A. DOMBA TEXEL WONOSOBO (DOMBOS)
1. Asal daerah pengembangan
Domba
Texel Wonosobo atau biasa disebut Dombos. Awalnya domba Texel dari belanda yang dialokasikan ke
beberapa daerah di Jawa oleh pemerintah pada tahun 1954-1055, namun banyak
daerah yang tidak mampu mengembangkannya. Saat domba tersebut dipindahkan ke
daerah wonosobo pada tahun 1057, ternyata warga mampu mengembangkan domba texel
tersebut. Akhirnya populasinya meningkat menjadi ribuan ekor dan dijuluki dombos
oleh warga tersebut.
2.
Karakteristik
yang spesifik
Dombos mempunyai ciri khas yang mudah
dibedakan dari domba jenis lain yaitu : Mempunyai bulu wol yang keriting halus
berbentuk spiral berwarna putih yang menyelimuti bagian tubuhnya kecuali perut
bagian bawah, keempat kaki dan kepala. Postur tubuh tinggi besar dan panjang
dengan leher panjang dan ekor kecil.
3.
Potensi
produksi
Domba Texel tergolong ternak unggulan yang
berpotensi sebagai penghasil daging. Bobot badan dewasa jantan dapat
mencapai 100 kg dan yang betina 80 kg dengan karkas sekitar 55 %.
Dalam penggemukkan secara intensif dapat menghasilkan pertambahan berat badan
265 – 285 gram/hari. Selain itu Dombos dapat menghasilkan bulu wool berkualitas
sebanyak 1000 gram/ekor/tahun, yang dapat diolah sebagai komuditas yang
mempunyai nilai tambah. Di pedesaan Wonosobo yang potensial Dombos telah
dirintis industri rumah tangga yang mengolah bulu wool.
4.
Sifat-sifat
unggul
Dombos merupakan ternak unggulan penghasil daging
yang cepat berkembang biak, dapat beranak pertama kali pada umur 15 bulan dan
selanjutnya dapat melahirkan setiap delapan bulan.
B. DOMBA GARUT
1.
Asal
daerah pengembangan
Domba Garut merupakan hasil persilangan segitiga
antara domba lokal (asli Indonesia), Domba Cape/Capstaad (Domba Ekor Gemuk atau
Kibas) dari Afrika Selatan dan Domba Merino dari Asia Kecil. Yang dibentuk
kira-kira pada pertengahan abad ke 19 (±1854) yang dirintis oleh Adipati
Limbangan Garut. Pada awalnya domba garut ini berkembangdi Priangan (Jawa
Barat), terutama di daerah Bandung, Garut, Sumedang, Ciamis, dan Tasikmalaya.
Namun saat ini sudah berkembang di seluruh pulau jawa khususnya dan Indonesia
pada umumnya.
2.
Karakteristik
yang spesifik
Cirri-ciri khusus yang dimiliki domba ini adalah bertubuh
besar dan lebar, lehernya kuat, dahi konveks. Domba priangan jantan memiliki
tanduk besar dan kuat, melengkung ke belakang berbentuk spiral, dan pangkal
tanduk kanan dan kiri hampir menyatu. Sedangkan domba betina tidak memiliki
tanduk, panjang telinga sedang, dan terletak di belakang tanduk.
3.
Potensi
produksi
Domba ini dipelihara selain sebagai
domba potong atau domba pedaging, juga dipelihara sebagai domba
aduan. Domba jantan mempunyai berat 40-80 kg, sedangkan betina 30-40 kg.
4.
Sifat-sifat
Unggul
Keunggulan domba ini adalah kulitnya merupakan
salah satu kulit dengan kualitas terbaik di dunia, selain itu dengan leher yang
kokoh dan tubuh yang besar, kuat, domba ini sesuai untuk domba aduan.
Keunggulan lainnya adalah penghasil daging yang sangat baik dan mudah
dipelihara.
C. DOMBA BATUR BANJARNEGARA (DOMAS)
1.
Asal
daerah pengembangan
Pada 1984, kelompok tani ternak di Kecamatan
Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, berusaha menyilangkan domba bantuan
presiden dengan domba lokal. Persilangan domba asal Tapos dan domba lokal
menghasilkan keturunan yang oleh warga dinamai domba Batur atau
Domas. Pada awalnya berkembang di daerah Banjarnegara dan menjadi ikon
Banjarnegara, dan sejak tahun 2009 mulai berkembang di beberapa daerah Jawa dan
Sumatera.
2.
Karakteristik
yang spesifik
Domas sebenarnya merupakan domba hasil persilangan
dari domba lokal yaitu domba Ekor Tipis (Gembel), domba Suffolk dan domba
Texel. Karakteristik yang spesifik adalah Tubuhnya besar dan panjang. Kaki
cenderung pendek dan kuat. Domba jantan maupun betinanya tidak memiliki tanduk.
Kulitnya relatif lebih tipis dibandingkan domba garut, kibas, atau gembel,
namun bulunya tebal.Warna bulu dominan putih dan menutupi seluruh tubuhnya
hingga bagian muka domba.
3.
Potensi
produksi
Domba Batur ini memang istimewa montok,
pada umur dua tahun domba jantan umumnya sudah bisa mencapai bobot 100 kg dan
betina 80 kg. Bahkan, domba jantan yang bagus dapat mencapai bobot 140 kg.
Domba dengan bobot seperti ini biasanya dijadikan pejantan. Proporsi
dagingnya (bukan karkas yang masih bertulang) juga tinggi. Dagingnya lebih
empuk dan lemaknya lebih tinggi.
4.
Sifat-sifat
Unggul
Domba Batur mulai dapat dikawinkan pada umur 8 bulan
saat si betina mencapai bobot 50—60 kg. Satu ekor pejantan mampu mengawini 10
ekor betina. Betina bunting selama lima bulan dan rata-rata jumlah anaknya 1,5
ekor per kelahiran.
D. DOMBA EKOR GEMUK
1.
Asal
daerah pengembangan
Domba Ekor Gemuk dikenal juga dengan nama Domba
Kibas (di Jawa), juga dikenal sebagai domba Donggala (di Sulawesi
Selatan). Domba ini berasal dari Asia Barat atau India yang dibawa oleh
pedagang bangsa Arab pada abad ke-18. Pada sekitar tahun 1731 sampai 1779
pemerintah Hindia Belanda telah mengimpor domba Kirmani, yaitu domba ekor gemuk
dari Persia. Pada awalnya domba Ekor Gemuk berkembang di Jawa Timur,
Madura, Sulawesi, dan Nusa Tenggara (terutama di Lombok). Namun saat ini sudah
berkembang di seluruh Indonesia. Domba ini beradaptasi dan tumbuh lebih
baik di daerah beriklim kering.
2.
Karakteristik
yang spesifik
Bentuk badannya sedikit lebih besar daripada domba
lokal lainnya. Tinggi badan pada jantan dewasa antara 52 – 65 cm, sedangkan
pada betina dewasa 47 – 60 cm. Warna bulu wolnya putih dan kasar. Ekor yang
besar, lebar dan panjang. Bagian pangkal ekor membesar merupakan timbunan
lemak, sedangkan bagian ujung ekor kecil karena tidak terjadi penimbunan lemak.
Cadangan lemak di bagian ekor berfungsi sebagai sumber energi pada musim
paceklik. Dada terlihat serasi dan kuat seperti bentuk perahu, ke empat kakinya
kalau jalan agak lamban karena menanggung berat badan dan ekornya yang gemuk. Umumnya
domba jantan tidak bertanduk dan hanya sedikit yang mempunyai tanduk kecil,
sedangkan yang betina tidak bertanduk.
3.
Potensi
produksi
Domba ekor besar
berpotensi menjadi ternak pedaging. Berat domba jantan mencapai 40-60 kg,
sedangkan domba betina 25-50 kg.
4. Sifat-sifat Unggul
Keunggulan Domba Domba
ekor gemuk ini adalah tahan terhadap panas dan kering.
E. DOMBA GEMBEL
1.
Asal
daerah pengembangan
Pada awalnya
domba gembel atau ekor tipis berkembang
di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat, namun saat ini sudah berkembang di
seluruh pulau jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya.
2.
Karakteristik
yang spesifik
Ciri-ciri domba ekor tipis atau domba gembel adalah
memiliki bebart badan yang ringan. Bulu wolnya gembel berwarna putih dominan
dengan warna hitam di sekeliling mata, hidung, dan beberapa bagian tubuh lain. Ekornya
tidak menunjukkan adanya desposisi lemak. Telinga umumnya medium sampai kecil
dan sebagian berposisi menggantung. Domba jantan memiliki tanduk melingkar,
sedangkan yang betina umumnya tidak bertanduk.
3.
Potensi
produksi
Termasuk golongan domba berperawakan kecil, dengan
berat badan domba jantan 30-40 kg dan domba betina 15-20 kg.
4.
Sifat-sifat
Unggul
Keunggulan domba ekor tipis ini adalah bersifat
prolific (dapat melahirkan anak kembar 2-5 ekor setiap kelahiran), mudah
berkembang biak dan tidak dipengaruhi musim kawin, serta mampu beradaptasi pada
daerah tropis dan makanan yang buruk.
F.
KAMBING
ETAWA
1. Asal daerah pengembangan
Paling
popular dan tersebar luas sebagai kambing perahdi India dan wilayah Asia
Tenggara termasuk Indonesia. Aslinya dari lembah sungai Chanbal, Gangga dan
Jumna. Selain itu juga ditemukan di district Etawah di Ultra Pradesh, sehingga
disebut kambing Etawah.
2.
Karakteristik
spesifik
Warna bulu belang hitam, putih, merah, coklat dan
kadang putih. Badannya besar sebagaimana Etawa, bobot yang jantan bisa mencapai
91 kg, sedangkan betina mencapai 63 kg. Telinganya panjang dan terkulai ke
bawah, bergelambir yang cukup besar. Dahi dan hidungnya cembung. Kambing jantan
maupun betina bertanduk kecil/pendek. Daerah belakang paha, ekor dan dagu
berbulu panjang
3. Potensi produksi
Produksi
susu dapat mencapai 235 kg dalam periode laktasi 261 hari. Kadar lemak agak
tinggi dengan angka rat-rata 5,2 %. Karkas kambing jantan dan betina umur 12
bulan dapat mencapai 44-45% berat hidup. Kambing etawah biasanya setahun
beranak sekali dan rata-rata jumlah anak dalam satu kelahiran.
4. Sifat-sifat unggul
Keunggulan
kambing etawa dibanding dengan jenis kambing yang lain adalah memiliki
kandungan susu yang bersifat antiseptic alami dan membantu menekan perkembangan
bakteri dalam tubuh. Susu kambingnya bersifat basah yang artinya aman bagi
tubuh yang mengkonsumsi.
G.
KAMBING
SAANEN
1. Asal daerah pengembangan
Berasal dari lembah Saanen Swiss bagian barat. Merupakan
jenis kambing terbesar di Swiss. Sulit dikembangkan di wilayah tropis karena
kepekaannya terhadap matahari.
2. Karakteristik spesifik
Baik kambing jantan maupun betinanya tidak memliki tanduk.
Warna bulunya putih atau krem pucat.Hidung, telinga dan
kambingnya berwarna belang hitam. Dahinya lebar, sedangkan telinganya berukuran
sedang dan tegak. Ciri-ciri telinga tegak dan mengarah ke depan, bulu dominan
putih, kadang2 ditemui bercak hitam pada hidung, telinga atau ambing.
3. Potensi produksi
Kambing ini merupakan jenis kambing penghasil susu. Namun
peternak juga sering menjadikan kambing ini sebgai bibit perah sekaligus
pedaging. Produksi susu 740 kg/ms laktasi. Masa produksi susu (laktasi) dapat
mencapai 250 hari per tahun. Berat badan
dewasa pada betina 36-63 kg dan jantan 68-90 kg.
4. Sifat-sifat unggul
Selain
perproduksi susu yang tinggi, namun kambing ini memiliki presistensi produksi
yang baik.
H.
KAMBING
BOER
1. Asal daerah pengembangan
Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi
ternak yang ter-registrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata “Boer” artinya
petani.
2. Karakteristik spesifik
Kambing Boer dapat dikenali dengan mudah dari
tubuhnya yang lebar, panjang, dalam, berbulu putih, berkaki pendek, berhidung
cembung, bertelinga panjang menggantung, berkepala warna coklat kemerahan atau
coklat muda hingga coklat tua. Beberapa kambing Boer memiliki garis putih ke
bawah di wajahnya.
3. Potensi produksi
Kambing ini dapat mencapai berat dipasarkan
35 – 45 kg pada umur lima hingga enam bulan, dengan rataan pertambahan berat
tubuh antara 0,02 – 0,04 kg per hari. Keragaman ini tergantung pada banyaknya
susu dari induk dan ransum pakan sehari-harinya. Dibandingkan dengan kambing
perah lokal, persentase daging pada karkas kambing Boer jauh lebih tinggi dan
mencapai 40% – 50% dari berat tubuhnya.
4. Sifat-sifat unggul
Kulitnya berwarna coklat yang melindungi dirinya dari
kanker kulit akibat sengatan sinar matahari langsung. Kambing ini sangat suka
berjemur di siang hari. Kambing Boer merupakan kambing pedanging yang
pertumbuhannya sangat cepat.
I.
KAMBING
KACANG
1. Asal daerah pengembangan
Kambing kacang
merupakan ras unggul asli yang dikembangkan pertama kali di Indonesia. Kambing
ini dapat dijumpai di Malaysia dan Filipina.
2. Karakteristik spesifik
Tubuh kambing relatif kecil dengan
kepala ringan dan kecil. Telinganya tegak, berbulu lurus dan pendek. Pada
umumnya memiliki warna bulu tunggal putih, hitam, coklat, atau Kombinasi
ketiganya. Kambing jantan maupun betina memiliki dua tanduk pendek. Berat tubuh
jantan dewasa dapat mencapai 30 kg, serta betina dewasa mencapai 25 kg. Tinggi
yang jantan 60 - 65 cm, sedangkan yang betina 56 cm. Memiliki bulu pendek pada
seluruh tubuh, kecuali pada ekor dan dagu, pada kambing jantan juga tumbuh bulu
panjang sepanjang garis leher, pundak dan punggung sampai ekor dan pantat.
3. Potensi produksi
Disamping
menghasilkan daging dan mohair, kambing juga mempunyai potensi sebagai
pengahasil kulit yang bernilai ekonomis tinggi serta yang sangat bermanfaat
sebagai pupuk.
4. Sifat-sifat unggul
Kambing Kacang sangat cepat berkembang
biak, pada umur 15-18 bulan sudah bisa menghasilkan
keturunan. Kambing ini cocok sebagai pengasil daging dan kulit dan
bersifat prolifik, sifatnya lincah, tahan terhadap berbagai kondisi dan
mampu beradaptasi dengan baik di berbagai lingkungan yang berbeda termasuk
dalam kondisi pemeliharaan yang sangat sederhana.memiliki daya reproduksi
yang sangat tinggi. Kambing kacang jantan dan betina keduanya merupakan tipe
kambing pedaging.
J.
KAMBING
GEMBRONG
1. Asal daerah pengembangan
Asal
kambing Gembrong terdapat di daerah kawasan Timur Pulau Bali terutama di
Kabupaten Karangasem. Kambing
gembrong ini dulunya merupakan persilangan antara kambing Kashmir dengan
kambing Turki. Kedua jenis kambing itu masuk ke Bali dari luar negeri sebagai
hadiah untuk seorang bangsawan Bali, yang kemudian berkembang sampai sekarang
di daerah Bali.
2. Karakteristik spesifik
Ciri khas
dari kambing ini adalah berbulu panjang. Panjang bulu sekitar berkisar
15-25 cm, bahkan rambut pada bagian kepala sampai menutupi muka dan
telinga. Rambut panjang terdapat pada kambing jantan, sedangkan kambing
Gembrong betina berbulu pendek berkisar 2-3 cm. Warna tubuh dominan
kambing Gembrong pada umumnya putih (61,5%) sebahagian berwarna coklat
muda (23,08%) dan coklat (15,38%). Pola warna tubuh umumnya adalah satu
warna sekitar 69,23% dan sisanya terdiri dari dua warna 15,38% dan tiga
warna 15,38%.
3.
Potensi
produksi
Kambing gembrong merupakan tipe pedaging. Namun keadaannya
semakin punah di daerah Bali, karena keunikan bulunya itu masyarakat bali
terutama di daerah pesisir. tidak mengawinkannya ditakutkan akan mengalami
kerontokan bulu.
4.
Sifat
unggul
Sifat
unggul yang dimiliki oleh kambing gembrong adalah kambing tersebut memiliki
buluang lebat dibanding dengan ternak kambing lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar