Minggu, 01 Februari 2015

PERAN NUTRIEN DALAM MENDUKUNG PROSES REPRODUKSI TERNAK

Oleh:
Harum Ishma Savitri
23010112130093
S-1 Peternakan, FPP, UNDIP 2012

                Nutrien yang dibutuhkan oleh ternak meliputi karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin dan air. Masing-masing nutrisi memiliki fungsi yang berbeda. Nutrien atau zat makanan sangat dibutuhkan oleh hewan untuk pembentukan jaringan tubuh, sintesa produksi susu, sintesa telur, pembentukan tenaga (energi), mengaktifkan kerja enzim dan hormone serta untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok berupa kontraksi otot dan organ tubuh. Pada ternak sapi, proses reproduksi dapat berjalan secara normal jika kebutuhan nutrisi pakan yang baik untuk pertumbuhan dan reproduksi dapat terpenuhi dengan optimal. Air, energi, protein, mineral dan vitamin sangat diperlukan untuk proses reproduksi yang normal. Selain itu, nutrisi pakan tersebut dibutuhkan dalam proses metabolisme tubuh, pertumbuhan dan produksi susu. Peranan status nutrisi terhadap kemampuan reproduksi adalah menginisiasi kebuntingan, menjaga nutrisi untuk pertumbuhan fetus yang normal dan menghindari komplikasi post partus seperti retensio plasenta dan milk fever (Winugroho 2002).

Karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber energi dasar untuk semua binatang. Hewan mendapatkan karbohidrat mereka dari lingkungan eksternal (dibandingkan dengan tanaman, yang mensintesis karbohidrat oleh fotosintesis). Sekitar satu setengah sampai dua pertiga dari total kalori setiap binatang mengkonsumsi harian dari karbohidrat. Glukosa adalah karbohidrat yang paling sering digunakan sebagai sumber energi. Monosakarida ini dimetabolisme selama respirasi selular dan bagian dari energi digunakan untuk mensintesis adenosin trifosfat ( ATP ). Karbohidrat yang berguna lainnya adalah maltosa, laktosa, sukrosa, dan pati.

Protein
Berdasarkan peranan atau fungsi biologinya, protein dibedakan atas protein pembangun, protein pelindung, protein hormone, protein kontraktil, protein enzim, protein pengangkut dan protein simpanan. Protein pembangun adalah sebagai pembentuk struktur bahan atau jaringan, seperti otot, bulu. Protein enzim berfungsi sebagai biokatalisator dalam mengatalisis reaksi metabolism. Protein pengangkut atau transport yauti hemoglobin, seruloplasmin, serum albumin, lipoprotein dan mioglobin. Protein tersebut  berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan. Pengangkut tembaga, albumin, asam lemak dan lipid ke dalam darah. Protein pelindung merupakan protein spesifik yang umumnya terdapat dalam darah dan berperan melindungi serangan zat asing yang masuk dalam tubuh. Protein nutrient adalah jenis protein yang disimpan atau dibuat sebagai cadangan untuk berbagai proses metabolism. Proteohormon atau protein hormone merupakan protein yang telah diekskresikan oleh kelenjar tertentu langsung digunakan oleh darah untuk proses metabolism tertentu. Seperti, GH, STH, ACTH, TSH, LH, MSH dan insulin yang memiliki fungsi tersendiri.

Lemak
Fungsi lemak umumnya yaitu sebagai sumber energi, bahan baku hormon, membantu transport vitamin yang larut lemak, sebagai bahan insulasi terhadap perubahan suhu, serta pelindung organ-organ tubuh bagian dalam. Lemak sebagai bahan baku hormon juga sangat berpengaruh terhadap proses fisiologis di dalam tubuh, contohnya yaitu pembuatan hormon seks. Lipid digunakan untuk membentuk membran sel dan organel, selubung yang mengelilingi serabut saraf, dan hormon tertentu.

Mineral
Mineral diperlukan oleh hewan dalam jumlah yang cukup. Mineral berfungsi sebagai pengganti zat-zat mineral yang hilang, untuk pembentukan jaringan-jaringan pada tulang, urat dan sebagainya serta untuk berproduksi. Mineral dibutuhkan oleh hewan dalam jumlah yang cukup. Bagi ternak ruminansia, mineral selain digunakan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri juga digunakan untuk mendukung dan memasok kebutuhan mikroba rumen. Pada ternak ruminansia, selama siklus laktasi terdapat perbedaan antara beberapa periode dalam metabolisme mineral. Pada awal laktasi terjadi pengurasan mineral dari dalam tubuh, hal ini disebabkan mineral diperlukan untuk sintesis air susu. Mineral di dalam rumen dibutuhkan oleh mikroba untuk pembentukan vitamin B dan protein. Zn dapat mempercepat sintesa protein oleh mikroba melalui pengaktifan enzim-enzim mikroba. Suplementasi Zn dapat meningkatkan ketahanan sapi perah terhadap mastitis. Mineral Co berperan dalam sintesis vitamin B12. Mineral Cu dan Co bersama-sama dapat memperbaiki daya cerna serat kasar. Sulfur adalah salah satu unsur penting yang mempengaruhi proses fermentasi dalam rumen.

Vitamin
Kebutuhan vitamin pada ternak terutama digunakan untuk pertumbuhan, kesehatan, konversi ransum, reproduksi dan pemeliharaan. Vitamin A yang meliputi hampir di semua bagian tubuh yang berperan membantu proses metabolisme. Defisiensi vitamin A pada ternak akan mengakibatkan keratinisasi pada jaringan epithel, mengganggu sistem pernafasan, saluran pencernaan, reproduksi dan saluran urine serta gangguan penglihatan. Vitamin D berfungsi untuk membantu absorbsi dan metabolisme kalsium dan phosphor. Jika kekurangan vitamin D akan mengganggu pertumbuhan normal tulang, tulang menjadi lunak baik pergelangan tangan dan kaki, dan kekurangan secara regular akan mengakibatkan rakhitis. Pada ternak rakhitis terjadi pada anak yang baru lahir sebagai akibat defesien vitamin D pada saat kebuntingan. Vitamin E berfungsi untuk memperbaiki fertilitas dan sebagai antioksidan, defisiensi vitamin E akan mempengaruhi proses reproduksi. Vitamin K berfungsi untuk membantu proses penggumpalan darah, biasanya dapat disintesis oleh rumen.

Air

Air merupakan komponen sangat penting bagi kehidupan mahluk hidup. Tanpa air, kemungkinan tidak akan berlangsung kehidupan. Beberapa fungsi air, khususnya pada binatang ternak antara lain: Air berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh. Air berperan besar dalam membantu proses pencernaan. Air berfungsi untuk mengeluarkan bahan-bahan tak berguna di dalam tubuh, baik dalam bentuk keringan, urine, maupun feses (80% air). Air berfungsi sebagai pelumas persendian serta membantu mata untuk dapat melihat.  Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan air pada hewan ternak, antara lain jenis ternak, umur, ternak, suhu lingkungan, jenis pakan yang diberikan, volume pakan ternak yang diberikan, serta aktivitas yang dilakukan. Bagi sapi pekerja, kebutuhan airnya akan lebih tinggi daripada sapi potong. Pada umumnya hewan ternak dapat mencukupi kebutuhan air dari air minum, air dalam nutrisi pakan serta air metabolik yang berasal dari glugosa, lemak dan protein. Bagi sapi pekerja dewasa, kebutuhan air minum yang harus disediakan kurang lebih 35 liter per hari, sedangkan bagi sapi dewasa lain cukup 25 liter per hari.

TOTAL MIX RATION

A.    Pengertian Total Mixed Ration
Total Mixed Ration atau biasa disebut pakan komplit adalah jenis pakan yang cukup mengandung nutrient untuk hewan dalam tingkat fisiologisnya tertentu yang dibentuk dan diberikan sebagai satu-satunya pakan yang mampu memenuhi kehidupan pokok dan produksi tanpa substansi lain, kecuali air. Pakan komplit biasanya berasal dari bahan limbah pertanian yang nilai kualitasnya rendah kemudian dilakukan pengolahan bahan pakan sehingga meningkat nilai kualitasnya.

B.     Kegunaan Total Mixed Ration
1.    Meningkatkan daya guna limbah pertanian
2.    Meningkatkan kapasitas pemeliharaan
3.    Efisiensi waktu dan tenaga
4.    Meningkatkan TDN dari limbah pertanian
5.    Meningkatkan viabilitas
6.    Menyediakan pakan pada musim paceklik pakan
7.    Meningkatkan terhadap control kualitas ternak
8.    Meningkatkan palatabilitas

C.     Komposisi Total Mixed Ration
Total Mixed Ransum dalam bentuk mesh akan memberikan hasil yang optimal dibandingkan dengan pemberian pakan hijauan dsn konsentrat secara terpisah. Cara pembuatan pakan komplit bentuk mash adalah semua bahan pakan digiling, kemudian dicampur hingga homogen. Contoh formula pakan komplit bentuk mash.
No
Bahan Pakan
Persentase (%)
1.
Kulit Singkong
30
2.
Dedak Padi
20
3.
Kangkung Kering
15
4.
Kopra
10
5.
Slamper Jagung
10
6.
Jagung Giling
8
7.
Konsentrat Broiler
4
8.
Starbio
0,5
9.
Tetes
1
10.
Urea
1
11.
Garam
0,5


D.    Formula Total Mixed Ration tersebut diperuntukkaan pada penggemukan domba.

PROTEKSI PROTEIN AMPAS KECAP SEBAGAI SUPLEMENTASI FEED BURGER PAKAN LENGKAP DARI BATANG PISANG

PROTEKSI PROTEIN AMPAS KECAP SEBAGAI SUPLEMENTASI  FEED BURGER PAKAN LENGKAP DARI BATANG PISANG

H. I. Savitri. 23010112130093
Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro


Menelaah dari tige jurnal sebagai berikut:

Pengaruh Proteksi Protein Ampas Kecap Dengan Tanin terhadap Konsentrasi Amonia, Produksi Protein Total dan Persentase Rumen Undegraded Dietary Protein Secara In Vitro

N. S. Mayangsari, A. Subrata dan M. Christiyanto
Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang

Pengaruh Pencampuran Cairan Batang Pisang dan Pemanasan terhadap
Degradasi Bungkil Kedelai di dalam Rumen Domba

D. Yulistiani, W. Puastuti dan I W. Mathius
Balai Penelitian Ternak, Bogor

Nilai Nutrisi Batang Pisang dari Produk Bioproses (Ensilage) Sebagai Ransum Lengkap

Tidi Dhalika, Atun Budiman, Budi Ayuningsih dan Mansyur
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran






PENDAHULUAN


Ampas kecap merupakan limbah dari agro industro kecap yang berbahan dasar kedelai. Biji kedelai merupakan bahan makanan yang mempuyai kadar protein yang cukup tinggi, yaitu sekitar 35 % .Dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan kecap secara fermentasi ,protein yang terdapat dalam kecap hanya sekitar 7 %, sedangkan sisanya ikut terbuang dalam ampas kecap. Setelah proses fermentasi, 65% protein masih tertinggal pada ampas kecap. Protein yang tertinggal pada ampas kecap kebanyakan berasal dari protein biji kedelai. Jadi dalam ampas kecap, protein yang dikandung masih cukup banyak , sedangkan ampas kecap tersebut oleh pengusaha – pengusaha pabrik kecap dibuang begitu saja.
Tanaman pisang (Musa paradisiaca) merupakan salah satu tanaman yang mampu hidup diberbagai musim sehingga hampir semua daerah di Indonesia banyak membudidayakannya. Salah satu limbah yang dikeluarkan dari proses budidaya tanaman pisang dan memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai komponen ransum ternak adalah gedebog (batang) pisang sisa panen. Kelemahan gedebog pisang sebagai bahan pakan untuk ternak secara langsung dalam bentuk alami adalah nilai palatabilitas yang rendah. Adanya tannin suatu senyawa phenol yang akan mengganggu kecernaan bahan organik, khususnya protein dengan terbentuknya ikatan kompleks tannin-protein berlebihan yang sulit dicerna di dalam sistem pencernaan ruminansia, dan kandungan serat kasar yang tinggi.
Banyak factor yang berpengaruh pada kandungan nutrisi suatu bahan pakan. Sebagai contoh adalah pemanasan. Pemanasan pada tingkat tertentu dalam pengolahan suatu bahan pakan dapat menurunkan tingkat kecernaan bahan tersebut karena terbentuknya senyawa kimia baru yang menjadikan bahan pakan menjadi sulit untuk dicerna walaupun nampaknya mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi. Dengan rendahnya tingkat kecernaan maka penggunaan bahan pakan tersebut akan berkurang manfaatnya.
Melihat kenyataan tersebut maka perlu dilakuakan pengolahan bahan tersebut untuk meningkatkan kualitas nutrisi dan kecernaannya. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk mengatasi kendala pemanfaatan batang pisang sebagai komponen ransum ruminansia adalah aplikasi teknologi bioproses dengan metode fermentasi. Adanya proteksi protein ampas kecap dengan menambahkan nilai konsentrasi ammonia diterapkan agar dimanfaatkan kembali limbah tersebut sebagai bahan formulasi berbagai produk pakan. Hasil dari proteksi protein ampas tebu yang difermentasi kita formulasikan dengan bahan pakan dari limbah pertanian lainnya menjadi feed burger sebagai pakan lengkap (complete feed). Pengolahan ini bertujuan meningkatkan kualitas nutrisi bahan pakan, sekaligus untuk mengawetkannya.




TINJAUAN PUSTAKA


Produksi protein mikrobia rumen dipengaruhi oleh konsentrasi amonia karena bersama-sama dengan VFA (volatile fatty acids), merupakan bahan utama pembentuk protein tubuh mikroba rumen (Ridwan, 2006). Ampas kecap juga mampu menyediakan ammonias dan VFA untuk mikrobia rumen, dengan produksi NH3 sebesar mM dan VFA sebesar 131,73 mM. pakan sumber protein inijuga memberikan protein asal makanan yang lolos perombakan dalam jumlah yang cukup untuk pencernaan pasca rumen. Meningkatnya konsumsi RUP akan meningkatkan kemampuan asam amino untuk sekresi protein di dalam ambing (Kanjanaprutipong dan Buatong, 2002)
Proses perendaman dan pemanasan pada ampas kecap yang berulang kali dapat menyebabkan browning dan denaturasi protein. proses perendaman dan pemanasan pada ampas kecap yang berulang kali dapat menyebabkan browning dan denaturasi protein. Protein yang mengalami denaturasi dan reaksi browning relatif tahan terhadap degradasi dalam rumen. Oleh sebab itu, ampas kecap tidak perlu diproteksi lagi karena sudah tahan degradasi. Salah satu cara menurunkan degradasi dalam rumen yaitu browning dan denaturasi protein  (Santoso, 1998). 
Pengukuran degradasi dalam rumen sangat ditentukan oleh faktor kelarutan bahan pakan dan waktu inkubasi (Lubis, 1992). Degradabilitas dapat dijadikan salah satu indikator dalam menentukan kualitas ransum. Laju degradasi protein dan bahan organik yang bervariasi dipengaruhi oleh perbedaan kandungan nutrien (protein atau bahan organik), tipe protein (struktur dan kelarutan protein), interaksi nutrien khususnya karbohidrat dalam beberapa pakan atau dalam rumen dan kandungan serat kasar (Hermon, 2009).
Tanin mempunyai peranan dalam penghambatan aktivitas enzim proteolitik di dalam rumen sehingga kecernaan protein menurun. Namun campuran antara tanin dengan protein harus dalam keadaan seimbang untuk mendapatkan hasil proteksi protein yang optimal. Dalam penelitian ini meskipun rasio cairan batang pisang dinaikkan tetapi tidak diikuti dengan penurunan potensial degradasi protein (NORTON dan AHN, 1997)
Pemberian ransum suplemen ampas bir dan ampas kecap mampu meningkatkan konsumsi ransum, produksi susu, berat jenis susu, kadar lemak, kadar p[rotein, dan kadar laktosa susu serta selisih penerimaan dengan biaya pakan dibandingkan control. Semakin meningkatnya taraf penggunaan ransum suplemen menunjukkan konsumsi (BK, PK, dan ME) yang semakin meningkat. Pemberian ransum suplemen 1,5 kg/hari dapat meningkatkan produksi susu. Kadar lemak, BJ susu, kadar protein, laktosa, BK susu mengalami puncak peningkatan pada pemberian ransum suplemen 2 kg/hari tetapi hasil ini tidak berbeda dibandingkan control, pemberian ransum suplemen tidak mempengaruhi pH dan TPC namun pada pemberian ransum suplemen sebanyak 1,5 kg/hari menghasilkan jumlah bakteri susu yang cenderung lebih rendah dan pH yang cenderung tinggi dibandingkan control. Pemberian ransum suplemen pada semua taraf pemberian menghasilkan nilai efisiensi penggunaan pakan baik BK, PK, dan ME mengalami penurunan dibandingkan control (Arimbi, 2004)




METODE PENELITIAN


Proteksi Protein Ampas Kecap dengan Tanin

Penelitian untuk mengkaji upaya proteksi protein ampas kecap sebagai sumber protein ruminansia dengan menggunakan tanin yang bersumber dari daun mangrove dilakukan dua  tahap kegiatan. Tahap pertama adalah ekstraksi tanin daun mangrove. Langkah yang dilakukan yaitu daun mangrove digiling sampai halus kemudian masukkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan alkohol 96% dengan perbandingan 1 : 3 (50 g sampel : 150 ml pelarut) dan didiamkan selama 12 jam. Ekstrak yang diperoleh disaring dengan menggunakan kain bersih. Selanjutnya diuapkan hingga ekstrak lebih pekat kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 40°C untuk memperoleh kristal tanin.
Tahap kedua adalah proses proteksi protein ampas kecap sebagai pakan sumber protein dengan menggunakan tanin terkondensasi sebagai bahan proteksi. Bahan proteksi yang dipakai adalah tanin yang bersumber dari daun mangrove. Setelah diketahui kadar tanin terkondensasi dari ekstrak daun mangrove selanjutnya digunakan untuk proteksi ampas kecap. Penambahan tanin pada ampas kecap dilakukan dengan cara melarutkan tanin dengan aquades 5 ml kemudian larutan tersebut disemprotkan ke sampel sesuai dengan kebutuhan aras tanin menggunakan sprayer sambil diaduk hingga bercampur secara homogen kemudian dikering udarakan.

Pencampuran Cairan Batang Pisang dan Pemanasan terhadap Degradasi Bungkil Kedelai di dalam Rumen Domba

. Cairan batang pisang diperoleh dari pohon pisang yang dipotong antara 25 cm dari ujung atas sampai 25 cm dari atas bongkol. Batang pisang tersebut dicacah halus kemudian diperas untuk diperoleh cairannya, yang untuk selanjutnya siap utuk dipergunakan. Rasio tanin terkondensasi pada masing-masing campuran cairan batang pisang tersebut secara berurutan adalah setara dengan 2,48; 4,96 dan 7,44 mg/g bungkil kedelai. Campuran cairan batang pisang dan bungkil kedelai ini kemudian dikeringkan di dalam oven dengan dua perlakuan tingkat pemanasan yaitu 60 dan 90oC. Setelah kering, sampel kemudian digiling dengan ukuran saringan 2,5 mm untuk digunakan.
Degradasi subtstrat dilakukan dengan metode nylon bag, sebanyak 5 g sample dari bungkil kedelai yang tidak dicampur (kontrol) atau yang dicampur dengan cairan batang pisang dimasukkan kedalam kantong polyester berukuran 9 x 5 cm dan dengan porositas 45 µm. Setiap sampel dipersiapkan secara duplo. Semua kantong direndam dalam air selama 5 menit untuk mengeluarkan udara yang ada dalam kantong, untuk selanjutnnya dimasukkan ke dalam rumen domba melalui fistula untuk diinkubasi selama 48, 24, 16, 8, 4 dan 2 jam. Setelah diinkubasi semua kantong termasuk kantong inkubasi 0 jam, secepatnya dicuci dibawah kran air yang mengalir sampai warna air dari kantong berwarna jernih, kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 60oC selama 72 jam.

Pengolahan Batang Pisang sebagai Feed Burger

Dalam pengolahan feed burger, tahap pertama adalah pembuatan fermentasi batang pisang terlebih dahulu. Tahap selanjutnya mencampurkan hasil fermentasi dengan ampas kecap dan bahan lainnya. Fermentasi dilakukan dengan cara, batang pisang yang sudah dilayukan dicacah dengan ukuran antara 3-5 cm, timbang sesuai dengan kebutuhan.  hamparkan pada lantai tembok yang sudah disediakan. Molasses sebagai bahan imbuhan (zat aditif) untuk mempercepat proses fermentasi ditimbang sesuai dengan kebutuhan dan menebarkan secara merata diatas permukaan hamparan cacahan batang pisang dan mencampurnya sampai merata. Memadatkan dan memasukkan ke dalam tempat yang kedap oksigen dan disimpan jangan dibuka sampai 3 minggu. Hasil fermentasi kemudian dicampurkan dengan ampas kecap yang sudah terproteksi proteinnya dan dedak padi sesuai dengan kebutuhan. Setelah merata, masukkan kedalam kantong plastic dan sedot udara yang ada di dalamnya serta pastikan tidak ada kebocoran di dalamnya. Membiarkan proses fermentasi berlangsung dan buirger siap disajikan ke ternak. 



HASIL DAN PEMBAHASAN


Proteksi Protein Ampas Kecap dengan Tanin

Berdasarkan hasil penelitian bahwa proteksi protein ampas kecap menggunakan tanin daun mangrove nyata menurunkan konsentrasi amonia (NH3) pada 3 jam inkubasi tetapi tidak mempengaruhi produksi protein total dan persentase RUDP nya. Adanya pengaruh terhadap konsentrasi NH3 pada ampas kecap. Penambahan tanin 0,25% mampu menurunkan konsentrasi NH3, tetapi peningkatan aras tanin sampai 0,75% tidak menyebabkan penurunan lebih lanjut. Penurunan konsentrasi amonia dalam hasil penelitian ini dikarenakan tanin mampu memproteksi protein dari degradasi rumen. Sesuai dengan pendapat Ridwan (2006) Produksi protein mikrobia rumen dipengaruhi oleh konsentrasi amonia karena bersama-sama dengan VFA (volatile fatty acids), merupakan bahan utama pembentuk protein tubuh mikroba rumen.
Hasil analisis variansi terhadap nilai produksi protein total menunjukkan bahwa aras tanin sampai 0,75% tidak berpengaruh terhadap produksi protein total. Hal ini disebabkan karena ampas kecap adalah hasil akhir pembuatan kecap yang telah mengalami beberapa kali proses pengolahan sehingga kandungan protein di dalam ampas kecap berkurang telah mengalami denaturasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso (1998) Proses perendaman dan pemanasan pada ampas kecap yang berulang kali dapat menyebabkan browning dan denaturasi protein. proses perendaman dan pemanasan pada ampas kecap yang berulang kali dapat menyebabkan browning dan denaturasi protein. Protein yang mengalami denaturasi dan reaksi browning relatif tahan terhadap degradasi dalam rumen. Oleh sebab itu, ampas kecap tidak perlu diproteksi lagi karena sudah tahan degradasi. Salah satu cara menurunkan degradasi dalam rumen yaitu browning dan denaturasi protein.
Hasil analisis variansi terhadap nilai persentase RUDP menunjukkan bahwa aras tanin sampai 0,75% tidak berpengaruh terhadap persentase RUDP. Rata-rata persentase RUDP ampas kecap pada perlakuan T0, T1, T2 dan T3 yang relatif sama disebabkan oleh mikroba mendegradasi protein ampas kecap relatif sama pada seluruh perlakuan. Persentase RUDP yang tidak berbeda nyata (p>0,05) seiring dengan penambahan aras tanin mengindikasikan bahwa proteksi tanin pada ampas kecap tidak mampu melindungi protein dari degradasi di dalam rumen. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya ampas kecap tidak perlu lagi diproteksi.

Pencampuran Cairan Batang Pisang dan Pemanasan terhadap Degradasi Bungkil Kedelai di dalam Rumen Domba

Bungkil kedelai yang dicampur dengan cairan batang pisang pada rasio 1 :  dan dipanaskan pada 60oC mempunyai tingkat degradasi yang paling rendah. terlihat adanya pengaruh interaksi dari pada tingkat rasio cairan batang pisang dengan tingkat pemanasan. Kelarutan BK (fraksi A) tertinggi terjadi pada pencampuran cairan batang pisang pada rasio 1:2 yang dipanaskan pada 90oC.
Terjadi penurunan kecepatan degaradasi dan penurunan potensial degradasi protein pada bungkil kedelai yang dicampur dengan cairan batang pisang. Data menunjukkan terjadinya pengaruh proteksi protein dari tanin cairan batang pisang namun pengaruh rasio pencampuran ini tidak konsisten. Oleh karena itu untuk penelitian berikutnya akan lebih baik apabila tanin dari cairan batang pisang ini diekstraksi terlebih dahulu dan menjadi lebih pekat atau dibuat tepung sehingga pengaruh tanin tidak dipengaruhi oleh kandungan air yang ada dalam cairan pisang.
Hal ini menunjukkan bahwa adanya kandungan tanin dalam cairan batang pisang melindungi protein bungkil kedelai dari degradasi di dalam rumen. Menurut NORTON dan AHN (1997) tanin mempunyai peranan dalam penghambatan aktivitas enzim proteolitik di dalam rumen sehingga kecernaan protein menurun. Namun campuran antara tanin dengan protein harus dalam keadaan seimbang untuk mendapatkan hasil proteksi protein yang optimal. Dalam penelitian ini meskipun rasio cairan batang pisang dinaikkan tetapi tidak diikuti dengan penurunan potensial degradasi protein.

Pengolahan Batang Pisang sebagai Feed Burger
           
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bioproses campuran batang pisang, umbi singkong dan biji jagung sebagai makan lengkap tidah menurunkan nilai nutrisi batang pisang dan ada peningkatan kandungan bahan kering yang pada batang pisang. Kombinasi campuran yang baik untuk batang pisang sebagai pakan lengkap adalah 30% batang pisang, 35% umbi singkong dan 35% biji jagung. Kandungan serat kasar batang pisang produk fermentasi anaerob dari campuran batang pisang, umbi singkong dan biji jagung masih berada pada kisaran kandungan lemak kasar batang pisang segar, artinya proses fermentasi anaerob yang terjadi dapat mempertahankan kandungan lemak kasar batang pisang dari proses perusakan zat makanan, khususnya lemak kasar.
Kelebihan dari burger pakan ternak ini adalah bisa bertahan 6 bulan, bahan-bahannya sederhana, proses pembuatan sederhana, tidak memerlukan mesin, dan biaya pembuatannya relatif murah. Namun begitu ada juga kekurangannya, yaitu dalam proses pembuatannya memerlukan mikrobia yang tidak mudah didapatkan secara umum, dan dalam penyajiannya, setelah kantong plastik dibuka maka makanan harus habis pada hari yang sama.
Menurut hasil penelitian Arimbi (2004) Pemberian ransum suplemen ampas bir dan ampas kecap mampu meningkatkan konsumsi ransum, produksi susu, berat jenis susu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar laktosa susu serta selisih penerimaan dengan biaya pakan dibandingkan control. Semakin meningkatnya taraf penggunaan ransum suplemen menunjukkan konsumsi (BK, PK, dan ME) yang semakin meningkat. Pemberian ransum suplemen 1,5 kg/hari dapat meningkatkan produksi susu. Kadar lemak, BJ susu, kadar protein, laktosa, BK susu mengalami puncak peningkatan pada pemberian ransum suplemen 2 kg/hari tetapi hasil ini tidak berbeda dibandingkan control, pemberian ransum suplemen tidak mempengaruhi pH dan TPC namun pada pemberian ransum suplemen sebanyak 1,5 kg/hari menghasilkan jumlah bakteri susu yang cenderung lebih rendah dan pH yang cenderung tinggi dibandingkan control.



KESIMPULAN

 Proteksi protein ampas kecap menggunakan tanin daun mangrove nyata menurunkan konsentrasi amonia (NH3) pada 3 jam inkubasi tetapi tidak mempengaruhi produksi protein total dan persentase RUDP nya. karena ampas kecap adalah hasil akhir pembuatan kecap yang telah mengalami beberapa kali proses pengolahan sehingga kandungan protein di dalam ampas kecap berkurang telah mengalami denaturasi. Terjadi penurunan kecepatan degaradasi dan penurunan potensial degradasi protein pada bungkil kedelai yang dicampur dengan cairan batang pisang. Data menunjukkan terjadinya pengaruh proteksi protein dari tanin cairan batang pisang namun pengaruh rasio pencampuran ini tidak konsisten. Hal ini dekarenakan dipengaruhi oleh kandungan air yang ada dalam cairan pisang. Bioproses campuran batang pisang, umbi singkong dan biji jagung sebagai makan lengkap tidah menurunkan nilai nutrisi batang pisang dan ada peningkatan kandungan bahan kering yang pada batang pisang. Proses fermentasi anaerob yang terjadi dapat mempertahankan kandungan lemak kasar batang pisang dari proses perusakan zat makanan, khususnya lemak kasar. Kelebihan dari burger pakan ternak ini adalah bisa bertahan 6 bulan, bahan-bahannya sederhana, proses pembuatan sederhana, tidak memerlukan mesin, dan biaya pembuatannya relatif murah. Namun begitu ada juga kekurangannya, yaitu dalam proses pembuatannya memerlukan mikrobia yang tidak mudah didapatkan secara umum, dan dalam penyajiannya, setelah kantong plastik dibuka maka makanan harus habis pada hari yang sama.






DAFTAR PUSTAKA


Arimbi, D. A., 2004. Increasing Milk Production by Supplementation with Diet Containing Zinc and Copper Bound to Brewers Grain and Soy Sauce Waste. Department of Animal Nutrition and Feed Sciense, Faculty of Animal Science, Bogor Agricultural University.

Dhalika, T., A. Budiman, B. Ayuningsih dan Mansyur. 2011. Nilai Nutrisi Batang Pisang dari Produk Bioproses Sebagai Ransum Lengkap. Jurnal Ilmu Ternak Vol. 11 (1): 17-23.

Hermon. 2009. Indeks Sinkronisasi Pelepasan N-Protein dan Energi dalam Rumen sebagai Basis Formulasi Ransum Ternak Ruminansia dengan Bahan Lokal. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Disertasi)

Kanjanapruthipong, J. dan N. Buatong. 2002. Effect of rumen undegradable protein and minerals proteinate on early lactation performance and ovarian functions of diarycows in the tropics. Asian Aus. J. Anim. Sci. 15 : 806-811.

Lubis, M. H. 1992. Laju Degradasi Bahan Kering dan Bahan Organik Setaria splendida, Rumput Lapang dan Alang-alang (Imperata cylindrica) dengan Teknik In Situ. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Mayangsari, N. S., A. Subrata dan M. Christiyanto. 2013. Pengaruh Proteksi Protein Ampas Kecap dengan TAnin terhadap Konsentrasi Amonia, Produksi Protein Total dan Persentase Rumen Undedrade Dietary Protein secara In Vitro. Animal Agriculture Journal, Vol. 2. (1):p 261-268.

Ridwan, A. A. 2006. Perubahan-Perubahan Protein yang Diakibatkan oleh Proses Pengolahan Daging Domba. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi)

Santoso. 1998. Kecap dan Tauco Kedelai. Kanisius. Yogyakarta.


Yulistiani, D., W. Puastuti dan I W Mathius. 2010. Pengaruh Pencampuran Cairan Batng Pisang dan Pemanasan terhadap Degradasi Bungkil Kedelai di dalam Rumen Domba. JITV Vol. 15 (1):1-8.

STANDAR RANSUM AYAM PETELUR DI INDONESIA

TUGAS MATA KULIAH PENGENDALIAN MUTU PAKAN
“STANDAR RANSUM AYAM PETELUR DI INDONESIA”




Disusun oleh :
Yoga Saputra                        23010112130088
M. Sumber Hadi Sugito        2301011212008
Tititn Fitriyaningsih              23010112120070
Harum Ishma Savitri            23010112130093
Putri Rafeliawati                   23010112140100
                                           Altrin Nugrahaningrum    230101121301



FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
A.    LATAR BELAKANG

Seiring dengan perkembangan zaman yang sudah semakin maju semestinya masyarakat Indonesia menyadari akan pentingnya keamanan pakan yang dikonsumsi ayam. Keamanan pakan berkaitan dengan adanya penyakit akibat pakan yang tercemar dan adanya pemalsuan terhadap bahan pakan tersebut. Kasus yang ditemukan mengenai penyakit adalah bahan baku pakan yang berkaitan dengan kualitas bahan baku pakan yang dipergunakan, jika tidak memenuhi standar kualitas yang dipersyaratkan tentunya akan berakibat terganggunya pencernaan. Bahan baku jagung, mensyaratkan kadar aflatoxin di bawah 50 ppb, jika di atas batas maksimal maka akan timbul penyakit pencernaan yang disebabkan aflatoxin. Pemalsuan bahan pakan ayam petelur terjadi karena harga telur turun dan harga bahan pakan yang terus meningkat. Oleh karena itu banyak cara untuk memanipulasi bahan pakan.
Banyaknya bahan pakan yang beredar di masyarakat, perlu adanya standar mutu bahan makan agar tidak terjadi kesalahan dalam meransum bahan pakan tersebut, baik berlebihan maupun kekurangan kandungan gizinya. Standar mutu bahan pakan dilakukan tahap demi tahap disesuaikan dengan perkembangan teknologi, industri dan perdagangan. Adapun  tujuan standar mutu untuk mencegah adanya pemalsuan bahan pakan temak.
Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Petemakan membuat standar ransum dalam rangka menjaga agar produksi ternak dapat stabil dan menjaga keselamatan mutu. Dengan adanya standar mutu merupakan kesempatan bagi produsen untuk memperoleh harga yang sesuai dengan kualitas produk yang dihasilkan akan semakin besar, sedangkan bagi konsumen akan semakin besar pula kesempatan untuk memperoleh harga yang wajar. Perbaikan mutu akan meningkatkan kepuasan langganan, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan pasar. Hal ini dapat memudahkan pemasaran.
B.     FAKTA RANSUM AYAM PETELUR INDONESIA

Pakan sangat dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan produksi  ternak. pakan yang mengandung protein tinggi merupakan pakan yang sering diminati oleh peternak. Peternak akan berusaha mencukupi kebutuhan ternaknya supaya produksinya optimal. Namun, tingginya permintaan dan terbatasnya produksi bahan pakan mengakibatkan banyak produsen maupun tengkulak yang memanipulasi bahan pakan. Bahkan manipulasi yang dilakukan oknum tersebut bisa membahayakan ternak. Beberapa contoh manipulasi bahan pakan seperti dedak padi dicampur dengan sekam giling, bungkil kedelai decampur dengan bungkil jagung, tepung ikan dicampur dengan tepung arang, gaplek dan pasir, bekatul dicampur dengan tepung pandan wangi. Campuran ransum pada ternak terkadang di imbuhi dengan antibotik, pestisida, mikotosin dan hormon yang berpotensi mampu beresidu ke manusia. Keberadaan berbagai residu obat hewan seperti antibiotika, pestisida dan mikotoksin dan hormon dilaporkan dari berbagai wilayah di Indonesia ( Bahri et al., 2006). Residu hormon 17- β trenbolon dilaporkan terdeteksi pada daging dan hati impor di Jakarta (Widiastuti et al., 2000) Pencampuran pakan tersebut dengan bahan lain bertujuan untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya.

C.    MACAM BAHAN PAKAN PADA RANSUM AYAM PETELUR

Biasanya di Indonesia ransum ayam petelur terdiri dari beberapa bahan pakan yaitu jagung, dedak padi, bungkil kedelai dan tepung ikan. Namun pada kenyataannya semua bahan pakan tersebut tidak memenuhi standar bahan pakan.
1.               Jagung                                                              
Jagung merupakan bahan pakan bijian yang banyak dipergunakan dalam penyusunan ransum pakan dalam bentuk jagung giling/ jagung pecah, jagung banyak mengandung karbohidrat sebagai sumber energi. Jagung yang berwarna kuning kemerahan disamping mengandung vitamin B juga banyak mengandung karotin, semakin gelap semakin tinggi kandungan karotinnya, sedangkan jagung yang berwarna putih tidak mengandung karotin. Permaasalahan yang muncul di lapangan banyak dijumpai jagung biji dengan kualitas rendah. Sebagai contoh butiran berlubang dan pecah akibat perubahan kadar air selama penyimpanan sehingga mudah diserang hama. Selain itu pengeringan yang kurang sempurna merupakan media yang baik untuk pertumbuhan Aspergillus flavus yang menghasilkan racun aflatoxin. Begitu juga pada jagung giling yang beredar di pasar banyak pemalsuan yaitu banyak dicampur dengan dedak jagung sehingga kualitasnya menurun.
   Cara menentukan kualitas jagung biji dengan dilihat bagaimana kemasannya, ini penting karena kemasan yang kurang baik mudah terkontaminasi, tampilan fisiknya, jagung yang baik terlihat segar, tidak berlubang dan tidak banyak debu serta kotoran. Jagung yang kusam menggambarkan jagung sudah lama disimpan, biasanya timbul serangga. Untuk menentukan kandungan kadar air dengan cara memasukka telapak tangan kita kedalam karung, apabila terasa panas menunjukkan kadar air jagung masih terlalu tinggi. Batas simpan yang bagus kandungan kadar air sekitar 13%. Penentuan kualitas jagung giling yang beredar di pasar lebih sulit karena partikelnya sudah berupa tepung dan halus, jagung giling yang baik butirannya cukup banyak. apabila jagung berasal dari stok lama (kualitas rendah) biasanya hasil gilingannya lebih halus dan butirannya sedikit. Begitu juga pada jagung giling yang dicampur dengan dedak jagung, jelas butirannya lebih sedikit dan lebih ringan bila dibandingkan dengan basil giling dan jagung murni.
    2.     Dedak Padi
     Merupakan hasil sisa dari penggilingan padi, dedak ini tersusun dari 3 bagian yang berbeda kandungan zat-zatnya seperti sekam yang mengandung serat kasar dan mineral, selaput beras yang kaya protein, Vitamin B, lemak dan mineral, lembaga beras yang mengandung karbohidrat yang mudah dicerna. Kualitas dedak sangat tergantung proporsi dari campuran 3 unsur tersebut. Dalam penentuan kualitas harus waspada karena sering dipalsukan dengan mencampur kulit gabah (sekam) yang digiling halus dalam dedak halus, lunteh atau bekatul.
     Cara menentukan kualitas dedak padi dengan dilihat bagaimana kemasannya, karena biasanya pengusaha dedak kurang memperhatikan kualitas karung yang dipakai. Akibat pemakaian karung dengan seadanya dedak yang beredar banyak serangga karena mudah terkontaminasi. Dedak yang baik partikelnya halus dan rata, tidak menggumpal, baunya segar tidak tengik serta tidak terlihat adanya campuran sekam. Dedak yang baik apabila digenggam dalam kepalan dedak tersebut bisa menggumpal. Untuk dedak kualitas rendah banyak mengandung campuran sekam, tidak menggumpal bila digenggam.
 3.            Bungkil Kedelai
Merupakan bahan baku nabati yang paling baik, kandungan proteinnya tinggi dan mudah dicerna serta kaya asam amino esensial. Bungkil kedele sebagai salah satu bahan pokok penting disamping jagung, dedak dan tepung ikan. Ada indikasi bungkil kedele yang beredar di pasaran tidak murni lagi, ditemukan pada setiap karung terdapat campuran CaCO3 (Calcium Carbonat) dan ada juga yang dicampur dengan tanah.
Untuk menentukan kualitas bungkil kedelai sama dengan yang lain, pertama yang dilihat bagaimana kemasannya, kedua bagaimana tampilan fisiknya. Bungkil kedele yang baik partikelnya kecil-kecil dan rata, warnanya kekuning-kuningan. Ada juga yang beredar di pasar bungkil kedele dengan butirannya agak besar-besar dan warnanya agak kecoklat-coklatan, kualitas bungkil kedele ini lebih rendah. Dalam penentuan kualitas bungkil kedele yang penting harus betul-betul teliti jangan percaya begitu saja yaitu dengan membuka kemasannya (karung) dan memperhatikan secara seksama adakah dalam bungkil kedele tersebut benda-benda asing yang dapat merugikan.
    4.     Tepung Ikan
Tepung ikan merupakan bahan pakan berkualitas tinggi bagi ternak, sebagai sumber protein hewani. Tepung ini dibuat dan daging ikan besar atau sisa-sisa ikan yang terlebih dahulu dikeringkan dan digiling sampai halus . Kualitas tepung ikan bermacam-macam tergantung dari proses pembuatan dan macam ikannya . Umumnya tepung ikan yang berasal dari ikan besar mengandung banyak protein dan mudah dicerna, ikan-ikan kecil banyak duri-durinya, lebih banyak mengandung Ca dan P rendah kandungan kadar proteinnya.
Kualitas tepung ikan selain sangat bervariasi masih ada masalah lain yang dijumpai dilapangan yaitu adanya campuran bahan yang bermutu rendah. Di lapangan ditemukan tepung ikan yang bercampur dengan dedak dan gerajen, oleh karena itu pemilihan tepung ikan harus berhati-hati karena selain sebagai tumpuan nutrisi harganya pun cukup mahal. Tampilan fisik tepung ikan yang bagus yaitu pertikelnya harus, warnanya coklat kehijau-hijauan dan baunya tidak begitu menyengat dan apabila dicicipi rasanya tidak terlalu asin. Namun di pasaran banyak beredar tepung ikan lokal yang harganya lebih murah. Pada tepung ikan lokal belum ada standarnya karena sisa-Sisa ikan seperti kepala-kepala dan tulang-tulang diperjual belikan sebagai tepung ikan. Tepung ikan tersebut pasti jauh kualitasnya apabila dibandingkan dengan tepung ikan utuh yang sengaja dibuat sebagai tepung ikan.
Untuk pemilihan tepung ikan yang pertama dilihat bagaimana tampilan partikel yang ada. Apabila pada tepung ikan tersebut banyak dijumpai tulang-tulang artinya tepung ikan tersebut kualitasnya kurang bagus. Apabila baunya terlalu menyegat ini menandakan proses pengeringannya kurang sempurna, apabila rasanya asin dan dipegang agak lembab ini menunjukkan tepung ikan tersebut mengandung kadar garam yang tinggi dan jelas kualitasnya rendah.
D.    STANDAR RANSUM AYAM PETELUR

1.      Standarisasi Mutu Pakan Ayam Petelur.

Persyaratan mutu pakan pada ayam ras petelur didasarkan atas kandungan nutrisi dan ada zat atau bahan lain yang tidak diinginkan serta digolongakan dalam 1 (satu tingkatan mutu). Menurut badan standarisasi nasional (BSN) pesyaratan mutu pakan untuk ayam ras petelur dara sesuai dengan SNI 01-3928-2006 sebagai berikut:
Tabel .1 Persyaratan mutu pakan ayam petelur dara (layer grower):
No.
Parameter
Satuan
Pesyaratan :
1
Kadar air
%
Maks. 14.0
2
Protein kasar
%
Min.15.0
3
Lemak kasar
%
Maks. 7.0
4
Serat kasar
%
Maks. 7.0
5
Abu
%
Maks. 8.0
6
Kalsium (Ca)
%
0.90-1.20
7
Fosfor (P)total
%
0.60-1.00
8
Fosfor tersedia
%
Min .0.35
9
Energi metabolisme (ME)
Kkal / Kg
Min.2600
10
Total aflatoksin
μg/Kg
Maks. 50.0
11
Asam amino:
- lisin
- metionin
- metionin + Sistin

%
%
%

Min . 0.65
Min .0.30
Min .0.50
Sumber : SNI 01-3928-2006

Bahan baku harus bebas dari residu dan zat kimia yang membahayakan seperti peptisida dan bahan lain yang tidak diinginkan. Bahan baku pakan ini menjamin kesehatan dan ketentraman batin masyarakat konsumen hasil peternakan.
Untuk pesyaratan mutu pakan konsentrat ayam ras petelur. didasarkan  pada SNI 3148:4:2009 yaitu sebagai berikut:
  Tabel 2. Pesyaratan mutu pakan konsentrat ayam petelur dara (layer grower).
No.
Parameter
Satuan
Pesyaratan :
1
Kadar air (maks)
%
14.0
2
Protein kasar (min)
%
25.0
3
Lemak kasar
%
2.0-5.0
4
Serat kasar(maks)
%
8.0
5
Abu (maks)
%
15.0
6
Kalsium (Ca)
%
2.0-3.5
7
Fosfor (P) tersedian (min)
%
1.10-1.50
8
Fosfor tersedia
%
0.60
9
Energi metabolisme (ME) (min)
Kkal / Kg
1800
10
 aflatoksin  (maks)
μg/Kg
50.0
11
Asam amino:
- lisin (min)
- metionin (min)
- metionin + Sistin (min)
- Tritofan (Min)

%
%
%
%

1.40
0.55
0.78
0.25
Sumber: SNI 3148:4:2009


Penandaan dan Pengemasan :
1.)  Penandaan
Konsentrat yang beredar telah melalui proses sertifikasi dengan dilengkapi etiket/label yang mencantumkan :
a.)    Nama atau merek pakan konsentrat
b.)    Nama dan alamat perusahaan / pembuat
c.)    Jenis dan kode pakan kosentrat
d.)   Nomor pendaftaran
e.)    Kode dan tanggal poduksi
f.)     Kadar air
g.)    Kadar protein kasar
h.)    Kadar lemak kasar
i.)      Kadar serat kasar
j.)      Kadar abu
k.)    Kadar kalsium
l.)      Kadar fosfor total
m.)  Cara penggunaan pakan kosentrat
n.)    Bahan baku penyusun pakan konsentrat
o.)    Warna dasar etiket kuning muda dengan kode pengenal KP2.
2.)    Pengemasan
Pakan konsentrat dikemas dengan bahan yang tidak toksik dan tidak menurunkan mutu dan daya simpan pakan. Dikemas dalam ukuran 5 kg sampai 100 kg dengan mencamtumkan berat bersih pada kemasan.




2.      Standarisasi Mutu Bahan Pakan Impor
a.)    Jagung Kuning (Yellow Maize/corn)

Tabel 3. Pesyaratan mutu jagung kuning yaitu sebagai berikut:
No.
Parameter
Satuan
Pesyaratan :
1
Kadar air (maks)
%
14.0
2
Kadar Protein kasar (min)
%
7.5
3
Kadar Lemak kasar (maks)
%
3.0
4
Kadar Serat kasar(maks)
%
3.0
5
Kadar Abu (maks)
%
2.0
6
Mikotoksin
a)      Aflatoksin (maks)
b)      Okratoksin (maks)

ppb
ppb

50.0
5.0
7
Butir rusak (maks)
%
5.0
8
Warna lain(maks)
%
5.0
9
Benda asing (maks)
%
5.0
10
 Kepadatan (maks)
Kg /cm3
700

Peningkatan standarisasi jagung tergantung pada proses penanganan pasca panen jagung menurut Thahir dkk (1998) yang menyatakan bahwa pemanenan, pengupasan, pengeringan, pemipipilan, penyimpanan, penyimpanan, pengangkutan, grading, dan standarisasi merupakan faktor dalam peningkatan kualitas mutu jagung.
b.)    Bungkil Kedelai
Tabel 4. Pesyaratan Mutu Bungkil Kedelai (Soyabean Meal)
No.
Komposisi kimia
Satuan
Mutu I
Mutu II
1
Kadar air (maks)
%
12
12
2
Protein kasar (min)
%
46
40
3
Lemak kasar (maks)
%
6.5
9
4
Serat kasar(maks)
%
7
8
5
Abu (maks)
%
3.5
5
6
Ca
Ppb
0.2-0.4

0.2-0.4
7
P
%
0.5-0.8
0.5-0.8
8
Aflatoxin (maks)
%
50
50
Sumber : SNI 01-4227-1996
c.)    Tepung Tulang (bone meal)
Di beberapa negara termasuk Amerika Serikat dan Eropa, MBM tetap dierikan kepada hewan monogastrik (anjing dan kucing) untuk menekan biaya produksi. Tepung daging (meat meal) dan tepung tulang (bone meal) merupakan derivat dari produk MBM.
Persyaratan standart mutu tepung daging yaitu sebagai berikut:
No.
Karakteristik Tepung tulang (bone meal)
Mutu I
Mutu II
Cara Pengujian
1
Kadar air, (b/b) (Maks)
8
8
SNI 01-3182-1992
2
Kadar lemak (b/b)
3
6
SNI 01-3182-1992
3
Kadar kalsium (bobot/ bobot kering) (Min)
20
30
SP-SMP-245-1980
4
Kadar fosfat (sebagai P2O5), (bobot/ bobot kering) (Min)
20
20
SP-SMP-291-1980
5
Kadar fosfat (P), % (bobot/ bobot kering)
8
8
SP-SMP-246-1980
6
Kehalusan pasir/ silika, % (bobot/ bobot kering) (Maks)
1

1
SP-SMP-181-1976
7
Kehalusan (Mesh 25), bobot/ bobot kering) (Min)
90
90
SP-SMP-1982
Sumber: SNI 01-3158-1992.
d.)   Tepung Bulu (Feather meal)
Jumlah bulu ayam yang dapat diperoleh setiap tahunnya akan sangat bergantung dari jumlah ternak ayam yang dipotong. Menurut Packham (1982) bahwa dari hasil pemotongan setiap ekor ternak unggas akan diperoleh bulu sebanyak ± 6% dani bobot hidup (bobot potong ± 1,5 kg). Komposisi kimia dan patokan kualitas tepung bulu dikemukakan dalam tabel sebagai berikut:

Parameter
Persentase
Air (maksimum)
10 %
Protein
80 %
Lemak
5 %
Abu
4 %
Serat Kasar (maksimum)
4 %
Fosfor
0.75 %
Kcernaan Pepsin (minimum)
75 %
Salmonella dan E. Coli
Negatip
                 Sumber: Tangendjaja, 2012.
  
E.     DAMPAK BAHAN PAKAN YANG TIDAK STANDAR
Pemalsuan pakan ayam petelur memiliki dampak yang sangat buruk bagi seluruh pihak, dari mulai peternak, konsumen bahkan negara. Pemalsuan pakan ayam petelur akan berpengaruh terhadap produktivitas ayam petelur itu sendiri. Produksi telur akan menurun karena nutrisi dalam pakan tidak sesuai dengan kebutuhan ayam tersebut. Selain terhadap peternak, kerugian akan dirasakan oleh konsumen. Bahan yang dicampurkan kedalam pakan (dalam proses pemalsuan pakan), tidak sedikit yang mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi tubuh. Bahan-bahan tersebut tidak dapat diurai oleh tubuh ternak sehingga tertimbun didalam tubuh ternak. Bahan berbahaya yang tertimbun tersebut akan mengkontaminasi produk yang dihasilkan oleh ternak (dalam hal ini ialah telur). Telur yang terkontaminasi tersebut akan dikonsumsi oleh manusia yang akhirnya tertimbun dalam tubuh manusia dan akan menimbulkan berbagai penyakit pada manusia. Misalnya, apabila aflatoxin yang terkandung dalam jagung terlalu tinggi maka akan menimbulkan residu di dalam ayam tersebut dan telur yang dihasilkan. Apabila manusia mengonsumsi hasil ternak tersebut, maka akan mengakibatkan penyakit jangka pendek (akut) dan jangka panjang (kronis) (Mulyadi et al., 2011).
Selain peternak dan masyarakat (konsumen), pemalsuan bahan pakan memiliki dampak buruk bagi pemerintah karena dapat berimbas buruk pada ekonomi dan politik negara. Pakan yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan akan menurunkan produk yang dihasilkan. Produk yang dihasilkan akan dibawah standar, sehingga tidak bisa diekspor dan menembus pasar dunia. Negara lain tidak akan membeli produk peternakan yang dibawah standar yang telah ditetapkan sehingga, produk peternakan kita hanya dapat dipasarkan dalam negeri. Produk yang hanya dapat dipasarkan dalam negeri akan merugikan pemerintah karena menurunkan income bagi negara. Selain ekonomi, pemalsuan bahan pakan akan berdampak negatif bagi politik. Produk peternakan yang dibawah standar karena penggunakan pakan yang dibawah standar, tidak dapat diekspor dan menembus pasar dunia sehingga indonesia tidak dapat melakukan hubungan perdagangan antar negara, sehingga hubungan politik antar negara yang didasarkan atas perdagangan produk peternakan tidak tercipta.

F.    MANFAAT STANDARISASI PAKAN

           1.            Jaminan bahwa produk yang dihasilkan telah memenuhi standar GMP+ B2 PDV dan sesuai dengan ketentuan EU regulation;
           2.            Produk dan bahan pakan dapat diterima negara-negara anggota Uni Eropa;
           3.            Pemastian bahwa produk yang dihasilkan dikelola melalui proses yang konsisten dengan memperhatikan keamanan pakan;
           4.            Adanya transparansi proses di mata para stake holders;
           5.            Nama perusahaan tercantum di website PDV dan menjadi sarana promosi on-line;
           6.            Memperoleh informasi yang up to date mengenai perkembangan terkini melalui website PDV.
           7.            Meningkatkan kepercayaan pelanggan
           8.            Meningkatkan image dan kompetensi perusahaan
           9.            Meningkatkan kesempatan perusahaan untuk memasuki pasar global
       10.            Meningkatkan wawasan dan pengetahuan terhadap produk
       11.            Berpartisipasi dalam program keamanan pakan
       12.            Menjadi pendukung dari penerapan system menejemen mutu


 DAFTAR PUSTAKA

Packham, R. G. 1982. Feed Composition, Formulation and Poultry Nutrtion and Growth Manual. Australian Universities International Development Program (AUIDP), Melbourne.
SNI (Standar Nasional Indonesia). 1992. Tepung Tulang untuk Bahan Makanan Ternak. Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta.

SNI (Standar Nasional Indonesia). 1996. Bungkil Kedelai/ Bahan Baku Pakan. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

SNI (Standar Nasional Indonesia). 1998. Jagung Bahan Baku Pakan. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

SNI (Standar Nasional Indonesia). 2009.Pakan konsentrat ayam ras petelur dara. Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta.

SNI (Standar Nasional Indonesia). 2006. Pakan ayam ras petelur dara. Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta.

Tangendjaja, B. 2012. Buku Pengolahan Bahan Pakan Potensi Tepung Bulu untuk Bahan Pakan. Direktorat Pakan Ternak. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Kementerian Pertanian.
Thahir, Sudaryono, Soemardi dan Soeharmadi, 1988. Teknologi Pasca Panen Jagung. Fakultas Pertanian dan Kehutanan . UNHAS.

WIDIASTUTI, R., T .B . MURDIATI dan YUNINGSIH . 2000. Residu Hormon 17-G3 trenbolon     pada daging sapi impor yang beredar di DKI, Jakarta . Pros. Seminar Nasional Peternakan dan   Veteriner. Bogor, 18 - 19 September 2000. Puslit Peternakan, Bogor . h1m . 578-581 .

Bahri, Sjamsul., Y. Sani dan Indraningsih. 2006. Beberapa Faktor yang mempengaruhi keamanan    pangan asal ternak di Indonesia. Wartazoa vol.16 No.1. Bogor.


Mulyadi, D.D. Nurcahyo, Herman, A. Rosyid, F. Ridhayati, Khairiyati, Dewiapriyani.  2011. Aflatoxin pada Pakan Ternak. Universitas Syiah Kuala