PROTEKSI
PROTEIN AMPAS KECAP SEBAGAI SUPLEMENTASI
FEED BURGER PAKAN LENGKAP DARI BATANG PISANG
H.
I. Savitri. 23010112130093
Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas
Diponegoro
Menelaah
dari tige jurnal sebagai berikut:
Pengaruh Proteksi
Protein Ampas Kecap Dengan Tanin terhadap Konsentrasi Amonia, Produksi Protein
Total dan Persentase Rumen Undegraded Dietary Protein Secara In Vitro
N. S. Mayangsari, A.
Subrata dan M. Christiyanto
Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas
Diponegoro, Semarang
Pengaruh Pencampuran Cairan Batang Pisang dan Pemanasan terhadap
Degradasi Bungkil Kedelai di dalam Rumen Domba
D. Yulistiani, W. Puastuti dan I W. Mathius
Balai Penelitian Ternak,
Bogor
Nilai Nutrisi Batang Pisang dari Produk Bioproses (Ensilage) Sebagai
Ransum Lengkap
Tidi Dhalika, Atun Budiman, Budi Ayuningsih dan Mansyur
Fakultas Peternakan
Universitas Padjadjaran
PENDAHULUAN
Ampas kecap merupakan
limbah dari agro industro kecap yang berbahan dasar kedelai. Biji kedelai
merupakan bahan makanan yang mempuyai kadar protein yang cukup tinggi, yaitu
sekitar 35 % .Dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan kecap secara
fermentasi ,protein yang terdapat dalam kecap hanya sekitar 7 %, sedangkan
sisanya ikut terbuang dalam ampas kecap. Setelah proses fermentasi, 65% protein
masih tertinggal pada ampas kecap. Protein yang tertinggal pada ampas kecap
kebanyakan berasal dari protein biji kedelai. Jadi dalam ampas kecap, protein
yang dikandung masih cukup banyak , sedangkan ampas kecap tersebut oleh
pengusaha – pengusaha pabrik kecap dibuang begitu saja.
Tanaman pisang (Musa paradisiaca) merupakan salah satu
tanaman yang mampu hidup diberbagai musim sehingga hampir semua daerah di
Indonesia banyak membudidayakannya. Salah satu limbah yang dikeluarkan dari
proses budidaya tanaman pisang dan memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai
komponen ransum ternak adalah gedebog (batang) pisang sisa panen. Kelemahan
gedebog pisang sebagai bahan pakan untuk ternak secara langsung dalam bentuk
alami adalah nilai palatabilitas yang rendah. Adanya tannin suatu senyawa
phenol yang akan mengganggu kecernaan bahan organik, khususnya protein dengan
terbentuknya ikatan kompleks tannin-protein berlebihan yang sulit dicerna di
dalam sistem pencernaan ruminansia, dan kandungan serat kasar yang tinggi.
Banyak factor yang
berpengaruh pada kandungan nutrisi suatu bahan pakan. Sebagai contoh adalah
pemanasan. Pemanasan pada tingkat tertentu dalam pengolahan suatu bahan pakan
dapat menurunkan tingkat kecernaan bahan tersebut karena terbentuknya senyawa
kimia baru yang menjadikan bahan pakan menjadi sulit untuk dicerna walaupun
nampaknya mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi. Dengan rendahnya tingkat
kecernaan maka penggunaan bahan pakan tersebut akan berkurang manfaatnya.
Melihat kenyataan
tersebut maka perlu dilakuakan pengolahan bahan tersebut untuk meningkatkan
kualitas nutrisi dan kecernaannya. Salah satu teknologi yang dapat digunakan
untuk mengatasi kendala pemanfaatan batang pisang sebagai komponen ransum
ruminansia adalah aplikasi teknologi bioproses dengan metode fermentasi. Adanya
proteksi protein ampas kecap dengan menambahkan nilai konsentrasi ammonia
diterapkan agar dimanfaatkan kembali limbah tersebut sebagai bahan formulasi
berbagai produk pakan. Hasil dari proteksi protein ampas tebu yang difermentasi
kita formulasikan dengan bahan pakan dari limbah pertanian lainnya menjadi feed
burger sebagai pakan lengkap (complete feed). Pengolahan ini bertujuan
meningkatkan kualitas nutrisi bahan pakan, sekaligus untuk mengawetkannya.
TINJAUAN
PUSTAKA
Produksi protein
mikrobia rumen dipengaruhi oleh konsentrasi amonia karena bersama-sama dengan
VFA (volatile fatty acids), merupakan bahan utama pembentuk protein
tubuh mikroba rumen (Ridwan, 2006). Ampas kecap juga mampu menyediakan ammonias
dan VFA untuk mikrobia rumen, dengan produksi NH3 sebesar mM dan VFA sebesar
131,73 mM. pakan sumber protein inijuga memberikan protein asal makanan yang
lolos perombakan dalam jumlah yang cukup untuk pencernaan pasca rumen.
Meningkatnya konsumsi RUP akan meningkatkan kemampuan asam amino untuk sekresi
protein di dalam ambing (Kanjanaprutipong dan Buatong, 2002)
Proses perendaman dan
pemanasan pada ampas kecap yang berulang kali dapat menyebabkan browning dan
denaturasi protein. proses perendaman dan pemanasan pada ampas kecap yang
berulang kali dapat menyebabkan browning dan denaturasi protein. Protein
yang mengalami denaturasi dan reaksi browning relatif tahan terhadap
degradasi dalam rumen. Oleh sebab itu, ampas kecap tidak perlu diproteksi lagi
karena sudah tahan degradasi. Salah satu cara menurunkan degradasi dalam rumen
yaitu browning dan denaturasi protein
(Santoso, 1998).
Pengukuran degradasi
dalam rumen sangat ditentukan oleh faktor kelarutan bahan pakan dan waktu
inkubasi (Lubis, 1992). Degradabilitas dapat dijadikan salah satu indikator
dalam menentukan kualitas ransum. Laju degradasi protein dan bahan organik yang
bervariasi dipengaruhi oleh perbedaan kandungan nutrien (protein atau bahan
organik), tipe protein (struktur dan kelarutan protein), interaksi nutrien
khususnya karbohidrat dalam beberapa pakan atau dalam rumen dan kandungan serat
kasar (Hermon, 2009).
Tanin mempunyai peranan
dalam penghambatan aktivitas enzim proteolitik di dalam rumen sehingga
kecernaan protein menurun. Namun campuran antara tanin dengan protein harus
dalam keadaan seimbang untuk mendapatkan hasil proteksi protein yang optimal.
Dalam penelitian ini meskipun rasio cairan batang pisang dinaikkan tetapi tidak
diikuti dengan penurunan potensial degradasi protein (NORTON dan AHN, 1997)
Pemberian ransum
suplemen ampas bir dan ampas kecap mampu meningkatkan konsumsi ransum, produksi
susu, berat jenis susu, kadar lemak, kadar p[rotein, dan kadar laktosa susu
serta selisih penerimaan dengan biaya pakan dibandingkan control. Semakin meningkatnya
taraf penggunaan ransum suplemen menunjukkan konsumsi (BK, PK, dan ME) yang
semakin meningkat. Pemberian ransum suplemen 1,5 kg/hari dapat meningkatkan
produksi susu. Kadar lemak, BJ susu, kadar protein, laktosa, BK susu mengalami
puncak peningkatan pada pemberian ransum suplemen 2 kg/hari tetapi hasil ini
tidak berbeda dibandingkan control, pemberian ransum suplemen tidak
mempengaruhi pH dan TPC namun pada pemberian ransum suplemen sebanyak 1,5
kg/hari menghasilkan jumlah bakteri susu yang cenderung lebih rendah dan pH
yang cenderung tinggi dibandingkan control. Pemberian ransum suplemen pada
semua taraf pemberian menghasilkan nilai efisiensi penggunaan pakan baik BK,
PK, dan ME mengalami penurunan dibandingkan control (Arimbi, 2004)
METODE
PENELITIAN
Proteksi Protein Ampas Kecap dengan
Tanin
Penelitian untuk
mengkaji upaya proteksi protein ampas kecap sebagai sumber protein ruminansia
dengan menggunakan tanin yang bersumber dari daun mangrove dilakukan dua tahap kegiatan. Tahap pertama adalah ekstraksi
tanin daun mangrove. Langkah yang dilakukan yaitu daun mangrove digiling sampai
halus kemudian masukkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan alkohol
96% dengan perbandingan 1 : 3 (50 g sampel : 150 ml pelarut) dan didiamkan
selama 12 jam. Ekstrak yang diperoleh disaring dengan menggunakan kain bersih.
Selanjutnya diuapkan hingga ekstrak lebih pekat kemudian dikeringkan dalam oven
pada suhu 40°C untuk memperoleh kristal tanin.
Tahap kedua adalah
proses proteksi protein ampas kecap sebagai pakan sumber protein dengan
menggunakan tanin terkondensasi sebagai bahan proteksi. Bahan proteksi yang
dipakai adalah tanin yang bersumber dari daun mangrove. Setelah diketahui kadar
tanin terkondensasi dari ekstrak daun mangrove selanjutnya digunakan untuk
proteksi ampas kecap. Penambahan tanin pada ampas kecap dilakukan dengan cara
melarutkan tanin dengan aquades 5 ml kemudian larutan tersebut disemprotkan ke
sampel sesuai dengan kebutuhan aras tanin menggunakan sprayer sambil diaduk
hingga bercampur secara homogen kemudian dikering udarakan.
Pencampuran Cairan
Batang Pisang dan Pemanasan terhadap Degradasi Bungkil Kedelai di dalam Rumen
Domba
. Cairan batang pisang
diperoleh dari pohon pisang yang dipotong antara 25 cm dari ujung atas sampai
25 cm dari atas bongkol. Batang pisang tersebut dicacah halus kemudian diperas
untuk diperoleh cairannya, yang untuk selanjutnya siap utuk dipergunakan.
Rasio
tanin terkondensasi pada masing-masing campuran cairan batang pisang tersebut
secara berurutan adalah setara dengan 2,48; 4,96 dan 7,44 mg/g bungkil kedelai.
Campuran cairan batang pisang dan bungkil kedelai ini kemudian dikeringkan di
dalam oven dengan dua perlakuan tingkat pemanasan yaitu 60 dan 90oC. Setelah
kering, sampel kemudian digiling dengan ukuran saringan 2,5 mm untuk digunakan.
Degradasi subtstrat
dilakukan dengan metode nylon bag, sebanyak 5 g sample dari bungkil kedelai
yang tidak dicampur (kontrol) atau yang dicampur dengan cairan batang pisang
dimasukkan kedalam kantong polyester berukuran 9 x 5 cm dan dengan porositas 45
µm. Setiap sampel dipersiapkan secara duplo. Semua kantong direndam dalam air
selama 5 menit untuk mengeluarkan udara yang ada dalam kantong, untuk
selanjutnnya dimasukkan ke dalam rumen domba melalui fistula untuk diinkubasi
selama 48, 24, 16, 8, 4 dan 2 jam. Setelah diinkubasi semua kantong termasuk
kantong inkubasi 0 jam, secepatnya dicuci dibawah kran air yang mengalir sampai
warna air dari kantong berwarna jernih, kemudian dikeringkan di dalam oven pada
suhu 60oC selama 72 jam.
Pengolahan Batang Pisang sebagai Feed
Burger
Dalam pengolahan feed
burger, tahap pertama adalah pembuatan fermentasi batang pisang terlebih
dahulu. Tahap selanjutnya mencampurkan hasil fermentasi dengan ampas kecap dan
bahan lainnya. Fermentasi dilakukan dengan cara, batang pisang yang sudah
dilayukan dicacah dengan ukuran antara 3-5 cm, timbang sesuai dengan
kebutuhan. hamparkan pada lantai tembok
yang sudah disediakan. Molasses sebagai bahan imbuhan (zat aditif) untuk
mempercepat proses fermentasi ditimbang sesuai dengan kebutuhan dan menebarkan
secara merata diatas permukaan hamparan cacahan batang pisang dan mencampurnya
sampai merata. Memadatkan dan memasukkan ke dalam tempat yang kedap oksigen dan
disimpan jangan dibuka sampai 3 minggu. Hasil fermentasi kemudian dicampurkan
dengan ampas kecap yang sudah terproteksi proteinnya dan dedak padi sesuai
dengan kebutuhan. Setelah merata, masukkan kedalam kantong plastic dan sedot
udara yang ada di dalamnya serta pastikan tidak ada kebocoran di dalamnya.
Membiarkan proses fermentasi berlangsung dan buirger siap disajikan ke
ternak.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Proteksi Protein Ampas Kecap dengan
Tanin
Berdasarkan
hasil penelitian bahwa proteksi protein ampas kecap menggunakan tanin daun
mangrove nyata menurunkan konsentrasi amonia (NH3) pada 3 jam inkubasi tetapi
tidak mempengaruhi produksi protein total dan persentase RUDP nya. Adanya pengaruh
terhadap konsentrasi NH3 pada ampas kecap. Penambahan tanin 0,25% mampu
menurunkan konsentrasi NH3, tetapi peningkatan aras tanin sampai 0,75% tidak
menyebabkan penurunan lebih lanjut. Penurunan konsentrasi amonia dalam hasil
penelitian ini dikarenakan tanin mampu memproteksi protein dari degradasi
rumen. Sesuai dengan pendapat Ridwan (2006) Produksi protein mikrobia rumen
dipengaruhi oleh konsentrasi amonia karena bersama-sama dengan VFA (volatile
fatty acids), merupakan bahan utama pembentuk protein tubuh mikroba rumen.
Hasil analisis variansi
terhadap nilai produksi protein total menunjukkan bahwa aras tanin sampai 0,75%
tidak berpengaruh terhadap produksi protein total. Hal ini disebabkan karena
ampas kecap adalah hasil akhir pembuatan kecap yang telah mengalami beberapa
kali proses pengolahan sehingga kandungan protein di dalam ampas kecap
berkurang telah mengalami denaturasi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Santoso (1998) Proses perendaman dan pemanasan pada ampas kecap yang
berulang kali dapat menyebabkan browning dan denaturasi protein. proses
perendaman dan pemanasan pada ampas kecap yang berulang kali dapat menyebabkan browning
dan denaturasi protein. Protein yang mengalami denaturasi dan reaksi browning
relatif tahan terhadap degradasi dalam rumen. Oleh sebab itu, ampas kecap
tidak perlu diproteksi lagi karena sudah tahan degradasi. Salah satu cara
menurunkan degradasi dalam rumen yaitu browning dan denaturasi protein.
Hasil
analisis variansi terhadap nilai persentase RUDP menunjukkan bahwa aras tanin
sampai 0,75% tidak berpengaruh terhadap persentase RUDP. Rata-rata persentase
RUDP ampas kecap pada perlakuan T0, T1, T2 dan T3 yang relatif sama disebabkan
oleh mikroba mendegradasi protein ampas kecap relatif sama pada seluruh
perlakuan. Persentase RUDP yang tidak berbeda nyata (p>0,05) seiring dengan
penambahan aras tanin mengindikasikan bahwa proteksi tanin pada ampas kecap
tidak mampu melindungi protein dari degradasi di dalam rumen. Hal ini
disebabkan karena pada dasarnya ampas kecap tidak perlu lagi diproteksi.
Pencampuran Cairan
Batang Pisang dan Pemanasan terhadap Degradasi Bungkil Kedelai di dalam Rumen
Domba
Bungkil
kedelai yang dicampur dengan cairan batang pisang pada rasio 1 : dan dipanaskan pada 60oC mempunyai tingkat
degradasi yang paling rendah. terlihat adanya pengaruh interaksi dari pada
tingkat rasio cairan batang pisang dengan tingkat pemanasan. Kelarutan BK
(fraksi A) tertinggi terjadi pada pencampuran cairan batang pisang pada rasio
1:2 yang dipanaskan pada 90oC.
Terjadi penurunan
kecepatan degaradasi dan penurunan potensial degradasi protein pada bungkil
kedelai yang dicampur dengan cairan batang pisang. Data menunjukkan terjadinya
pengaruh proteksi protein dari tanin cairan batang pisang namun pengaruh rasio
pencampuran ini tidak konsisten. Oleh karena itu untuk penelitian berikutnya
akan lebih baik apabila tanin dari cairan batang pisang ini diekstraksi
terlebih dahulu dan menjadi lebih pekat atau dibuat tepung sehingga pengaruh
tanin tidak dipengaruhi oleh kandungan air yang ada dalam cairan pisang.
Hal ini menunjukkan
bahwa adanya kandungan tanin dalam cairan batang pisang melindungi protein
bungkil kedelai dari degradasi di dalam rumen. Menurut NORTON dan AHN (1997)
tanin mempunyai peranan dalam penghambatan aktivitas enzim proteolitik di dalam
rumen sehingga kecernaan protein menurun. Namun campuran antara tanin dengan
protein harus dalam keadaan seimbang untuk mendapatkan hasil proteksi protein
yang optimal. Dalam penelitian ini meskipun rasio cairan batang pisang
dinaikkan tetapi tidak diikuti dengan penurunan potensial degradasi protein.
Pengolahan
Batang Pisang sebagai Feed Burger
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa bioproses campuran batang pisang, umbi singkong dan biji
jagung sebagai makan lengkap tidah menurunkan nilai nutrisi batang pisang dan
ada peningkatan kandungan bahan kering yang pada batang pisang. Kombinasi
campuran yang baik untuk batang pisang sebagai pakan lengkap adalah 30% batang
pisang, 35% umbi singkong dan 35% biji jagung. Kandungan serat kasar batang
pisang produk fermentasi anaerob dari campuran batang pisang, umbi singkong dan
biji jagung masih berada pada kisaran kandungan lemak kasar batang pisang
segar, artinya proses fermentasi anaerob yang terjadi dapat mempertahankan
kandungan lemak kasar batang pisang dari proses perusakan zat makanan,
khususnya lemak kasar.
Kelebihan dari burger
pakan ternak ini adalah bisa bertahan 6 bulan, bahan-bahannya sederhana, proses
pembuatan sederhana, tidak memerlukan mesin, dan biaya pembuatannya relatif
murah. Namun begitu ada juga kekurangannya, yaitu dalam proses pembuatannya
memerlukan mikrobia yang tidak mudah didapatkan secara umum, dan dalam
penyajiannya, setelah kantong plastik dibuka maka makanan harus habis pada hari
yang sama.
Menurut hasil
penelitian Arimbi (2004) Pemberian ransum suplemen ampas bir dan ampas kecap
mampu meningkatkan konsumsi ransum, produksi susu, berat jenis susu, kadar
lemak, kadar protein, dan kadar laktosa susu serta selisih penerimaan dengan
biaya pakan dibandingkan control. Semakin meningkatnya taraf penggunaan ransum
suplemen menunjukkan konsumsi (BK, PK, dan ME) yang semakin meningkat. Pemberian
ransum suplemen 1,5 kg/hari dapat meningkatkan produksi susu. Kadar lemak, BJ
susu, kadar protein, laktosa, BK susu mengalami puncak peningkatan pada
pemberian ransum suplemen 2 kg/hari tetapi hasil ini tidak berbeda dibandingkan
control, pemberian ransum suplemen tidak mempengaruhi pH dan TPC namun pada
pemberian ransum suplemen sebanyak 1,5 kg/hari menghasilkan jumlah bakteri susu
yang cenderung lebih rendah dan pH yang cenderung tinggi dibandingkan control.
KESIMPULAN
Proteksi protein ampas kecap menggunakan tanin
daun mangrove nyata menurunkan konsentrasi amonia (NH3) pada 3 jam inkubasi
tetapi tidak mempengaruhi produksi protein total dan persentase RUDP nya. karena
ampas kecap adalah hasil akhir pembuatan kecap yang telah mengalami beberapa
kali proses pengolahan sehingga kandungan protein di dalam ampas kecap
berkurang telah mengalami denaturasi. Terjadi penurunan kecepatan degaradasi
dan penurunan potensial degradasi protein pada bungkil kedelai yang dicampur
dengan cairan batang pisang. Data menunjukkan terjadinya pengaruh proteksi
protein dari tanin cairan batang pisang namun pengaruh rasio pencampuran ini
tidak konsisten. Hal ini dekarenakan dipengaruhi oleh kandungan air yang ada
dalam cairan pisang. Bioproses campuran batang pisang, umbi singkong dan biji
jagung sebagai makan lengkap tidah menurunkan nilai nutrisi batang pisang dan
ada peningkatan kandungan bahan kering yang pada batang pisang. Proses
fermentasi anaerob yang terjadi dapat mempertahankan kandungan lemak kasar
batang pisang dari proses perusakan zat makanan, khususnya lemak kasar. Kelebihan
dari burger pakan ternak ini adalah bisa bertahan 6 bulan, bahan-bahannya
sederhana, proses pembuatan sederhana, tidak memerlukan mesin, dan biaya
pembuatannya relatif murah. Namun begitu ada juga kekurangannya, yaitu dalam
proses pembuatannya memerlukan mikrobia yang tidak mudah didapatkan secara
umum, dan dalam penyajiannya, setelah kantong plastik dibuka maka makanan harus
habis pada hari yang sama.
DAFTAR
PUSTAKA
Arimbi,
D. A., 2004. Increasing Milk Production by Supplementation with Diet Containing
Zinc and Copper Bound to Brewers Grain and Soy Sauce Waste. Department of
Animal Nutrition and Feed Sciense, Faculty of Animal Science, Bogor
Agricultural University.
Dhalika,
T., A. Budiman, B. Ayuningsih dan Mansyur. 2011. Nilai Nutrisi Batang Pisang
dari Produk Bioproses Sebagai Ransum Lengkap. Jurnal Ilmu Ternak Vol. 11 (1):
17-23.
Hermon.
2009. Indeks Sinkronisasi Pelepasan N-Protein dan Energi dalam Rumen sebagai
Basis Formulasi Ransum Ternak Ruminansia dengan Bahan Lokal. Sekolah
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Disertasi)
Kanjanapruthipong,
J. dan N. Buatong. 2002. Effect of rumen undegradable protein and minerals
proteinate on early lactation performance and ovarian functions of diarycows in
the tropics. Asian Aus. J. Anim. Sci. 15 : 806-811.
Lubis,
M. H. 1992. Laju Degradasi Bahan Kering dan Bahan Organik Setaria splendida,
Rumput Lapang dan Alang-alang (Imperata cylindrica) dengan Teknik In
Situ. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mayangsari,
N. S., A. Subrata dan M. Christiyanto. 2013. Pengaruh Proteksi Protein Ampas
Kecap dengan TAnin terhadap Konsentrasi Amonia, Produksi Protein Total dan
Persentase Rumen Undedrade Dietary Protein secara In Vitro. Animal Agriculture
Journal, Vol. 2. (1):p 261-268.
Ridwan,
A. A. 2006. Perubahan-Perubahan Protein yang Diakibatkan oleh Proses Pengolahan
Daging Domba. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi)
Santoso.
1998. Kecap dan Tauco Kedelai. Kanisius. Yogyakarta.
Yulistiani,
D., W. Puastuti dan I W Mathius. 2010. Pengaruh Pencampuran Cairan Batng Pisang
dan Pemanasan terhadap Degradasi Bungkil Kedelai di dalam Rumen Domba. JITV
Vol. 15 (1):1-8.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar