Minggu, 01 Februari 2015

DESKRIPSI BANGSA DOMBA DAN KAMBING

A.  DOMBA TEXEL WONOSOBO (DOMBOS)

1.      Asal daerah pengembangan
Domba Texel Wonosobo atau biasa disebut Dombos. Awalnya  domba Texel dari belanda yang dialokasikan ke beberapa daerah di Jawa oleh pemerintah pada tahun 1954-1055, namun banyak daerah yang tidak mampu mengembangkannya. Saat domba tersebut dipindahkan ke daerah wonosobo pada tahun 1057, ternyata warga mampu mengembangkan domba texel tersebut. Akhirnya populasinya meningkat menjadi ribuan ekor dan dijuluki dombos oleh warga tersebut.

2.      Karakteristik yang spesifik
Dombos mempunyai ciri khas yang mudah dibedakan dari domba jenis lain yaitu : Mempunyai bulu wol yang keriting halus berbentuk spiral berwarna putih yang menyelimuti bagian tubuhnya kecuali perut bagian bawah, keempat kaki dan kepala. Postur tubuh tinggi besar dan panjang dengan leher panjang dan ekor kecil. 
3.      Potensi produksi
Domba Texel tergolong ternak unggulan yang berpotensi sebagai penghasil daging. Bobot badan dewasa jantan dapat mencapai 100 kg dan yang betina 80 kg dengan karkas sekitar 55 %. Dalam penggemukkan secara intensif dapat menghasilkan pertambahan berat badan 265 – 285 gram/hari. Selain itu Dombos dapat menghasilkan bulu wool berkualitas sebanyak 1000 gram/ekor/tahun, yang dapat diolah sebagai komuditas yang mempunyai nilai tambah. Di pedesaan Wonosobo yang potensial Dombos telah dirintis industri rumah tangga yang mengolah bulu wool.

4.      Sifat-sifat unggul
Dombos merupakan ternak unggulan penghasil daging yang cepat berkembang biak, dapat beranak pertama kali pada umur 15 bulan dan selanjutnya dapat melahirkan setiap delapan bulan.

B.  DOMBA GARUT
  
1.      Asal daerah pengembangan
Domba Garut merupakan hasil persilangan segitiga antara domba lokal (asli Indonesia), Domba Cape/Capstaad (Domba Ekor Gemuk atau Kibas) dari Afrika Selatan dan Domba Merino dari Asia Kecil. Yang dibentuk kira-kira pada pertengahan abad ke 19 (±1854) yang dirintis oleh Adipati Limbangan Garut. Pada awalnya domba garut ini berkembangdi Priangan (Jawa Barat), terutama di daerah Bandung, Garut, Sumedang, Ciamis, dan Tasikmalaya. Namun saat ini sudah berkembang di seluruh pulau jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya.

2.      Karakteristik yang spesifik
Cirri-ciri khusus yang dimiliki domba ini adalah bertubuh besar dan lebar, lehernya kuat, dahi konveks. Domba priangan jantan memiliki tanduk besar dan kuat, melengkung ke belakang berbentuk spiral, dan pangkal tanduk kanan dan kiri hampir menyatu. Sedangkan domba betina tidak memiliki tanduk, panjang telinga sedang, dan terletak di belakang tanduk.

3.      Potensi produksi
Domba ini dipelihara selain sebagai domba potong atau domba pedaging, juga dipelihara sebagai domba aduan. Domba jantan mempunyai berat 40-80 kg, sedangkan betina 30-40 kg.
4.      Sifat-sifat Unggul
Keunggulan domba ini adalah kulitnya merupakan salah satu kulit dengan kualitas terbaik di dunia, selain itu dengan leher yang kokoh dan tubuh yang besar, kuat, domba ini sesuai untuk domba aduan. Keunggulan lainnya adalah penghasil daging yang sangat baik dan mudah dipelihara.

C.  DOMBA BATUR BANJARNEGARA (DOMAS)

1.      Asal daerah pengembangan
Pada 1984, kelompok tani ternak di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, berusaha menyilangkan domba bantuan presiden dengan domba lokal. Persilangan domba asal Tapos dan domba lokal menghasilkan keturunan yang oleh warga dinamai domba Batur atau Domas. Pada awalnya berkembang di daerah Banjarnegara dan menjadi ikon Banjarnegara, dan sejak tahun 2009 mulai berkembang di beberapa daerah Jawa dan Sumatera.

2.      Karakteristik yang spesifik
Domas sebenarnya merupakan domba hasil persilangan dari domba lokal yaitu domba Ekor Tipis (Gembel), domba Suffolk dan domba Texel. Karakteristik yang spesifik adalah Tubuhnya besar dan panjang. Kaki cenderung pendek dan kuat. Domba jantan maupun betinanya tidak memiliki tanduk. Kulitnya relatif lebih tipis dibandingkan domba garut, kibas, atau gembel, namun bulunya tebal.Warna bulu dominan putih dan menutupi seluruh tubuhnya hingga bagian muka domba.

3.      Potensi produksi
Domba Batur ini memang istimewa montok, pada umur dua tahun domba jantan umumnya sudah bisa mencapai bobot 100 kg dan betina 80 kg. Bahkan, domba jantan yang bagus dapat mencapai bobot 140 kg. Domba dengan bobot seperti ini biasanya dijadikan pejantan. Proporsi dagingnya (bukan karkas yang masih bertulang) juga tinggi. Dagingnya lebih empuk dan lemaknya lebih tinggi.
4.      Sifat-sifat Unggul
Domba Batur mulai dapat dikawinkan pada umur 8 bulan saat si betina mencapai bobot 50—60 kg. Satu ekor pejantan mampu mengawini 10 ekor betina. Betina bunting selama lima bulan dan rata-rata jumlah anaknya 1,5 ekor per kelahiran.

D.  DOMBA EKOR GEMUK

1.      Asal daerah pengembangan
Domba Ekor Gemuk dikenal juga dengan nama Domba Kibas (di Jawa), juga dikenal sebagai domba Donggala (di Sulawesi Selatan). Domba ini berasal dari Asia Barat atau India yang dibawa oleh pedagang bangsa Arab pada abad ke-18. Pada sekitar tahun 1731 sampai 1779 pemerintah Hindia Belanda telah mengimpor domba Kirmani, yaitu domba ekor gemuk dari Persia.  Pada awalnya domba Ekor Gemuk berkembang di Jawa Timur, Madura, Sulawesi, dan Nusa Tenggara (terutama di Lombok). Namun saat ini sudah berkembang di seluruh Indonesia. Domba ini beradaptasi dan tumbuh lebih baik di daerah beriklim kering. 

2.      Karakteristik yang spesifik
Bentuk badannya sedikit lebih besar daripada domba lokal lainnya. Tinggi badan pada jantan dewasa antara 52 – 65 cm, sedangkan pada betina dewasa 47 – 60 cm. Warna bulu wolnya putih dan kasar. Ekor yang besar, lebar dan panjang. Bagian pangkal ekor membesar merupakan timbunan lemak, sedangkan bagian ujung ekor kecil karena tidak terjadi penimbunan lemak. Cadangan lemak di bagian ekor berfungsi sebagai sumber energi pada musim paceklik. Dada terlihat serasi dan kuat seperti bentuk perahu, ke empat kakinya kalau jalan agak lamban karena menanggung berat badan dan ekornya yang gemuk. Umumnya domba jantan tidak bertanduk dan hanya sedikit yang mempunyai tanduk kecil, sedangkan yang betina tidak bertanduk.

3.      Potensi produksi
Domba ekor besar berpotensi menjadi ternak pedaging. Berat domba jantan mencapai 40-60 kg, sedangkan domba betina 25-50 kg.

4.      Sifat-sifat Unggul
Keunggulan Domba Domba ekor gemuk ini adalah tahan terhadap panas dan kering.

E.  DOMBA GEMBEL

1.      Asal daerah pengembangan
Pada awalnya domba gembel  atau ekor tipis berkembang di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat, namun saat ini sudah berkembang di seluruh pulau jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya. 

2.      Karakteristik yang spesifik
Ciri-ciri domba ekor tipis  atau domba gembel adalah memiliki bebart badan yang ringan. Bulu wolnya gembel berwarna putih dominan dengan warna hitam di sekeliling mata, hidung, dan beberapa bagian tubuh lain. Ekornya tidak menunjukkan adanya desposisi lemak. Telinga umumnya medium sampai kecil dan sebagian berposisi menggantung. Domba jantan memiliki tanduk melingkar, sedangkan yang betina umumnya tidak bertanduk.

3.      Potensi produksi
Termasuk golongan domba berperawakan kecil, dengan berat badan domba jantan 30-40 kg dan domba betina 15-20 kg.

4.      Sifat-sifat Unggul
Keunggulan domba ekor tipis ini adalah bersifat prolific (dapat melahirkan anak kembar 2-5 ekor setiap kelahiran), mudah berkembang biak dan tidak dipengaruhi musim kawin, serta mampu beradaptasi pada daerah tropis dan makanan yang buruk.




F.     KAMBING  ETAWA

1.      Asal daerah pengembangan
Paling popular dan tersebar luas sebagai kambing perahdi India dan wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia. Aslinya dari lembah sungai Chanbal, Gangga dan Jumna. Selain itu juga ditemukan di district Etawah di Ultra Pradesh, sehingga disebut kambing Etawah.

2.      Karakteristik spesifik
  Warna bulu belang hitam, putih, merah, coklat dan kadang putih. Badannya besar sebagaimana Etawa, bobot yang jantan bisa mencapai 91 kg, sedangkan betina mencapai 63 kg. Telinganya panjang dan terkulai ke bawah, bergelambir yang cukup besar. Dahi dan hidungnya cembung. Kambing jantan maupun betina bertanduk kecil/pendek. Daerah belakang paha, ekor dan dagu berbulu panjang

3.      Potensi produksi
Produksi susu dapat mencapai 235 kg dalam periode laktasi 261 hari. Kadar lemak agak tinggi dengan angka rat-rata 5,2 %. Karkas kambing jantan dan betina umur 12 bulan dapat mencapai 44-45% berat hidup. Kambing etawah biasanya setahun beranak sekali dan rata-rata jumlah anak dalam satu kelahiran.

4.      Sifat-sifat unggul
Keunggulan kambing etawa dibanding dengan jenis kambing yang lain adalah memiliki kandungan susu yang bersifat antiseptic alami dan membantu menekan perkembangan bakteri dalam tubuh. Susu kambingnya bersifat basah yang artinya aman bagi tubuh yang mengkonsumsi.

G.    KAMBING SAANEN

1.      Asal daerah pengembangan
Berasal dari lembah Saanen Swiss bagian barat. Merupakan jenis kambing terbesar di Swiss. Sulit dikembangkan di wilayah tropis karena kepekaannya terhadap matahari.
2.      Karakteristik spesifik
Baik kambing jantan maupun betinanya tidak memliki tanduk. Warna bulunya putih atau krem pucat.Hidung, telinga dan kambingnya berwarna belang hitam. Dahinya lebar, sedangkan telinganya berukuran sedang dan tegak. Ciri-ciri telinga tegak dan mengarah ke depan, bulu dominan putih, kadang2 ditemui bercak hitam pada hidung, telinga atau ambing.
3.      Potensi produksi
Kambing ini merupakan jenis kambing penghasil susu. Namun peternak juga sering menjadikan kambing ini sebgai bibit perah sekaligus pedaging. Produksi susu 740 kg/ms laktasi. Masa produksi susu (laktasi) dapat mencapai 250 hari per tahun.  Berat badan dewasa pada betina 36-63 kg dan jantan 68-90 kg.
4.      Sifat-sifat unggul
Selain perproduksi susu yang tinggi, namun kambing ini memiliki presistensi produksi yang baik.

H.    KAMBING BOER

1.      Asal daerah pengembangan
Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang ter-registrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata “Boer” artinya petani. 

2.      Karakteristik spesifik
Kambing Boer dapat dikenali dengan mudah dari tubuhnya yang lebar, panjang, dalam, berbulu putih, berkaki pendek, berhidung cembung, bertelinga panjang menggantung, berkepala warna coklat kemerahan atau coklat muda hingga coklat tua. Beberapa kambing Boer memiliki garis putih ke bawah di wajahnya. 

3.      Potensi produksi
Kambing ini dapat mencapai berat dipasarkan 35 – 45 kg pada umur lima hingga enam bulan, dengan rataan pertambahan berat tubuh antara 0,02 – 0,04 kg per hari. Keragaman ini tergantung pada banyaknya susu dari induk dan ransum pakan sehari-harinya. Dibandingkan dengan kambing perah lokal, persentase daging pada karkas kambing Boer jauh lebih tinggi dan mencapai 40% – 50% dari berat tubuhnya.

4.      Sifat-sifat unggul
 Kulitnya berwarna coklat yang melindungi dirinya dari kanker kulit akibat sengatan sinar matahari langsung. Kambing ini sangat suka berjemur di siang hari. Kambing Boer merupakan kambing pedanging yang pertumbuhannya sangat cepat.

I.       KAMBING KACANG

1.      Asal daerah pengembangan
Kambing kacang merupakan ras unggul asli yang dikembangkan pertama kali di Indonesia. Kambing ini dapat dijumpai di Malaysia dan Filipina.

2.      Karakteristik spesifik
Tubuh kambing relatif kecil dengan kepala ringan dan kecil. Telinganya tegak, berbulu lurus dan pendek. Pada umumnya memiliki warna bulu tunggal putih, hitam, coklat, atau Kombinasi ketiganya. Kambing jantan maupun betina memiliki dua tanduk pendek. Berat tubuh jantan dewasa dapat mencapai 30 kg, serta betina dewasa mencapai 25 kg. Tinggi yang jantan 60 - 65 cm, sedangkan yang betina 56 cm. Memiliki bulu pendek pada seluruh tubuh, kecuali pada ekor dan dagu, pada kambing jantan juga tumbuh bulu panjang sepanjang garis leher, pundak dan punggung sampai ekor dan pantat.
3.      Potensi produksi
Disamping menghasilkan daging dan mohair, kambing juga mempunyai potensi sebagai pengahasil kulit yang bernilai ekonomis tinggi serta yang sangat bermanfaat sebagai pupuk.
4.      Sifat-sifat unggul
Kambing Kacang sangat cepat berkembang biak, pada umur 15-18 bulan sudah bisa menghasilkan keturunan. Kambing ini cocok sebagai pengasil daging dan kulit dan bersifat prolifik, sifatnya lincah, tahan terhadap berbagai kondisi dan mampu beradaptasi dengan baik di berbagai lingkungan yang berbeda termasuk dalam kondisi pemeliharaan yang sangat sederhana.memiliki daya reproduksi yang sangat tinggi. Kambing kacang jantan dan betina keduanya merupakan tipe kambing pedaging. 

J.      KAMBING GEMBRONG

1.      Asal daerah pengembangan
Asal kambing Gembrong terdapat di daerah kawasan Timur Pulau Bali terutama di Kabupaten Karangasem. Kambing gembrong ini dulunya merupakan persilangan antara kambing Kashmir dengan kambing Turki. Kedua jenis kambing itu masuk ke Bali dari luar negeri sebagai hadiah untuk seorang bangsawan Bali, yang kemudian berkembang sampai sekarang di daerah Bali.

2.      Karakteristik spesifik
Ciri khas dari kambing ini adalah berbulu panjang. Panjang bulu sekitar berkisar 15-25 cm, bahkan rambut pada bagian kepala sampai menutupi muka dan telinga. Rambut panjang terdapat pada kambing jantan, sedangkan kambing Gembrong betina berbulu pendek berkisar 2-3 cm. Warna tubuh dominan kambing Gembrong pada umumnya putih (61,5%) sebahagian berwarna coklat muda (23,08%) dan coklat (15,38%). Pola warna tubuh umumnya adalah satu warna sekitar 69,23% dan sisanya terdiri dari dua warna 15,38% dan tiga warna 15,38%.

3.      Potensi produksi
Kambing gembrong merupakan tipe pedaging. Namun keadaannya semakin punah di daerah Bali, karena keunikan bulunya itu masyarakat bali terutama di daerah pesisir. tidak mengawinkannya ditakutkan akan mengalami kerontokan bulu.

4.      Sifat unggul 

Sifat unggul yang dimiliki oleh kambing gembrong adalah kambing tersebut memiliki buluang lebat dibanding dengan ternak kambing lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar