A. SISTEM TIGA
TRATA
Ketersediaan pakan sepanjang tahun dapat diatasi dengan menggunakan
sistem tiga strata (STS). Sistem Tiga Strata adalah cara penanaman rumput,
leguminosa, semak dan pohon-pohon sedemikian rupa sehingga hijauan pakan
tersedia sepanjang tahun. Pertama kali sistem ini dikembangkan oleh petani Bali
dengan membagi lahan menjadi berlapis-lapis. Lapisan pertama terdiri dari
rumput dan legum yang dimaksudkan untuk menyediakan pakan awal musim penghujan,
lapisan kedua terdiri dari semak-semak yang dimaksudkan untuk menyediakan pakan
pada pertengahan dan akhir musim penghujan, lapis ketiga terdiri dari pepohonan
dimaksudkan untuk menyediakan pakan pada musim kemarau (Proyek Pengembangan
Penyuluhan Kehutanan, 1997).
Dampak atau pengaruh positif STS adalah meningkatkan produksi palawija
pada bahan inti STS akibat kecenderungan peningkatan kesuburan tanah.
Peningkatan kuantitas hijauan pakan 20% untuk masing-masing stratum (lapisan)
selain peningkatan kualitas hijauan pakan karena stelo, centro, gamal dan
lamtoro adalah tanaman legum yang daunnya mengandung 25-30% protein kasar
(Nitis et al., 2000). .
B. KESUBURAN
LAHAN PADA SISTEM TIGA STRATA
Sistem
tiga strata integrasikan tanaman legum untuk perbaikan kesuburan tanah karena
sumbangan nitrogen dari nodul pada akar, (Nitis et al., 2000). Tanaman
legum merupakan sumber bahan organik yang murah dan berperan dalam membangun
dan mempertahankan kesuburan tanah. Jumlah bahan organik yang dikembalikan ke
dalam tanah perlu diperhitungkan karena memiliki banyak manfaat. Bahan organik
mengandung lebih banyak unsur yang dalam bentuk tersedia bagi tanaman, hara
yang terkandung dilepaskan secara perlahan-lahan sehingga ketersediaan hara
sesuai pertumbuhan tanaman serta mempercepat penyerapan unsur tertentu serta
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, (Soetanto 2002). Selanjutnya
dikatakan bahwa bahan organik yang berasal dari pupuk hijau seperti legum dapat
mencegah proses pelindian unsur hara.
Kandungan
bahan organik dari tanaman legum ini dapat bermanfaat bagi tanaman berikutnya.
Menurut Reijntjes (1999) bahwa bahan organik yang terdapat dalam tanah dapat
menjamin kondisi tanah yang mendukung bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu
dikatakan pula bahwa perakaran legum dapat meningkatkan daya ikat tanah
sehingga tidak terbawa oleh erosi dan dapat meningkatkan bahan organik tanah,
Purwanto (2007). Dengan demikian
kontribusi bahan organik dari tanaman legum memiliki peran yang cukup berarti
bagi pengembangan pertanian.
C. PENYEDIAAN
PAKAN SEPANJANG TAHUN
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan hijauan pakan adalah iklim, tanah, spesies
hijauan dan manajemen. Produksi hijauan pakan terutama pada daerah non irigasi
akan melimpah pada musim penghujan, sebaliknya pada musim kemarau produksi
sangat rendah (Utomo, 1988). Ketersediaan pakan sepanjang tahun dapat diatasi
dengan menggunakan sistem tiga strata. Pada lahan hutan produksi lahan lebih terbuka untuk
pengembangan hijauan pakan yaitu: pada periode-periode permulaan,
sebagai usaha diversifikasi kehutanan untuk menghasilkan hijauan pakan
kualitas unggul (lamtoro, kaliandra, albizia) secara komersial, pengembangan
hijauan pakan ditepi-tepi hutan, baik berupa
daerah penyangga maupun sekedar sebagai pasar hidup (Hasnudi et al., 2004). Komposisi botani pakan hijuan yang
diberikan ternak pada 4 bulan musim hujan
sebagian besar terdiri dari rumput dan legum, pada 4 bulan awal musim
kering sebagian besar terdiridari daun semak, sedangkan pada 4 bulan akhir
musim kering sebagian besar terdiridari daun pohon pakan ( Nitis et al.,
2000)
D. PRODUKTIVITAS
TERNAK PADA SISTEM TIGA STRATA
Pemberian pakan
STS, selain mampu menyediakan jumlah yang cukup juga kualitasnya sesuai dengan
kebutuhan ternak untuk aktivitas fisiologis berikutnya. Bobot
lahir maupun bobot sapih yang lebih berat pada STS menunjukkan bahwa kualitas
pakan lebih baik pada STS. Hal ini juga dilaporkan oleh Putra (2006a) dan Putra
(2006b) bahwa dengan pemberian daun gamal yang ada pada STS, mampu meningkatkan
pertumbuhan dan aktivitas mikroba rumen dalam mendegradasi pakan. Dengan
demikian, produk fermentasi rumen (metabolit rumen) sebagai produk antara dari
proses pencernaan dapat dimanfaatkan secara lebih efisien oleh ternak induk
untuk aktivitas fisiologisnya, sehingga kondisi fisiologis ini dapat
menyediakan metabolit rumen yang relatif lebih banyak, dan dapat dimanfaatkan
oleh ternak secara lebih efisien, baik untuk pertumbuhan induk selama umur
kebuntingan, sehingga menghasilkan bobot lahir yang lebih tinggi, dan
mempercepat perbaikan kondisi tubuh induk pascapartus serta pencapaian bobot
sapih yang lebih tinggi.
KESIMPULAN
Sistem tiga strata adalah sistem penanaman dan
pemotongan rumput, legum, semak dan pohon sehingga hijauan pakan ternak
tersedia sepanjang tahun. Sistem tiga strata integrasikan tanaman legum mampu
memberikan kesuburan tanah karena sumbangan nitrogen dari nodul pada akar.
Ketersediaan pakan sepanjang tahun dapat diatasi dengan menggunakan sistem tiga
strata.
Pemberian pakan STS, selain mampu menyediakan jumlah yang cukup
juga kualitasnya sesuai dengan kebutuhan ternak untuk aktivitas fisiologis
berikutnya.
Bobot
lahir maupun bobot sapih yang lebih berat pada STS menunjukkan bahwa kualitas
pakan lebih baik pada STS.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, S.
Pedoman Teknis Perluasan Areal Kebun Hijauan Makanan Ternak.Kementrian
Pertanian, Jakarta.
Azmi dan
Gunawan. 2007. Usaha tanaman-ternak kambing melalui sistem integrasi.Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu, Bengkulu. Seminar NasionalTeknologi
Peternakan dan Veteriner. Hal:523-531.
BPTP. 2011.
Budidaya Hijauan Makanan Ternak. Lembang, Jawa Barat.
Hasnudi., S.
Umar., dan I. Sembiring. 2004. Kumpulan Konsep Sumbang SaranUntuk Kemajuan
Dunia Peternakan Di Indonesia. Jurusan Peternakan, FakultasPertanian,
Universitas Sumatera Utara.
Nitis, I., K. Lana., dan A. W. Puger. 2000. Pengalaman pengembangan tanamanternak berwawasan
lingkungan di Bali. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak,Fakultas Peternakan.
Universitas Udayana, Denpasar, Bali. Seminar NasionalSistem Integrasi
Tanaman-Ternak. Hal: 44-52.
Purwanto I. 2007. Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Utomo, R. 1988. Hijauan Makanan Ternak dan Pengawetan. Fakultas
Peternakan UGM, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar