Senin, 16 September 2013

PRODUKSI TERNAK POTONG

TUGAS ESAY
PENGANTAR ILMU INDUSTRI PETERNAKAN

PRODUKSI TERNAK POTONG
               

Disusun oleh :

Nama           : HARUM ISHMA SAVITRI
NIM             : 23010112130093
Kelas            : B














FAKULTAS  PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012

I.     PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
            Kebutuhan akan konsumsi daging sapi setiap tahun selalu meningkat. Sementara itu pemenuhan akan kebutuhan selalu negatif, artinya jumlah permintaan lebih besar dari pada peningkatan daging sapi sebagai konsumsi.  Namun, saat ini ternak sapi di Indonesia belum bisa memberikan produksi seperti di lua negeri. Hal ini bisa di maklumi, karena sifat pemeliharaannya yang masih tradisional, belum ada suatu penelitian yang bisa memberikan petujuk mengemai jenis sapi yang tepat digemukkan di daerah tropis. Itulah sebabnya para peternak dituntut ketrampilannya untuk menyediakan sapi potong dan kerja.yang berkualitas.
B. Rumusan Masalah
Penulisan ini membahas tentang rumusan masalah:
1.      Bagaimana perkembangan ternak sapi potong di Indonesia?
2.      Bagaimana keadaan produksi ternak di Indonesia?
3.      Bagaimana cara penggemukan secara modern agar membantu peternakan di Indonesia
C. Tujuan dan Manfaat
Penulisan ini memiliki tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengenalan Industri Peternakan. Menjelaskan mengenai peran penting ternak sebagai sumber pangan hewani bagi manusia. Dan untuk membantu ketrampilan para peternak untuk menyediakan sapi potong dan kerja yang berkualitas.



II. PEMBAHASAN
A.       Perkembangan  Ternak Sapi Potong Dan Kerja
Perkembangan ternak sapi potong dan kerja di Indonesia belum begitu memadai dan belum begitu maju seperti di negara-negara maju. Hal ini tentu saja banyak faktor penyebabnya, antara lain:
a.       Para  petani ternak belum memberikan perhatian sepenuhnya, terutama pada segi pemeliharaan, pemberian makan dan bibit yang dipergunakan.
b.      Konsumen kurang.
Di Indonesia masih berlaku konsumen musiman. Sebab, mereka yang menginginkan akan membeli daging sapi dalam jumlah yang besar hanya terbatas pada hari-hari besar saja, atau bulan-bulan untuk keperluan saja.
c.       Konsumen belum bisa menghargai mutu daging.
Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan mereka baik mengenai manajemen ataupun perusahaan produksi daging. Semua daging di nilai memiliki mutu yang sama.

B.       Produksi Ternak Sapi  Di  Indonesia
Sampai saat ini ternak sapi di Indonesia belum bisa memberikan produksi  ternak diluar negeri. Hal ini bisa di maklumi, karena:
  1. Sifat pemeliharaannya yang masih tradisional.
  2. Pada umumnya para petani ternak memberikan pakan dan jumlah terbatas dan mutu yang kurang.
  3. Tidak  adae seleksi terarah
  4. Ternak yang mereka pelihara berkembangbiak dengan cara alami, tanpa ada pengawasan dan tanpa suatu catatan data-data umur,proses  kawin dan lain sebagainya.
  5. Belum ada suatu penelitian yang bisa memmberikan petunjuk jenis sapi mana yang bisa di gemukkan di daerah tropis.


C.    Penggemukan Modern
Pada umumnya para konsumen menghendaki daging sapi yang empuk, lezat dan warnanya menarik, yakni merah terang. Daging semacam itu adalah hasil penggemukan yang dilakukan dengan cara tertentu. Oleh karena itu semua usaha penggemukan sapi bermaksud untuk meningkatkan jumlah produksi daging dalam waktu singkat, dan dengan mutu yang lebih baik. Semua jenis sapi dapat digemukkan, tetapi untuk memperoleh yang tinggi haruslah dipilih jenis sapi yang pertumbuhannya lebih cepat dan efisien dalam penggunaan makaanan.
Dalam usaha penggemukan sapi secara modern, semua segi yang berkaitan dengan usaha tersebut benar-benar dilakukan menurut petunjuk atau pedoman ilmu pengetahuan yang dapat dipertanggungjawabkan. Misalnya, pemilihan bibitnya, pemberian makanannya, dan sebagainya. Ada 3 cara yang bisa dilakukan dalam usaha penggemukan sapi secara modern, yaitu:
1.      Pasture Fattening
Pasturu Fattenig adalah sistem pennggemukan sapi-sapi di padang penggembalaan yang luas dengan syarat rumput yang ada dipadaang penggembalaan harus memiliki kualitas yang baik, yakni rumput yang bercampur dengan jenis leguminase, kemudian sapi yang digemukkan dengan sistem ini harus sudah berumur 2,5 tahun, sebab alat pencernaannya sudah sempurna.
2.   Dry Lot Fattening
Yakni sistem penggemukan yang mengutamakan pemberian makanan penguat pada sapi yang diigemukkan. Makanan penguat yang diberikan dalam bentuk ransum halus yang biasanya berasal dari biji-bijian yang telah digiling halus, misalnya jagung,gandum, bulgur, kedelai dan kacang-kacangan. Syarat sapi yang digemukkan dengan cara ini yaitu sapi yang berumua 1 tahun dan lama penggemukannya 4-6 bulan.

3.   Kombinasi antara pasture fattening dan Dryb Lot Fattening
Dalam sistem penggemukan ini, sapi-sapi diberikan makanan penguat dan pada waktu-waktu tertentu digembalakam di padang penggembalaan. Misalnya pada waktu kemarau panjang dimana sukar diperoleh makanan hijauan, sapi-sapi diberi makanan penguat yang berasal dari biji-bijian. Tetapi pada musim penghujan dimana mudah diperoleh makanan hijauan, sapi-sapi dilepas/digembalakan di padang penggembalaan.

III. KESIMPULAN
           Peranan daging sapi pada masyarakat umum saangat penting, kebutuhan daging sapi semakin hari semakin bertambah, begitu pula sapi kerja, peraanannya sangat dibutuhkan oleh petani. Maka dari itu perlu ada suatu cara untuk menangani masalah tersebut. Yaitu dengan cara perkembangbiakan sapi dengan baik., produksi sapi potong harus ditinggi. Untuk mengejar produksi ternak yang baik, para peternak harus meninggalkan cara-cara lama dan beralih ke cara-cara pemeliharaan moden. Selain itu makanan merupakan faktor penentu utama disamping faktor genetis dan menejemen.

IV. DAFTAR PUSTAKA
Basya, sori. 2008. Penggemukan Sapi (revisi). Penebar swadaya. Depok.
Rusfidra. 2007a. Paradigma Baru Pembangunan Peternakan; Membangunan Peternakan Bertumpu pada Ternak Lokal. Bogor: Cendekia Publishing House.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar