Minggu, 01 Februari 2015

POTENSI JAGUNG INDONESIA MENUJU PERSAINGAN PASAR TUNGGAL ASEAN 2015

Tugas Individu Mata Kuliah Pengendalian Mutu Pangan
Tema : Standarisasi Mutu dalam Perdagangan Bahan Pakan dan Pakan


POTENSI JAGUNG INDONESIA MENUJU PERSAINGAN
PASAR TUNGGAL ASEAN 2015







LOGO UNDIP.png







Harum Ishma Savitri
23010112130093









FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

2014


LATAR BELAKANG
Dalam rangka menjaga stabilitas politik dan keamanan regional ASEAN, meningkatkan daya saing kawasan secara keseluruhan di pasar dunia, dan mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan serta meningkatkan standar hidup penduduk, negara – negara anggota ASEAN sepakat untuk segera mewujudkan integrasi ekonomi yang lebih nyata dan berarti yaitu ASEAN Economic Community (AEC). AEC adalah bentuk Integrasi ekonomi ASEAN yang direncanakan akan tercapai pada tahun akhir 2015.
 Tantangan yang utama bagi Indonesia dalam menghadapi pasar bebas ASEAN salah satunya adalah pada perdagangan pakan, terletak pada kemampuan Indonesia bersaing dalam menghasilkan produk pakan. Pada akhir tahun 2015, apabila AEC tercapai, maka ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal dimana terjadi arus barang, jasa, investasi dan tenaga terampil yang bebas, serta arus modal yang lebih bebas di antara negara ASEAN. Dengan terbentuknya pasar tunggal yang bebas tersebut maka akan terbuka peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasarnya di kawasan ASEAN.
Produksi jagung sebagai bahan pakan di Indonesia masih menjadi permasalahan saat ini. Pasalnya tahun ini Indonesia mampu menghasilkan 19 juta ton jagung/tahun tak mampu mencukupi pakan di negerinya sendiri, bahkan masih impor dari Negara India dan Argentina. Tulisan ini memberi gambaran tentang potensi jagung Indonesia dan arah pengembangan dan langkah yang harus ditempuh untuk mewujudkan Produksi Jagung Indonesia dalam persaingan Pasar Tunggal ASEAN 2015.




ANALISIS

Potensi Pengembangan Jagung Indonesia

Permintaan jagung di pasar domestik dan pasar dunia terus meningkat seiring dengan berkembangnya industri pakan dan pangan. Meningkatnya pendapatan per kapita menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap produk turunan jagung. Dilihat dari kebutuhan jagung dalam negeri, sebetulnya masih terdapat surplus yang potensial untuk diekspor. Selama ini Indonesia juga telah mengekspor 3,36 juta ton pada 2000 namun menurun menjadi 1,67 juta ton pada 2003 dan meningkat lagi menjadi 3,67 juta ton pada 2004. Ekspor jagung terutama ke Hongkong, Malaysia, Jepang, Filipina, dan Thailand. Produksi jagung pada tahun 2013 (ASEM) sebesar 18,51 juta ton pipilan kering atau turun sebesar 0,88 juta ton (4,54 persen) dibanding tahun 2012. Penurunan produksi ini terjadi di Jawa sebesar 0,62 juta ton dan di luar Jawa sebesar 0,26 juta ton. Penurunan produksi terjadi karena adanya penurunan luas panen seluas 137,43 ribu hektar (3,47 persen) dan penurunan produktivitas sebesar 0,55 kuintal/hektar (1,12 persen).
Terjadinya ekspor dan impor jagung diduga terkait dengan kondisi pertanaman jagung di Indonesia. Sebagian besar jagung diusahakan pada lahan kering yang penanamannya pada musim hujan, sehingga terjadi perbedaan jumlah produksi yang nyata antara pertanaman musim hujan dengan pertanaman musim kemarau. Hal ini menyebabkan ketersediaan jagung pada bulan-bulan tertentu melebihi kebutuhan, di samping keterbatasan kapasitas gudang penampungan yang terkait dengan sifat jagung yang kurang tahan disimpan dalam waktu lama, sehingga mendorong dilakukannya ekspor. Harga jagung yang dipanen pada musim hujan relatif lebih murah dibandingkan dengan yang dipanen pada musim kemarau. Sebaliknya, pada musim kemarau ketersediaan jagung untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri sangat kurang karena luas areal panen terbatas sehingga harga jagung relatif lebih mahal. Kondisi ini mendorong pemerintah untuk mengimpor jagung (Zubachtirodin et al., 2007)

Standar Jagung sebagai Bahan Pakan

SNI 4483:2013 merupakan hasil revisi dari SNI 01-4483-1998 Jagung - bahan baku pakan, berdasarkan usulan dari seluruh pemangku kepentingan sebagai upaya untuk memberikan jaminan mutu bagi produsen dan konsumen. Standar ini menetapkan klasifikasi, persyaratan mutu, pengambilan contoh dan analisis, serta penandaan dan pengemasan pada jagung sebagai bahan pakan ternak.
Klasifikasi mutu jagung sebagai bahan pakan ternak didasarkan atas kandungan gizi dan ada tidaknya zat atau bahan lain yang tidak diinginkan yang digolongkan dalam 2 (dua) tingkatan mutu, yaitu: Mutu I dan Mutu II.
Persyaratan mutu jagung sebagai bahan pakan ternak harus menjamin kesehatan dan ketenteraman masyarakat, diantaranya: 1) Kadar air maks 14,0 % (mutu I) dan 16,0 % (mutu II); 2) Protein kasar min 8,0 % (mutu I) dan 7,0 % (mutu II). Analisa dilakukan melalui: 1) Analisis kadar air dilakukan dengan metoda menurut SNI 01-2891; 2) Analisis protein kasar dilakukan dengan metoda AOAC 2005, AOAC Official Methods Chapter 4 Animal Feed; dan 3) Analisis aflatoksin dan okratoksin dilakukan dengan metoda AOAC 2005, AOAC Official Methods Chapter 49 Natural Toxins.
Tabel Pesyaratan mutu jagung kuning yaitu sebagai berikut:
No.
Parameter
Satuan
Pesyaratan :
1
Kadar air (maks)
%
14.0
2
Kadar Protein kasar (min)
%
7.5
3
Kadar Lemak kasar (maks)
%
3.0
4
Kadar Serat kasar(maks)
%
3.0
5
Kadar Abu (maks)
%
2.0
6
Mikotoksin
a)      Aflatoksin (maks)
b)      Okratoksin (maks)

ppb
ppb

50.0
5.0
7
Butir rusak (maks)
%
5.0
8
Warna lain(maks)
%
5.0
9
Benda asing (maks)
%
5.0
10
 Kepadatan (maks)
Kg /cm3
700
Sumber : SNI 1998.



Strategi Bisnis Pakan Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN 2015
Berdasarkan Seminar Nasional IndoLivestock 2014 Bidang Pakan “Perspektif Peluang Bisnis Pakan Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN 2015”. Ada beberapa hal penting yang menjadi perhatian untuk meningkatkan daya saing menuju pasar tunggal ASEAN.
1. Penerapan Pengawasan Regulasi serta Standard Bahan Pakan dan Pakan.
Pemerintah saat ini membangun intrumen penting untuk menjamin mutu dan keamanan pakan. Pertama, untuk menjamin mutu pakan, lembaga sertifikasi produk (LS-Pro) pakan yang sudah dibangun sejak tahun lalu, saat ini sedang diuji coba dan terus disempurnakan. Kedua,  untuk menjamin keamanan pakan, saat ini sedang disusun peraturan yang memuat tentang ketentuan-ketentuan ambang batas cemaran, baik fisik, kimia maupun biologi, pada pakan dan bahan pakan. Ketiga, untuk menjamin kompotensi SDM, saat ini juga Ditjen PKH, c.q. Direktorat Pakan Ternak bekerjasama dengan AINI dan pemangku kepentingan yang lain untuk membangun lembaga sertifikasi profesi (LS-P) di bidang pakan. Di sisi lain, Pemerintah secara rutin setiap tahun juga terus mengusulkan revisi SNI yang sudah “kadaluarsa” maupun SNI baru untuk bahan pakan maupun pakan sehingga kompatibel dengan standard internasional .
 2. Memanfaatkan perdagangan dunia
Diantara ke sepuluh negara yang bernaung di bawah ASEAN, ada 5 negara utama yang menghasilkan pakan dalam jumlah yang relatif besar yaitu Thailand, Vietnam, Filipina, Malaysia dan Indonesia. Produksi pakan kelima negara tersebut sudah mendekati 60 juta ton pada tahun 2013 dan diperkirakan akan terus meningkat di masa mendatang sejalan dengan peningkatan produksi ternaknya. Produksi pakan terbesar pada tahun 2012 diduduki oleh Thailand, diikuti oleh Vietnam dan Indonesia. Meskipun demikian, melihat kecepatan peningkatan produksi pakan di Indonesia, pada tahun 2014 diperkirakan Indonesia menduduki tempat teratas dalam memproduksi pakan yaitu lebih dari 16 juta ton sedangkan Thailand menjadi posisi kedua karena produksi pakannya masih kurang dari 16 juta ton. Jenis pakan yang diproduksi oleh negara-negara ASEAN masih didominasi oleh pakan monogastrik yaitu pakan ayam dan babi termasuk pakan ikan dan udang.
 3. Menambah dan Memperbaiki Infrastruktur
Keterbatasan infrastruktur pelabuhan dan efisiensi logistik maka pabrik pakan ternak umumnya membayar biaya yang lebih tinggi untuk bahan pakan impor ketika akan digunakan dalam pabrik pakan.  Solusi yang diperlukan adalah dengan menambah dan memperbaiki infrastrukur seperti penambahan irigasi primer, sekunder maupun tersier, fasilitas transportasi darat (truk dan kereta api), laut dan udara, pelabuhan, listrik, pasokan gas dan lain-lain.
 4. Melakukan Investasi dalam Rangka Peningkatan Kapasitas Produksi.
Peningkatan produksi bahan pakan terutama jagung dapat dilakukan melalui intesifikasi lahan tanaman jagung yang ada dengan menerapkan Good Agriculture Practice (GAP) sehingga produktivitas dapat ditingkatkan sesuai dengan potensinya. Disamping intensifikasi tanaman jagung, ekstensifikasi juga perlu dikerjakan dengan memperluas areal penanaman jagung. Pembukaan areal baru perlu dilakukan mengingat keterbatasan lahan pertanian saat ini. Pemerintah harus mempunyai kemauan politik untuk mengalokasikan lahan “nganggur” untuk tanaman jagung atau tanaman lainnya untuk pakan seperti singkong. Perlunya investasi baik Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ataupun Penanaman Modal Asing (PMA) dalam bidang pakan maupun bahan pakan mulai dari hulu (penyediaan bahan baku), pabrik pengeringan (dryer), gudang dan lain-lain. 
5. Keterbukaan dan ketelitian data secara “up to date
Salah satu permasalahan utama dalam bahan pakan maupun hasil produksi pakan adalahdata yang ada seringkali tidak sesuai, kurang “up to date”, atau lengkap. Informasimengenai suplai bahan pakan bulanan atau mingguan hampir sulit diperoleh. Sebagaicontoh jumlah panenan jagung setiap kabupaten hampir tidak ada, bahkan produksi jagungIndonesia sebesar 18,5 juta ton pada tahun 2013 juga dipertanyakan oleh kenyataan di lapangan. Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) melaporkan bahwa pemakaian jagung untuk pakan tahun 2013 diperkirakan sekitar 7 juta ton tetapi toh jagung masih sulit diperoleh di Indonesia sehingga harus mengimpor sebesar 3 juta ton pada tahun 2013.
DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2013. Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai (Angka Sementara Tahun 2013)

Bustiami, G. 2012. Potensi Jagung Upaya Meningkatkan Produksi dan Pemasaran Luar Negeri. Warta Ekspor. Kementrian Perdagangan Republik Indonesia.

Tangendjaja, B.,  H. Hariyoga, D. B. Utomo dan M. Ma’sum . 2014. Perspektif Peluang Bisnis Pakan Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN 2015. Kegiatan Seminar Nasional Indolivestock 2014 Bidang Pakan. Jakarta Convention Centre Senayan Jakarta.18 Juni 2014.

Zubachtirodin, M. S. Pabbage dan Subandi. 2007. Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serelia, Maros.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar