TUGAS MATA KULIAH PENGENDALIAN MUTU PAKAN
“STANDAR RANSUM AYAM PETELUR DI INDONESIA”
Disusun oleh :
Yoga Saputra 23010112130088
M. Sumber Hadi Sugito 2301011212008
Tititn Fitriyaningsih 23010112120070
Harum Ishma Savitri 23010112130093
Putri Rafeliawati 23010112140100
Altrin Nugrahaningrum 230101121301
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
A. LATAR
BELAKANG
Seiring dengan perkembangan zaman
yang sudah semakin maju semestinya masyarakat Indonesia menyadari akan
pentingnya keamanan pakan yang dikonsumsi ayam. Keamanan pakan berkaitan dengan
adanya penyakit akibat pakan yang tercemar dan adanya pemalsuan terhadap bahan
pakan tersebut. Kasus yang ditemukan mengenai penyakit adalah bahan
baku pakan yang berkaitan dengan kualitas bahan baku pakan yang dipergunakan,
jika tidak memenuhi standar kualitas yang dipersyaratkan tentunya akan
berakibat terganggunya pencernaan. Bahan baku jagung, mensyaratkan kadar
aflatoxin di bawah 50 ppb, jika di atas batas maksimal maka akan timbul
penyakit pencernaan yang disebabkan aflatoxin. Pemalsuan
bahan pakan ayam petelur terjadi karena harga telur turun dan harga bahan pakan
yang terus meningkat. Oleh karena itu banyak cara untuk memanipulasi bahan
pakan.
Banyaknya bahan
pakan yang beredar di masyarakat, perlu adanya standar mutu bahan makan agar
tidak terjadi kesalahan dalam meransum bahan pakan tersebut, baik berlebihan
maupun kekurangan kandungan gizinya. Standar mutu bahan pakan dilakukan tahap
demi tahap disesuaikan dengan perkembangan teknologi, industri dan perdagangan.
Adapun tujuan standar mutu untuk
mencegah adanya pemalsuan bahan pakan temak.
Departemen
Pertanian, Direktorat Jenderal Petemakan membuat standar ransum dalam rangka
menjaga agar produksi ternak dapat stabil dan menjaga keselamatan mutu. Dengan
adanya standar mutu merupakan kesempatan bagi produsen untuk memperoleh harga
yang sesuai dengan kualitas produk yang dihasilkan akan semakin besar,
sedangkan bagi konsumen akan semakin besar pula kesempatan untuk memperoleh
harga yang wajar. Perbaikan mutu akan meningkatkan kepuasan langganan, sehingga
dapat meningkatkan kepercayaan pasar. Hal ini dapat memudahkan pemasaran.
B. FAKTA
RANSUM AYAM PETELUR INDONESIA
Pakan sangat dibutuhkan untuk mencukupi kebutuhan
produksi ternak. pakan yang mengandung
protein tinggi merupakan pakan yang sering diminati oleh peternak. Peternak
akan berusaha mencukupi kebutuhan ternaknya supaya produksinya optimal. Namun,
tingginya permintaan dan terbatasnya produksi bahan pakan mengakibatkan banyak
produsen maupun tengkulak yang memanipulasi bahan pakan. Bahkan manipulasi yang
dilakukan oknum tersebut bisa membahayakan ternak. Beberapa contoh manipulasi
bahan pakan seperti dedak padi dicampur dengan sekam giling, bungkil kedelai
decampur dengan bungkil jagung, tepung ikan dicampur dengan tepung arang,
gaplek dan pasir, bekatul dicampur dengan tepung pandan wangi. Campuran ransum
pada ternak terkadang di imbuhi dengan antibotik, pestisida, mikotosin dan
hormon yang berpotensi mampu beresidu ke manusia. Keberadaan berbagai residu
obat hewan seperti antibiotika, pestisida dan mikotoksin dan hormon dilaporkan
dari berbagai wilayah di Indonesia ( Bahri et al., 2006). Residu hormon 17- β
trenbolon dilaporkan terdeteksi pada daging dan hati impor di Jakarta
(Widiastuti et al., 2000) Pencampuran pakan tersebut dengan bahan lain
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya.
C. MACAM BAHAN
PAKAN PADA RANSUM AYAM PETELUR
Biasanya
di Indonesia ransum ayam petelur terdiri dari beberapa bahan pakan yaitu
jagung, dedak padi, bungkil kedelai dan tepung ikan. Namun pada kenyataannya
semua bahan pakan tersebut tidak memenuhi standar bahan pakan.
1.
Jagung
Jagung
merupakan bahan pakan bijian yang banyak dipergunakan dalam penyusunan ransum
pakan dalam bentuk jagung giling/ jagung pecah, jagung banyak mengandung
karbohidrat sebagai sumber energi. Jagung yang berwarna kuning kemerahan
disamping mengandung vitamin B juga banyak mengandung karotin, semakin gelap
semakin tinggi kandungan karotinnya, sedangkan jagung yang berwarna putih tidak
mengandung karotin. Permaasalahan yang muncul di lapangan banyak dijumpai
jagung biji dengan kualitas rendah. Sebagai contoh butiran berlubang dan pecah
akibat perubahan kadar air selama penyimpanan sehingga mudah diserang hama.
Selain itu pengeringan yang kurang sempurna merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
Aspergillus flavus yang menghasilkan racun aflatoxin.
Begitu juga pada jagung giling yang beredar di pasar banyak pemalsuan yaitu
banyak dicampur dengan dedak jagung sehingga kualitasnya menurun.
Cara menentukan kualitas jagung biji dengan dilihat bagaimana
kemasannya, ini penting karena kemasan yang kurang baik mudah terkontaminasi,
tampilan fisiknya, jagung yang baik terlihat segar, tidak berlubang dan tidak
banyak debu serta kotoran. Jagung yang kusam menggambarkan jagung sudah lama
disimpan, biasanya timbul serangga. Untuk menentukan kandungan kadar air dengan
cara memasukka telapak tangan kita kedalam karung, apabila terasa panas
menunjukkan kadar air jagung masih terlalu tinggi. Batas simpan yang bagus
kandungan kadar air sekitar 13%. Penentuan kualitas jagung giling yang beredar
di pasar lebih sulit karena partikelnya sudah berupa tepung dan halus, jagung
giling yang baik butirannya cukup banyak. apabila jagung berasal dari stok lama
(kualitas rendah) biasanya hasil gilingannya lebih halus dan butirannya
sedikit. Begitu juga pada jagung giling yang dicampur dengan dedak jagung,
jelas butirannya lebih sedikit dan lebih ringan bila dibandingkan dengan basil
giling dan jagung murni.
2. Dedak Padi
Merupakan hasil sisa dari penggilingan
padi, dedak ini tersusun dari 3 bagian yang berbeda kandungan zat-zatnya
seperti sekam yang mengandung serat kasar dan mineral, selaput beras yang kaya
protein, Vitamin B, lemak dan mineral, lembaga beras yang mengandung
karbohidrat yang mudah dicerna. Kualitas dedak sangat tergantung proporsi dari
campuran 3 unsur tersebut. Dalam penentuan kualitas harus waspada karena sering
dipalsukan dengan mencampur kulit gabah (sekam) yang digiling halus dalam dedak
halus, lunteh atau bekatul.
Cara menentukan kualitas dedak padi dengan
dilihat bagaimana kemasannya, karena biasanya pengusaha dedak kurang
memperhatikan kualitas karung yang dipakai. Akibat pemakaian karung dengan
seadanya dedak yang beredar banyak serangga karena mudah terkontaminasi. Dedak
yang baik partikelnya halus dan rata, tidak menggumpal, baunya segar tidak
tengik serta tidak terlihat adanya campuran sekam. Dedak yang baik apabila
digenggam dalam kepalan dedak tersebut bisa menggumpal. Untuk dedak kualitas
rendah banyak mengandung campuran sekam, tidak menggumpal bila digenggam.
3.
Bungkil
Kedelai
Merupakan
bahan baku nabati yang paling baik, kandungan proteinnya tinggi dan mudah
dicerna serta kaya asam amino esensial. Bungkil kedele sebagai salah satu bahan
pokok penting disamping jagung, dedak dan tepung ikan. Ada indikasi bungkil
kedele yang beredar di pasaran tidak murni lagi, ditemukan pada setiap karung
terdapat campuran CaCO3 (Calcium Carbonat) dan ada juga yang dicampur dengan
tanah.
Untuk
menentukan kualitas bungkil kedelai
sama dengan yang lain, pertama yang dilihat bagaimana kemasannya, kedua
bagaimana tampilan fisiknya. Bungkil kedele yang baik partikelnya kecil-kecil
dan rata, warnanya kekuning-kuningan. Ada juga yang beredar di pasar bungkil
kedele dengan butirannya agak besar-besar dan warnanya agak kecoklat-coklatan,
kualitas bungkil kedele ini lebih rendah. Dalam penentuan kualitas bungkil
kedele yang penting harus betul-betul teliti jangan percaya begitu saja yaitu
dengan membuka kemasannya (karung) dan memperhatikan secara seksama adakah
dalam bungkil kedele tersebut benda-benda asing yang dapat merugikan.
4. Tepung Ikan
Tepung
ikan merupakan bahan pakan berkualitas tinggi bagi ternak, sebagai sumber
protein hewani. Tepung ini dibuat dan daging ikan besar atau sisa-sisa ikan
yang terlebih dahulu dikeringkan dan digiling sampai halus . Kualitas tepung
ikan bermacam-macam tergantung dari proses pembuatan dan macam ikannya .
Umumnya tepung ikan yang berasal dari ikan besar mengandung banyak protein dan
mudah dicerna, ikan-ikan kecil banyak duri-durinya, lebih banyak mengandung Ca
dan P rendah kandungan kadar proteinnya.
Kualitas
tepung ikan selain sangat bervariasi masih ada masalah lain yang dijumpai
dilapangan yaitu adanya campuran bahan yang bermutu rendah. Di lapangan
ditemukan tepung ikan yang bercampur dengan dedak dan gerajen, oleh karena itu
pemilihan tepung ikan harus berhati-hati karena selain sebagai tumpuan nutrisi
harganya pun cukup mahal. Tampilan fisik tepung ikan yang bagus yaitu
pertikelnya harus, warnanya coklat kehijau-hijauan dan baunya tidak begitu
menyengat dan apabila dicicipi rasanya tidak terlalu asin. Namun di pasaran
banyak beredar tepung ikan lokal yang harganya lebih murah. Pada tepung ikan
lokal belum ada standarnya karena sisa-Sisa ikan seperti kepala-kepala dan
tulang-tulang diperjual belikan sebagai tepung ikan. Tepung ikan tersebut pasti
jauh kualitasnya apabila dibandingkan dengan tepung ikan utuh yang sengaja
dibuat sebagai tepung ikan.
Untuk
pemilihan tepung ikan yang pertama dilihat bagaimana tampilan partikel yang
ada. Apabila pada tepung ikan tersebut banyak dijumpai tulang-tulang artinya
tepung ikan tersebut kualitasnya kurang bagus. Apabila baunya terlalu menyegat
ini menandakan proses pengeringannya kurang sempurna, apabila rasanya asin dan
dipegang agak lembab ini menunjukkan tepung ikan tersebut mengandung kadar
garam yang tinggi dan jelas kualitasnya rendah.
D. STANDAR
RANSUM AYAM PETELUR
1.
Standarisasi
Mutu Pakan Ayam Petelur.
Persyaratan
mutu pakan pada ayam ras petelur didasarkan atas kandungan nutrisi dan ada zat atau
bahan lain yang tidak diinginkan serta digolongakan dalam 1 (satu tingkatan
mutu). Menurut badan standarisasi nasional (BSN) pesyaratan mutu pakan untuk
ayam ras petelur dara sesuai dengan SNI 01-3928-2006 sebagai berikut:
Tabel .1 Persyaratan
mutu pakan ayam petelur dara (layer
grower):
No.
|
Parameter
|
Satuan
|
Pesyaratan
:
|
1
|
Kadar air
|
%
|
Maks.
14.0
|
2
|
Protein kasar
|
%
|
Min.15.0
|
3
|
Lemak kasar
|
%
|
Maks.
7.0
|
4
|
Serat kasar
|
%
|
Maks.
7.0
|
5
|
Abu
|
%
|
Maks.
8.0
|
6
|
Kalsium (Ca)
|
%
|
0.90-1.20
|
7
|
Fosfor (P)total
|
%
|
0.60-1.00
|
8
|
Fosfor tersedia
|
%
|
Min
.0.35
|
9
|
Energi metabolisme (ME)
|
Kkal /
Kg
|
Min.2600
|
10
|
Total aflatoksin
|
μg/Kg
|
Maks.
50.0
|
11
|
Asam amino:
- lisin
- metionin
- metionin + Sistin
|
%
%
%
|
Min .
0.65
Min
.0.30
Min
.0.50
|
Sumber : SNI
01-3928-2006
Bahan
baku harus bebas dari residu dan zat kimia yang membahayakan seperti peptisida
dan bahan lain yang tidak diinginkan. Bahan baku pakan ini menjamin kesehatan
dan ketentraman batin masyarakat konsumen hasil peternakan.
Untuk
pesyaratan mutu pakan konsentrat ayam ras petelur. didasarkan pada SNI 3148:4:2009 yaitu sebagai berikut:
Tabel 2. Pesyaratan
mutu pakan konsentrat ayam petelur dara (layer
grower).
No.
|
Parameter
|
Satuan
|
Pesyaratan
:
|
1
|
Kadar air (maks)
|
%
|
14.0
|
2
|
Protein kasar (min)
|
%
|
25.0
|
3
|
Lemak kasar
|
%
|
2.0-5.0
|
4
|
Serat kasar(maks)
|
%
|
8.0
|
5
|
Abu (maks)
|
%
|
15.0
|
6
|
Kalsium (Ca)
|
%
|
2.0-3.5
|
7
|
Fosfor (P) tersedian (min)
|
%
|
1.10-1.50
|
8
|
Fosfor tersedia
|
%
|
0.60
|
9
|
Energi metabolisme (ME) (min)
|
Kkal /
Kg
|
1800
|
10
|
aflatoksin
(maks)
|
μg/Kg
|
50.0
|
11
|
Asam amino:
- lisin (min)
- metionin (min)
- metionin + Sistin (min)
- Tritofan (Min)
|
%
%
%
%
|
1.40
0.55
0.78
0.25
|
Sumber: SNI
3148:4:2009
Penandaan
dan Pengemasan :
1.) Penandaan
Konsentrat
yang beredar telah melalui proses sertifikasi dengan dilengkapi etiket/label
yang mencantumkan :
a.) Nama
atau merek pakan konsentrat
b.) Nama
dan alamat perusahaan / pembuat
c.) Jenis
dan kode pakan kosentrat
d.) Nomor
pendaftaran
e.) Kode
dan tanggal poduksi
f.) Kadar
air
g.) Kadar
protein kasar
h.) Kadar
lemak kasar
i.) Kadar
serat kasar
j.) Kadar
abu
k.) Kadar
kalsium
l.) Kadar
fosfor total
m.) Cara
penggunaan pakan kosentrat
n.) Bahan
baku penyusun pakan konsentrat
o.) Warna
dasar etiket kuning muda dengan kode pengenal KP2.
2.) Pengemasan
Pakan
konsentrat dikemas dengan bahan yang tidak toksik dan tidak menurunkan mutu dan
daya simpan pakan. Dikemas dalam ukuran 5 kg sampai 100 kg dengan mencamtumkan
berat bersih pada kemasan.
2.
Standarisasi
Mutu Bahan Pakan Impor
a.) Jagung
Kuning (Yellow Maize/corn)
Tabel 3. Pesyaratan
mutu jagung kuning yaitu sebagai berikut:
No.
|
Parameter
|
Satuan
|
Pesyaratan
:
|
1
|
Kadar air (maks)
|
%
|
14.0
|
2
|
Kadar Protein kasar (min)
|
%
|
7.5
|
3
|
Kadar Lemak kasar (maks)
|
%
|
3.0
|
4
|
Kadar Serat kasar(maks)
|
%
|
3.0
|
5
|
Kadar Abu (maks)
|
%
|
2.0
|
6
|
Mikotoksin
a)
Aflatoksin (maks)
b)
Okratoksin (maks)
|
ppb
ppb
|
50.0
5.0
|
7
|
Butir rusak (maks)
|
%
|
5.0
|
8
|
Warna lain(maks)
|
%
|
5.0
|
9
|
Benda asing (maks)
|
%
|
5.0
|
10
|
Kepadatan (maks)
|
Kg /cm3
|
700
|
Peningkatan
standarisasi jagung tergantung pada proses penanganan pasca panen jagung
menurut Thahir dkk (1998) yang menyatakan bahwa pemanenan, pengupasan,
pengeringan, pemipipilan, penyimpanan, penyimpanan, pengangkutan, grading, dan
standarisasi merupakan faktor dalam peningkatan kualitas mutu jagung.
b.) Bungkil Kedelai
Tabel 4. Pesyaratan Mutu Bungkil Kedelai (Soyabean
Meal)
No.
|
Komposisi
kimia
|
Satuan
|
Mutu I
|
Mutu
II
|
1
|
Kadar air (maks)
|
%
|
12
|
12
|
2
|
Protein kasar (min)
|
%
|
46
|
40
|
3
|
Lemak kasar (maks)
|
%
|
6.5
|
9
|
4
|
Serat kasar(maks)
|
%
|
7
|
8
|
5
|
Abu (maks)
|
%
|
3.5
|
5
|
6
|
Ca
|
Ppb
|
0.2-0.4
|
0.2-0.4
|
7
|
P
|
%
|
0.5-0.8
|
0.5-0.8
|
8
|
Aflatoxin (maks)
|
%
|
50
|
50
|
Sumber
: SNI 01-4227-1996
c.) Tepung
Tulang (bone meal)
Di beberapa negara
termasuk Amerika Serikat dan Eropa, MBM tetap dierikan kepada hewan monogastrik
(anjing dan kucing) untuk menekan biaya produksi. Tepung daging (meat meal)
dan tepung tulang (bone meal) merupakan derivat dari produk MBM.
Persyaratan standart
mutu tepung daging yaitu sebagai berikut:
No.
|
Karakteristik Tepung tulang (bone
meal)
|
Mutu I
|
Mutu
II
|
Cara
Pengujian
|
1
|
Kadar
air, (b/b) (Maks)
|
8
|
8
|
SNI
01-3182-1992
|
2
|
Kadar
lemak (b/b)
|
3
|
6
|
SNI
01-3182-1992
|
3
|
Kadar
kalsium (bobot/ bobot kering) (Min)
|
20
|
30
|
SP-SMP-245-1980
|
4
|
Kadar
fosfat (sebagai P2O5), (bobot/ bobot kering) (Min)
|
20
|
20
|
SP-SMP-291-1980
|
5
|
Kadar
fosfat (P), % (bobot/ bobot kering)
|
8
|
8
|
SP-SMP-246-1980
|
6
|
Kehalusan
pasir/ silika, % (bobot/ bobot kering) (Maks)
|
1
|
1
|
SP-SMP-181-1976
|
7
|
Kehalusan
(Mesh 25), bobot/ bobot kering) (Min)
|
90
|
90
|
SP-SMP-1982
|
Sumber: SNI
01-3158-1992.
d.)
Tepung Bulu (Feather meal)
Jumlah bulu ayam yang dapat
diperoleh setiap tahunnya akan sangat bergantung dari jumlah ternak ayam yang
dipotong. Menurut Packham (1982) bahwa dari hasil pemotongan setiap ekor ternak
unggas akan diperoleh bulu sebanyak ± 6% dani bobot hidup (bobot potong ± 1,5
kg). Komposisi kimia dan patokan kualitas tepung bulu dikemukakan dalam tabel
sebagai berikut:
Parameter
|
Persentase
|
Air
(maksimum)
|
10 %
|
Protein
|
80 %
|
Lemak
|
5 %
|
Abu
|
4 %
|
Serat
Kasar (maksimum)
|
4 %
|
Fosfor
|
0.75 %
|
Kcernaan
Pepsin (minimum)
|
75 %
|
Salmonella
dan E. Coli
|
Negatip
|
Sumber: Tangendjaja, 2012.
E. DAMPAK
BAHAN PAKAN YANG TIDAK STANDAR
Pemalsuan pakan
ayam petelur memiliki dampak yang sangat buruk bagi seluruh pihak, dari mulai
peternak, konsumen bahkan negara. Pemalsuan pakan ayam petelur akan berpengaruh
terhadap produktivitas ayam petelur itu sendiri. Produksi telur akan menurun
karena nutrisi dalam pakan tidak sesuai dengan kebutuhan ayam tersebut. Selain terhadap
peternak, kerugian akan dirasakan oleh konsumen. Bahan yang dicampurkan kedalam
pakan (dalam proses pemalsuan pakan), tidak sedikit yang mengandung bahan-bahan
yang berbahaya bagi tubuh. Bahan-bahan tersebut tidak dapat diurai oleh tubuh
ternak sehingga tertimbun didalam tubuh ternak. Bahan berbahaya yang tertimbun
tersebut akan mengkontaminasi produk yang dihasilkan oleh ternak (dalam hal ini
ialah telur). Telur yang terkontaminasi tersebut akan dikonsumsi oleh manusia
yang akhirnya tertimbun dalam tubuh manusia dan akan menimbulkan berbagai
penyakit pada manusia. Misalnya,
apabila aflatoxin yang terkandung dalam jagung terlalu tinggi maka akan
menimbulkan residu di dalam ayam tersebut dan telur yang dihasilkan. Apabila
manusia mengonsumsi hasil ternak tersebut, maka akan mengakibatkan penyakit
jangka pendek (akut) dan jangka panjang (kronis) (Mulyadi et al., 2011).
Selain peternak
dan masyarakat (konsumen), pemalsuan bahan pakan memiliki dampak buruk bagi
pemerintah karena dapat berimbas buruk pada ekonomi dan politik negara. Pakan
yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan akan menurunkan produk
yang dihasilkan. Produk yang dihasilkan akan dibawah standar, sehingga tidak
bisa diekspor dan menembus pasar dunia. Negara lain tidak akan membeli produk
peternakan yang dibawah standar yang telah ditetapkan sehingga, produk
peternakan kita hanya dapat dipasarkan dalam negeri. Produk yang hanya dapat
dipasarkan dalam negeri akan merugikan pemerintah karena menurunkan income bagi
negara. Selain ekonomi, pemalsuan bahan pakan akan berdampak negatif bagi
politik. Produk peternakan yang dibawah standar karena penggunakan pakan yang
dibawah standar, tidak dapat diekspor dan menembus pasar dunia sehingga
indonesia tidak dapat melakukan hubungan perdagangan antar negara, sehingga
hubungan politik antar negara yang didasarkan atas perdagangan produk
peternakan tidak tercipta.
F. MANFAAT
STANDARISASI PAKAN
1.
Jaminan bahwa produk yang dihasilkan telah memenuhi
standar GMP+ B2 PDV dan sesuai dengan ketentuan EU regulation;
2.
Produk dan bahan pakan dapat diterima negara-negara
anggota Uni Eropa;
3.
Pemastian bahwa produk yang dihasilkan dikelola
melalui proses yang konsisten dengan memperhatikan keamanan pakan;
4.
Adanya transparansi proses di mata para stake holders;
5.
Nama perusahaan tercantum di website PDV dan menjadi
sarana promosi on-line;
6.
Memperoleh informasi yang up to date mengenai
perkembangan terkini melalui website PDV.
7.
Meningkatkan kepercayaan pelanggan
8.
Meningkatkan image dan kompetensi perusahaan
9.
Meningkatkan kesempatan perusahaan untuk memasuki
pasar global
10.
Meningkatkan wawasan dan pengetahuan terhadap produk
11.
Berpartisipasi dalam program keamanan pakan
12.
Menjadi pendukung dari penerapan system menejemen mutu
DAFTAR
PUSTAKA
Packham, R. G. 1982. Feed Composition, Formulation
and Poultry Nutrtion and Growth Manual. Australian Universities International
Development Program (AUIDP), Melbourne.
SNI (Standar Nasional
Indonesia). 1992. Tepung Tulang untuk Bahan Makanan Ternak. Dewan Standarisasi
Nasional. Jakarta.
SNI (Standar Nasional
Indonesia). 1996. Bungkil Kedelai/ Bahan Baku Pakan. Badan Standarisasi
Nasional. Jakarta.
SNI (Standar Nasional
Indonesia). 1998. Jagung Bahan Baku Pakan. Badan Standarisasi Nasional.
Jakarta.
SNI (Standar Nasional
Indonesia). 2009.Pakan konsentrat ayam ras petelur dara. Dewan Standarisasi
Nasional. Jakarta.
SNI (Standar Nasional
Indonesia). 2006. Pakan ayam ras petelur dara. Dewan Standarisasi Nasional.
Jakarta.
Tangendjaja, B.
2012. Buku Pengolahan Bahan Pakan Potensi Tepung Bulu untuk Bahan Pakan.
Direktorat Pakan Ternak. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Kementerian Pertanian.
Thahir,
Sudaryono, Soemardi dan Soeharmadi, 1988. Teknologi Pasca Panen Jagung.
Fakultas Pertanian dan Kehutanan . UNHAS.
WIDIASTUTI, R., T .B .
MURDIATI dan YUNINGSIH . 2000. Residu Hormon 17-G3 trenbolon pada daging sapi impor yang beredar di DKI,
Jakarta . Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 18 - 19 September 2000. Puslit Peternakan, Bogor
. h1m . 578-581 .
Bahri, Sjamsul., Y. Sani
dan Indraningsih. 2006. Beberapa Faktor yang mempengaruhi keamanan pangan asal ternak di Indonesia. Wartazoa
vol.16 No.1. Bogor.
Mulyadi, D.D. Nurcahyo, Herman, A. Rosyid, F.
Ridhayati, Khairiyati, Dewiapriyani.
2011. Aflatoxin pada Pakan Ternak. Universitas Syiah Kuala