau (Proyek Pengembangan Penyuluhan Kehutanan, 1997).
Dampak atau pengaruh positif STS adalah meningkatkan produksi palawija pada bahan inti STS akibat kecenderungan peningkatan kesuburan tanah. Peningkatan kuantitas hijauan pakan 20% untuk masing-masing stratum (lapisan) selain peningkatan kualitas hijauan pakan karena stelo, centro, gamal dan lamtoro adalah tanaman legum yang daunnya mengandung 25-30% protein kasar (Nitis et al., 2000).  .


B.     KESUBURAN LAHAN PADA SISTEM TIGA STRATA

Sistem tiga strata integrasikan tanaman legum untuk perbaikan kesuburan tanah karena sumbangan nitrogen dari nodul pada akar, (Nitis et al., 2000).  Tanaman legum merupakan sumber bahan organik yang murah dan berperan dalam membangun dan mempertahankan kesuburan tanah. Jumlah bahan organik yang dikembalikan ke dalam tanah perlu diperhitungkan karena memiliki banyak manfaat. Bahan organik mengandung lebih banyak unsur yang dalam bentuk tersedia bagi tanaman, hara yang terkandung dilepaskan secara perlahan-lahan sehingga ketersediaan hara sesuai pertumbuhan tanaman serta mempercepat penyerapan unsur tertentu serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, (Soetanto 2002). Selanjutnya dikatakan bahwa bahan organik yang berasal dari pupuk hijau seperti legum dapat mencegah proses pelindian unsur hara.
Kandungan bahan organik dari tanaman legum ini dapat bermanfaat bagi tanaman berikutnya. Menurut Reijntjes (1999) bahwa bahan organik yang terdapat dalam tanah dapat menjamin kondisi tanah yang mendukung bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu dikatakan pula bahwa perakaran legum dapat meningkatkan daya ikat tanah sehingga tidak terbawa oleh erosi dan dapat meningkatkan bahan organik tanah, Purwanto (2007). Dengan demikian kontribusi bahan organik dari tanaman legum memiliki peran yang cukup berarti bagi pengembangan pertanian.
C.    PENYEDIAAN PAKAN SEPANJANG TAHUN

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan hijauan pakan adalah iklim, tanah, spesies hijauan dan manajemen. Produksi hijauan pakan terutama pada daerah non irigasi akan melimpah pada musim penghujan, sebaliknya pada musim kemarau produksi sangat rendah (Utomo, 1988). Ketersediaan pakan sepanjang tahun dapat diatasi dengan menggunakan sistem tiga strata.  Pada lahan hutan produksi lahan lebih terbuka untuk pengembangan hijauan pakan yaitu: pada periode-periode permulaan, sebagai usaha diversifikasi kehutanan untuk menghasilkan hijauan pakan kualitas unggul (lamtoro, kaliandra, albizia) secara komersial, pengembangan hijauan pakan ditepi-tepi hutan, baik berupa daerah penyangga maupun sekedar sebagai pasar hidup          (Hasnudi et al., 2004). Komposisi botani pakan hijuan yang diberikan ternak pada 4 bulan musim hujan sebagian besar terdiri dari rumput dan legum, pada 4 bulan awal musim kering sebagian besar terdiridari daun semak, sedangkan pada 4 bulan akhir musim kering sebagian besar terdiridari daun pohon pakan ( Nitis et al., 2000)

D.    PRODUKTIVITAS TERNAK PADA SISTEM TIGA STRATA

Pemberian pakan STS, selain mampu menyediakan jumlah yang cukup juga kualitasnya sesuai dengan kebutuhan ternak untuk aktivitas fisiologis berikutnya. Bobot lahir maupun bobot sapih yang lebih berat pada STS menunjukkan bahwa kualitas pakan lebih baik pada STS. Hal ini juga dilaporkan oleh Putra (2006a) dan Putra (2006b) bahwa dengan pemberian daun gamal yang ada pada STS, mampu meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas mikroba rumen dalam mendegradasi pakan. Dengan demikian, produk fermentasi rumen (metabolit rumen) sebagai produk antara dari proses pencernaan dapat dimanfaatkan secara lebih efisien oleh ternak induk untuk aktivitas fisiologisnya, sehingga kondisi fisiologis ini dapat menyediakan metabolit rumen yang relatif lebih banyak, dan dapat dimanfaatkan oleh ternak secara lebih efisien, baik untuk pertumbuhan induk selama umur kebuntingan, sehingga menghasilkan bobot lahir yang lebih tinggi, dan mempercepat perbaikan kondisi tubuh induk pascapartus serta pencapaian bobot sapih yang lebih tinggi.
KESIMPULAN
Sistem tiga strata adalah sistem penanaman dan pemotongan rumput, legum, semak dan pohon sehingga hijauan pakan ternak tersedia sepanjang tahun. Sistem tiga strata integrasikan tanaman legum mampu memberikan kesuburan tanah karena sumbangan nitrogen dari nodul pada akar. Ketersediaan pakan sepanjang tahun dapat diatasi dengan menggunakan sistem tiga strata. Pemberian pakan STS, selain mampu menyediakan jumlah yang cukup juga kualitasnya sesuai dengan kebutuhan ternak untuk aktivitas fisiologis berikutnya. Bobot lahir maupun bobot sapih yang lebih berat pada STS menunjukkan bahwa kualitas pakan lebih baik pada STS.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, S. Pedoman Teknis Perluasan Areal Kebun Hijauan Makanan Ternak.Kementrian Pertanian, Jakarta.
Azmi dan Gunawan. 2007. Usaha tanaman-ternak kambing melalui sistem integrasi.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu, Bengkulu. Seminar NasionalTeknologi Peternakan dan Veteriner. Hal:523-531.
BPTP. 2011. Budidaya Hijauan Makanan Ternak. Lembang, Jawa Barat.
Hasnudi., S. Umar., dan I. Sembiring. 2004. Kumpulan Konsep Sumbang SaranUntuk Kemajuan Dunia Peternakan Di Indonesia. Jurusan Peternakan, FakultasPertanian, Universitas Sumatera Utara. 
Nitis, I., K. Lana., dan A. W. Puger. 2000. Pengalaman pengembangan tanamanternak berwawasan lingkungan di Bali. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak,Fakultas Peternakan. Universitas Udayana, Denpasar, Bali. Seminar NasionalSistem Integrasi Tanaman-Ternak. Hal: 44-52.
Purwanto I. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Utomo, R. 1988. Hijauan Makanan Ternak dan Pengawetan. Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar