Minggu, 01 Februari 2015

PROTEKSI PROTEIN AMPAS KECAP SEBAGAI SUPLEMENTASI FEED BURGER PAKAN LENGKAP DARI BATANG PISANG

PROTEKSI PROTEIN AMPAS KECAP SEBAGAI SUPLEMENTASI  FEED BURGER PAKAN LENGKAP DARI BATANG PISANG

H. I. Savitri. 23010112130093
Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro


Menelaah dari tige jurnal sebagai berikut:

Pengaruh Proteksi Protein Ampas Kecap Dengan Tanin terhadap Konsentrasi Amonia, Produksi Protein Total dan Persentase Rumen Undegraded Dietary Protein Secara In Vitro

N. S. Mayangsari, A. Subrata dan M. Christiyanto
Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang

Pengaruh Pencampuran Cairan Batang Pisang dan Pemanasan terhadap
Degradasi Bungkil Kedelai di dalam Rumen Domba

D. Yulistiani, W. Puastuti dan I W. Mathius
Balai Penelitian Ternak, Bogor

Nilai Nutrisi Batang Pisang dari Produk Bioproses (Ensilage) Sebagai Ransum Lengkap

Tidi Dhalika, Atun Budiman, Budi Ayuningsih dan Mansyur
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran






PENDAHULUAN


Ampas kecap merupakan limbah dari agro industro kecap yang berbahan dasar kedelai. Biji kedelai merupakan bahan makanan yang mempuyai kadar protein yang cukup tinggi, yaitu sekitar 35 % .Dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan kecap secara fermentasi ,protein yang terdapat dalam kecap hanya sekitar 7 %, sedangkan sisanya ikut terbuang dalam ampas kecap. Setelah proses fermentasi, 65% protein masih tertinggal pada ampas kecap. Protein yang tertinggal pada ampas kecap kebanyakan berasal dari protein biji kedelai. Jadi dalam ampas kecap, protein yang dikandung masih cukup banyak , sedangkan ampas kecap tersebut oleh pengusaha – pengusaha pabrik kecap dibuang begitu saja.
Tanaman pisang (Musa paradisiaca) merupakan salah satu tanaman yang mampu hidup diberbagai musim sehingga hampir semua daerah di Indonesia banyak membudidayakannya. Salah satu limbah yang dikeluarkan dari proses budidaya tanaman pisang dan memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai komponen ransum ternak adalah gedebog (batang) pisang sisa panen. Kelemahan gedebog pisang sebagai bahan pakan untuk ternak secara langsung dalam bentuk alami adalah nilai palatabilitas yang rendah. Adanya tannin suatu senyawa phenol yang akan mengganggu kecernaan bahan organik, khususnya protein dengan terbentuknya ikatan kompleks tannin-protein berlebihan yang sulit dicerna di dalam sistem pencernaan ruminansia, dan kandungan serat kasar yang tinggi.
Banyak factor yang berpengaruh pada kandungan nutrisi suatu bahan pakan. Sebagai contoh adalah pemanasan. Pemanasan pada tingkat tertentu dalam pengolahan suatu bahan pakan dapat menurunkan tingkat kecernaan bahan tersebut karena terbentuknya senyawa kimia baru yang menjadikan bahan pakan menjadi sulit untuk dicerna walaupun nampaknya mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi. Dengan rendahnya tingkat kecernaan maka penggunaan bahan pakan tersebut akan berkurang manfaatnya.
Melihat kenyataan tersebut maka perlu dilakuakan pengolahan bahan tersebut untuk meningkatkan kualitas nutrisi dan kecernaannya. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk mengatasi kendala pemanfaatan batang pisang sebagai komponen ransum ruminansia adalah aplikasi teknologi bioproses dengan metode fermentasi. Adanya proteksi protein ampas kecap dengan menambahkan nilai konsentrasi ammonia diterapkan agar dimanfaatkan kembali limbah tersebut sebagai bahan formulasi berbagai produk pakan. Hasil dari proteksi protein ampas tebu yang difermentasi kita formulasikan dengan bahan pakan dari limbah pertanian lainnya menjadi feed burger sebagai pakan lengkap (complete feed). Pengolahan ini bertujuan meningkatkan kualitas nutrisi bahan pakan, sekaligus untuk mengawetkannya.




TINJAUAN PUSTAKA


Produksi protein mikrobia rumen dipengaruhi oleh konsentrasi amonia karena bersama-sama dengan VFA (volatile fatty acids), merupakan bahan utama pembentuk protein tubuh mikroba rumen (Ridwan, 2006). Ampas kecap juga mampu menyediakan ammonias dan VFA untuk mikrobia rumen, dengan produksi NH3 sebesar mM dan VFA sebesar 131,73 mM. pakan sumber protein inijuga memberikan protein asal makanan yang lolos perombakan dalam jumlah yang cukup untuk pencernaan pasca rumen. Meningkatnya konsumsi RUP akan meningkatkan kemampuan asam amino untuk sekresi protein di dalam ambing (Kanjanaprutipong dan Buatong, 2002)
Proses perendaman dan pemanasan pada ampas kecap yang berulang kali dapat menyebabkan browning dan denaturasi protein. proses perendaman dan pemanasan pada ampas kecap yang berulang kali dapat menyebabkan browning dan denaturasi protein. Protein yang mengalami denaturasi dan reaksi browning relatif tahan terhadap degradasi dalam rumen. Oleh sebab itu, ampas kecap tidak perlu diproteksi lagi karena sudah tahan degradasi. Salah satu cara menurunkan degradasi dalam rumen yaitu browning dan denaturasi protein  (Santoso, 1998). 
Pengukuran degradasi dalam rumen sangat ditentukan oleh faktor kelarutan bahan pakan dan waktu inkubasi (Lubis, 1992). Degradabilitas dapat dijadikan salah satu indikator dalam menentukan kualitas ransum. Laju degradasi protein dan bahan organik yang bervariasi dipengaruhi oleh perbedaan kandungan nutrien (protein atau bahan organik), tipe protein (struktur dan kelarutan protein), interaksi nutrien khususnya karbohidrat dalam beberapa pakan atau dalam rumen dan kandungan serat kasar (Hermon, 2009).
Tanin mempunyai peranan dalam penghambatan aktivitas enzim proteolitik di dalam rumen sehingga kecernaan protein menurun. Namun campuran antara tanin dengan protein harus dalam keadaan seimbang untuk mendapatkan hasil proteksi protein yang optimal. Dalam penelitian ini meskipun rasio cairan batang pisang dinaikkan tetapi tidak diikuti dengan penurunan potensial degradasi protein (NORTON dan AHN, 1997)
Pemberian ransum suplemen ampas bir dan ampas kecap mampu meningkatkan konsumsi ransum, produksi susu, berat jenis susu, kadar lemak, kadar p[rotein, dan kadar laktosa susu serta selisih penerimaan dengan biaya pakan dibandingkan control. Semakin meningkatnya taraf penggunaan ransum suplemen menunjukkan konsumsi (BK, PK, dan ME) yang semakin meningkat. Pemberian ransum suplemen 1,5 kg/hari dapat meningkatkan produksi susu. Kadar lemak, BJ susu, kadar protein, laktosa, BK susu mengalami puncak peningkatan pada pemberian ransum suplemen 2 kg/hari tetapi hasil ini tidak berbeda dibandingkan control, pemberian ransum suplemen tidak mempengaruhi pH dan TPC namun pada pemberian ransum suplemen sebanyak 1,5 kg/hari menghasilkan jumlah bakteri susu yang cenderung lebih rendah dan pH yang cenderung tinggi dibandingkan control. Pemberian ransum suplemen pada semua taraf pemberian menghasilkan nilai efisiensi penggunaan pakan baik BK, PK, dan ME mengalami penurunan dibandingkan control (Arimbi, 2004)




METODE PENELITIAN


Proteksi Protein Ampas Kecap dengan Tanin

Penelitian untuk mengkaji upaya proteksi protein ampas kecap sebagai sumber protein ruminansia dengan menggunakan tanin yang bersumber dari daun mangrove dilakukan dua  tahap kegiatan. Tahap pertama adalah ekstraksi tanin daun mangrove. Langkah yang dilakukan yaitu daun mangrove digiling sampai halus kemudian masukkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan alkohol 96% dengan perbandingan 1 : 3 (50 g sampel : 150 ml pelarut) dan didiamkan selama 12 jam. Ekstrak yang diperoleh disaring dengan menggunakan kain bersih. Selanjutnya diuapkan hingga ekstrak lebih pekat kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 40°C untuk memperoleh kristal tanin.
Tahap kedua adalah proses proteksi protein ampas kecap sebagai pakan sumber protein dengan menggunakan tanin terkondensasi sebagai bahan proteksi. Bahan proteksi yang dipakai adalah tanin yang bersumber dari daun mangrove. Setelah diketahui kadar tanin terkondensasi dari ekstrak daun mangrove selanjutnya digunakan untuk proteksi ampas kecap. Penambahan tanin pada ampas kecap dilakukan dengan cara melarutkan tanin dengan aquades 5 ml kemudian larutan tersebut disemprotkan ke sampel sesuai dengan kebutuhan aras tanin menggunakan sprayer sambil diaduk hingga bercampur secara homogen kemudian dikering udarakan.

Pencampuran Cairan Batang Pisang dan Pemanasan terhadap Degradasi Bungkil Kedelai di dalam Rumen Domba

. Cairan batang pisang diperoleh dari pohon pisang yang dipotong antara 25 cm dari ujung atas sampai 25 cm dari atas bongkol. Batang pisang tersebut dicacah halus kemudian diperas untuk diperoleh cairannya, yang untuk selanjutnya siap utuk dipergunakan. Rasio tanin terkondensasi pada masing-masing campuran cairan batang pisang tersebut secara berurutan adalah setara dengan 2,48; 4,96 dan 7,44 mg/g bungkil kedelai. Campuran cairan batang pisang dan bungkil kedelai ini kemudian dikeringkan di dalam oven dengan dua perlakuan tingkat pemanasan yaitu 60 dan 90oC. Setelah kering, sampel kemudian digiling dengan ukuran saringan 2,5 mm untuk digunakan.
Degradasi subtstrat dilakukan dengan metode nylon bag, sebanyak 5 g sample dari bungkil kedelai yang tidak dicampur (kontrol) atau yang dicampur dengan cairan batang pisang dimasukkan kedalam kantong polyester berukuran 9 x 5 cm dan dengan porositas 45 µm. Setiap sampel dipersiapkan secara duplo. Semua kantong direndam dalam air selama 5 menit untuk mengeluarkan udara yang ada dalam kantong, untuk selanjutnnya dimasukkan ke dalam rumen domba melalui fistula untuk diinkubasi selama 48, 24, 16, 8, 4 dan 2 jam. Setelah diinkubasi semua kantong termasuk kantong inkubasi 0 jam, secepatnya dicuci dibawah kran air yang mengalir sampai warna air dari kantong berwarna jernih, kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 60oC selama 72 jam.

Pengolahan Batang Pisang sebagai Feed Burger

Dalam pengolahan feed burger, tahap pertama adalah pembuatan fermentasi batang pisang terlebih dahulu. Tahap selanjutnya mencampurkan hasil fermentasi dengan ampas kecap dan bahan lainnya. Fermentasi dilakukan dengan cara, batang pisang yang sudah dilayukan dicacah dengan ukuran antara 3-5 cm, timbang sesuai dengan kebutuhan.  hamparkan pada lantai tembok yang sudah disediakan. Molasses sebagai bahan imbuhan (zat aditif) untuk mempercepat proses fermentasi ditimbang sesuai dengan kebutuhan dan menebarkan secara merata diatas permukaan hamparan cacahan batang pisang dan mencampurnya sampai merata. Memadatkan dan memasukkan ke dalam tempat yang kedap oksigen dan disimpan jangan dibuka sampai 3 minggu. Hasil fermentasi kemudian dicampurkan dengan ampas kecap yang sudah terproteksi proteinnya dan dedak padi sesuai dengan kebutuhan. Setelah merata, masukkan kedalam kantong plastic dan sedot udara yang ada di dalamnya serta pastikan tidak ada kebocoran di dalamnya. Membiarkan proses fermentasi berlangsung dan buirger siap disajikan ke ternak. 



HASIL DAN PEMBAHASAN


Proteksi Protein Ampas Kecap dengan Tanin

Berdasarkan hasil penelitian bahwa proteksi protein ampas kecap menggunakan tanin daun mangrove nyata menurunkan konsentrasi amonia (NH3) pada 3 jam inkubasi tetapi tidak mempengaruhi produksi protein total dan persentase RUDP nya. Adanya pengaruh terhadap konsentrasi NH3 pada ampas kecap. Penambahan tanin 0,25% mampu menurunkan konsentrasi NH3, tetapi peningkatan aras tanin sampai 0,75% tidak menyebabkan penurunan lebih lanjut. Penurunan konsentrasi amonia dalam hasil penelitian ini dikarenakan tanin mampu memproteksi protein dari degradasi rumen. Sesuai dengan pendapat Ridwan (2006) Produksi protein mikrobia rumen dipengaruhi oleh konsentrasi amonia karena bersama-sama dengan VFA (volatile fatty acids), merupakan bahan utama pembentuk protein tubuh mikroba rumen.
Hasil analisis variansi terhadap nilai produksi protein total menunjukkan bahwa aras tanin sampai 0,75% tidak berpengaruh terhadap produksi protein total. Hal ini disebabkan karena ampas kecap adalah hasil akhir pembuatan kecap yang telah mengalami beberapa kali proses pengolahan sehingga kandungan protein di dalam ampas kecap berkurang telah mengalami denaturasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso (1998) Proses perendaman dan pemanasan pada ampas kecap yang berulang kali dapat menyebabkan browning dan denaturasi protein. proses perendaman dan pemanasan pada ampas kecap yang berulang kali dapat menyebabkan browning dan denaturasi protein. Protein yang mengalami denaturasi dan reaksi browning relatif tahan terhadap degradasi dalam rumen. Oleh sebab itu, ampas kecap tidak perlu diproteksi lagi karena sudah tahan degradasi. Salah satu cara menurunkan degradasi dalam rumen yaitu browning dan denaturasi protein.
Hasil analisis variansi terhadap nilai persentase RUDP menunjukkan bahwa aras tanin sampai 0,75% tidak berpengaruh terhadap persentase RUDP. Rata-rata persentase RUDP ampas kecap pada perlakuan T0, T1, T2 dan T3 yang relatif sama disebabkan oleh mikroba mendegradasi protein ampas kecap relatif sama pada seluruh perlakuan. Persentase RUDP yang tidak berbeda nyata (p>0,05) seiring dengan penambahan aras tanin mengindikasikan bahwa proteksi tanin pada ampas kecap tidak mampu melindungi protein dari degradasi di dalam rumen. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya ampas kecap tidak perlu lagi diproteksi.

Pencampuran Cairan Batang Pisang dan Pemanasan terhadap Degradasi Bungkil Kedelai di dalam Rumen Domba

Bungkil kedelai yang dicampur dengan cairan batang pisang pada rasio 1 :  dan dipanaskan pada 60oC mempunyai tingkat degradasi yang paling rendah. terlihat adanya pengaruh interaksi dari pada tingkat rasio cairan batang pisang dengan tingkat pemanasan. Kelarutan BK (fraksi A) tertinggi terjadi pada pencampuran cairan batang pisang pada rasio 1:2 yang dipanaskan pada 90oC.
Terjadi penurunan kecepatan degaradasi dan penurunan potensial degradasi protein pada bungkil kedelai yang dicampur dengan cairan batang pisang. Data menunjukkan terjadinya pengaruh proteksi protein dari tanin cairan batang pisang namun pengaruh rasio pencampuran ini tidak konsisten. Oleh karena itu untuk penelitian berikutnya akan lebih baik apabila tanin dari cairan batang pisang ini diekstraksi terlebih dahulu dan menjadi lebih pekat atau dibuat tepung sehingga pengaruh tanin tidak dipengaruhi oleh kandungan air yang ada dalam cairan pisang.
Hal ini menunjukkan bahwa adanya kandungan tanin dalam cairan batang pisang melindungi protein bungkil kedelai dari degradasi di dalam rumen. Menurut NORTON dan AHN (1997) tanin mempunyai peranan dalam penghambatan aktivitas enzim proteolitik di dalam rumen sehingga kecernaan protein menurun. Namun campuran antara tanin dengan protein harus dalam keadaan seimbang untuk mendapatkan hasil proteksi protein yang optimal. Dalam penelitian ini meskipun rasio cairan batang pisang dinaikkan tetapi tidak diikuti dengan penurunan potensial degradasi protein.

Pengolahan Batang Pisang sebagai Feed Burger
           
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bioproses campuran batang pisang, umbi singkong dan biji jagung sebagai makan lengkap tidah menurunkan nilai nutrisi batang pisang dan ada peningkatan kandungan bahan kering yang pada batang pisang. Kombinasi campuran yang baik untuk batang pisang sebagai pakan lengkap adalah 30% batang pisang, 35% umbi singkong dan 35% biji jagung. Kandungan serat kasar batang pisang produk fermentasi anaerob dari campuran batang pisang, umbi singkong dan biji jagung masih berada pada kisaran kandungan lemak kasar batang pisang segar, artinya proses fermentasi anaerob yang terjadi dapat mempertahankan kandungan lemak kasar batang pisang dari proses perusakan zat makanan, khususnya lemak kasar.
Kelebihan dari burger pakan ternak ini adalah bisa bertahan 6 bulan, bahan-bahannya sederhana, proses pembuatan sederhana, tidak memerlukan mesin, dan biaya pembuatannya relatif murah. Namun begitu ada juga kekurangannya, yaitu dalam proses pembuatannya memerlukan mikrobia yang tidak mudah didapatkan secara umum, dan dalam penyajiannya, setelah kantong plastik dibuka maka makanan harus habis pada hari yang sama.
Menurut hasil penelitian Arimbi (2004) Pemberian ransum suplemen ampas bir dan ampas kecap mampu meningkatkan konsumsi ransum, produksi susu, berat jenis susu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar laktosa susu serta selisih penerimaan dengan biaya pakan dibandingkan control. Semakin meningkatnya taraf penggunaan ransum suplemen menunjukkan konsumsi (BK, PK, dan ME) yang semakin meningkat. Pemberian ransum suplemen 1,5 kg/hari dapat meningkatkan produksi susu. Kadar lemak, BJ susu, kadar protein, laktosa, BK susu mengalami puncak peningkatan pada pemberian ransum suplemen 2 kg/hari tetapi hasil ini tidak berbeda dibandingkan control, pemberian ransum suplemen tidak mempengaruhi pH dan TPC namun pada pemberian ransum suplemen sebanyak 1,5 kg/hari menghasilkan jumlah bakteri susu yang cenderung lebih rendah dan pH yang cenderung tinggi dibandingkan control.



KESIMPULAN

 Proteksi protein ampas kecap menggunakan tanin daun mangrove nyata menurunkan konsentrasi amonia (NH3) pada 3 jam inkubasi tetapi tidak mempengaruhi produksi protein total dan persentase RUDP nya. karena ampas kecap adalah hasil akhir pembuatan kecap yang telah mengalami beberapa kali proses pengolahan sehingga kandungan protein di dalam ampas kecap berkurang telah mengalami denaturasi. Terjadi penurunan kecepatan degaradasi dan penurunan potensial degradasi protein pada bungkil kedelai yang dicampur dengan cairan batang pisang. Data menunjukkan terjadinya pengaruh proteksi protein dari tanin cairan batang pisang namun pengaruh rasio pencampuran ini tidak konsisten. Hal ini dekarenakan dipengaruhi oleh kandungan air yang ada dalam cairan pisang. Bioproses campuran batang pisang, umbi singkong dan biji jagung sebagai makan lengkap tidah menurunkan nilai nutrisi batang pisang dan ada peningkatan kandungan bahan kering yang pada batang pisang. Proses fermentasi anaerob yang terjadi dapat mempertahankan kandungan lemak kasar batang pisang dari proses perusakan zat makanan, khususnya lemak kasar. Kelebihan dari burger pakan ternak ini adalah bisa bertahan 6 bulan, bahan-bahannya sederhana, proses pembuatan sederhana, tidak memerlukan mesin, dan biaya pembuatannya relatif murah. Namun begitu ada juga kekurangannya, yaitu dalam proses pembuatannya memerlukan mikrobia yang tidak mudah didapatkan secara umum, dan dalam penyajiannya, setelah kantong plastik dibuka maka makanan harus habis pada hari yang sama.






DAFTAR PUSTAKA


Arimbi, D. A., 2004. Increasing Milk Production by Supplementation with Diet Containing Zinc and Copper Bound to Brewers Grain and Soy Sauce Waste. Department of Animal Nutrition and Feed Sciense, Faculty of Animal Science, Bogor Agricultural University.

Dhalika, T., A. Budiman, B. Ayuningsih dan Mansyur. 2011. Nilai Nutrisi Batang Pisang dari Produk Bioproses Sebagai Ransum Lengkap. Jurnal Ilmu Ternak Vol. 11 (1): 17-23.

Hermon. 2009. Indeks Sinkronisasi Pelepasan N-Protein dan Energi dalam Rumen sebagai Basis Formulasi Ransum Ternak Ruminansia dengan Bahan Lokal. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Disertasi)

Kanjanapruthipong, J. dan N. Buatong. 2002. Effect of rumen undegradable protein and minerals proteinate on early lactation performance and ovarian functions of diarycows in the tropics. Asian Aus. J. Anim. Sci. 15 : 806-811.

Lubis, M. H. 1992. Laju Degradasi Bahan Kering dan Bahan Organik Setaria splendida, Rumput Lapang dan Alang-alang (Imperata cylindrica) dengan Teknik In Situ. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Mayangsari, N. S., A. Subrata dan M. Christiyanto. 2013. Pengaruh Proteksi Protein Ampas Kecap dengan TAnin terhadap Konsentrasi Amonia, Produksi Protein Total dan Persentase Rumen Undedrade Dietary Protein secara In Vitro. Animal Agriculture Journal, Vol. 2. (1):p 261-268.

Ridwan, A. A. 2006. Perubahan-Perubahan Protein yang Diakibatkan oleh Proses Pengolahan Daging Domba. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi)

Santoso. 1998. Kecap dan Tauco Kedelai. Kanisius. Yogyakarta.


Yulistiani, D., W. Puastuti dan I W Mathius. 2010. Pengaruh Pencampuran Cairan Batng Pisang dan Pemanasan terhadap Degradasi Bungkil Kedelai di dalam Rumen Domba. JITV Vol. 15 (1):1-8.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar