Senin, 16 September 2013

PRAKTIKUM ANALISIS PROKSIMAT

BAB I
PENDAHULUAN
Pakan merupakan salah satu komponen penting dalam suatu usaha peternakan.  Biaya tertinggi yang harus dikeluarkan dalam suatu usaha peternakan biasanya berasal dari biaya pakan.  Pakan digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak yang nantinya akan berpengaruh pada produktivitas ternak serta pertumbuhan dan perkembangan ternak.  Pakan yang dibutuhkan harus  memiliki kualitas baik yaitu pakan yang mengandung seluruh nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak.  Kandungan nutrisi dari suatu bahan pakan dapat diketahui melalui beberapa analisis bahan pakan salah satunya yaitu analisis proksimat.  Analisis proksimat adalah suatu analisis untuk mengetahui kadar suatu komponen tertentu yang terkandung di dalam bahan pakan dan hasilnya hanya perkiraan saja bukan angka yang sebenarnya.  Kulit buah manggis merupakan salah satu limbah perkebunan yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pakan.  Kulit buah manggis mengandung banyak karbohidrat yang berfungsi sebagai sumber energi bagi ternak. Tujuan dari praktikum Ilmu Nutrisi Ternak adalah untuk mengetahui kandungan nutrisi dari sampel bahan pakan dengan menggunakan metode analisis  proksimat.  Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum Ilmu Nutrisi Ternak adalah dapat mempraktikkan secara langsung prosedur analisis proksimat untuk mengetahui kandungan nutrisi dari suatu sampel atau bahan pakan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.      Bahan Pakan
Bahan pakan merupakan segala sesuatu yang dapat dimakan, dapat diabsorbsi dan bermanfaat bagi ternak.  Bahan pakan adalah segala sesuatu yang memenuhi semua persyaratan tersebut (Kamal, 1994).  Bahan pakan Secara internasional dibagi dalam 8 kelas (Hartadi et al.,1997) antara lain:
1.    Pakan kasar (roughage), yaitu bahan pakan yang banyak mengandung serat kasar dan rendah energinya.
2.    Hijauan segar (green forage, pasture), yaitu hijauan segar yang baru dipotong.
3.    Silase (Silage), yaitu hijauan yang sengaja diawetkan melalui proses fermentasi secara tanpa udara/oksigen (anaerob) dalam suatu tempat yang disebut silo.
4.    Sumber energi, yaitu pakan yang banyak mengandung energi.
5.    Sumber protein, yaitu pakan yang mengandung protein lebih dari 20%.
6.    Sumber mineral, contohnya tepung tulang, kerang, kapur, dicaphos, tricaphos, garam, dan lain-lain.
7.    Sumber vitamin, contohnya buah-buahan, tauge, hijauan kacang-kacangan, wortel, dan lain-lain.
8.    Bahan additive, yaitu bahan yang perlu ditambahkan dalam jumlah yang relatif sedikit yang kadang kala juga diperlukan untuk melengkapi ransum.
2.1.1.   Kulit Buah Manggis
Kulit manggis (Gracinia mangostana L) merupakan kulit yang dibuang oleh konsumen atau dapat disebut limbah hasil pertanian.  Kulit buah manggis banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku produk pangan.  Kulit buah manggis bermanfaat bagi kesehatan karena mengandung anosianin, tanin, senyawa fenol/polifenol, epikatekin dan xanthone.  Xanthone merupakan senyawa organik yang mempunyai banyak turunan di alam dan memiliki aktivitas antioksidan.  Kulit buah manggis terdapat zat antosianin yang bermanfaat sebagai pewarna alami maupun antioksidan, mencegah penyakit neuronal, kardiovaskuler, kanker dan diabetes (BB-Pascapanen, 2012).  Kulit manggis terdapat pigmen berwarna coklat-ungu yang bersifat larut dalam air (Markakis, 1982).  Kandungan nutrisi yang terdapat dalam kulit buah manggis antara lain kadar air 9%, kadar abu 2,58%, kadar protein 2,68%, kadar serat kasar 30,05% (Metriva, 1995). Kadar lemak pada kulit manggis sebesar 3,02% (BB-Pascapanen, 2012).

2.2.      Analisis Proksimat
Analisis proksimat dapat dikatakan sebagai analisis yang berdasarkan perkiraan saja, tetapi sudah dapat menggambarkan komposisi bahan yang dimaksud (Sumartini dan Kantasubrata, 1992).  Analisis proksimat yang dilakukan adalah untuk mengetahui kadar suatu komponen tertentu yang terkandung di dalam bahan pakan (Argasamita, 2008).  Komponen yang ada pada bahan pakan digolongkan berdasarkan komposisi kimia dan fungsinya, yaitu air (moisture), abu (ash), protein kasar (crude protein), lemak kasar (ether extract),serat kasar (crude fiber) dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (nitrogen free extract) (Suparjo, 2010).      
Air merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena dapat mempengaruhi penampakan, tekstur serta cita rasa makanan.  Kandungan air dalam bahan makanan juga menentukan acceptability (penerimaan), kesegaran dan daya tahan bahan itu (Winarno, 1997).  Kadar Air dalam makanan sedikit akan menyebabkan makanan lama pada masa simpanannya (Yuyun dan Gunarsa, 2011).  Faktor yang mempengaruhi kadar air yaitu pengeringan dan kandungan air dari suatu bahan pakan (Sutardi, 2006).  Analisis kadar air adalah usaha untuk mengetahui persentase air yang ada dalam bahan baku pakan.  Bahan baku yang akan diuji biasanya dikeringkan atau kadar air yang ada di dalam bahan baku diluarkan (diuapkan), selanjutnya ditimbang dan ada perbedaan berapa persen dengan bahan baku sebelum dikeringkan (Murtidjo, 1987).
Abu adalah zat anorganik sisa hasil dari pembakaran suatu bahan organik. Penentuan abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan antara lain sebagai parameter nilai gizi dalam suatu bahan makanan juga untuk mengetahui baik tidaknya suatu proses pengolahan serta untuk mengetahui jenis bahan yang digunakan (Sudarmadji et al., 1996).  Analisis kadar abu adalah usaha untuk mengetahui kadar abu bahan baku pakan. Analisis kadar abu secara umum ditentukan dengan membakar bahan baku pakan, biasanya hanya zat-zat organik, selanjutnya ditimbang dan sisanya disebut abu (Murtidjo, 1987).
Serat kasar (crude fiber) didefinisikan sebagai bagian dari pakan yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia tertentu, yaitu asam sulfat dan natrium hidroksida mendidih (Fardiaz et al., 1989).  Analisis serat kasar (crude fiber) tidak dapat menunjukkan nilai serat pangan yang sebenarnya, sebabsekitar 20-50% selulosa dan 50-80% hemiselulosa hilang selama proses analisis berlangsung  (Van Soest dan Robertson, 1977).  Perbedaan kadar serat kasar yang terdapat pada bahan pakan dipengaruhi oleh umur tanaman, dan jenis tanaman yang digunakan sebagai sampel dalam analisis (Tilman et al., 1991).  Analisis kadar serat kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar serat kasar bahan baku pakan. Zat-zat yang tidak larut selama pemasakan bisa diketahui karena terdiri dari serat kasar dan zat-zat mineral, kemudian disaring, dikeringkan, ditimbang dan kemudian dipijarkan lalu didinginkan dan ditimbang sekali lagi.  Perbedaan berat yang dihasilkan dari penimbangan menunjukkan berat serat kasar yang ada dalam makanan atau bahan baku pakan (Murtidjo, 1987).
Lemak adalah suatu golongan senyawa yang bersifat tidak larut air, namun larut dalam pelarut organik.  Pelarut yang umum digunakan untuk mengukur kadar lemak adalah heksana, dietil eter dan proteleum eter (Sudarmaji et al., 1996).  Analisis kadar lemak kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar lemak bahan baku pakan (Murtidjo, 1987).  Kadar lemak dalam analisis proksimat ditentukan dengan mengekstraksikan bahan pakan dalam pelarut organik.Zat lemak terdiri dari karbon, oksigen dan hidrogen.  Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini bukan lemak murni akan tetapi campuran dari berbagai zat yang terdiri dari klorofil, xantofil, karoten dan lain-lain (Anggorodi,1994)Kadar lemak pada tanaman dipengaruhi oleh spesies, umur, lokasi penanaman dan bagian yang digunakan untuk sampel (Kamal, 1994).  Protein adalah suatu senyawa yang sebagian besar terdiri atas unsur nitrogen.  Jumlah unsur ini dapat digunakan sebagai dasar penentuan kadar protein dalam bahan pakan (Argasasmita, 2008).
Protein tersusun atas satuan-satuan molekul yang saling berikatan yang disebut asam alfa amino.  Setiap asam amino saling dihubungkan oleh suatu ikatan kovalen yang disebut ikatan peptida (Sumartini dan Kartasubrata, 1992). Kandungan N yang terdapat di dalam dahan pakan, tidak selalu berupa N protein, tetapi terdapat juga N untuk senyawa lain (Soejono, 1990).  Kadar protein suatu bahan pakan secara umum dapat diperhitungkan dengan analisis kadar protein kasar.  Analisis kadar protein ini merupakan usaha untuk mengetahui kadar protein bahan baku pakan. Analisis kadar protein digunakan untuk menguji kadar protein, ditentukan kadar nitrogennya secara kimiawi kemudian angka yang diperoleh dikalikan dengan faktor 6,25 = (100 : 16).  Faktor tersebut digunakan sebab nitrogen mewakili sekitar 16% dari protein (Murtidjo, 1987).
Kandungan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen suatu bahan pakan sangat tergantung pada komponen lainnya, seperti abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar.  Jika jumlah abu, protein kasar, esktrak eter dan serat kasar dikurangi dari 100, perbedaan itu disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Soejono, 1990).  BETN merupakan karbohidrat yang dapat larut meliputi monosakarida, disakarida dan polisakarida yang mudah larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang tinggi (Anggorodi, 1994).

BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak dilaksanakan pada hari Rabu, 15 Mei 2013 pukul 05.45 – 23.00 WIB dan hari Kamis, 16 Mei 2013 pukul 05.30 – 24.00 WIB. Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi Pakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1.      Materi
            Materi yang digunakan dalam praktikum ini adalah tepung kulit buah manggis, sedangkan alat yang digunakan adalah botol timbang, timbangan analitis, oven, eksikator, crucible porcelain, tanur, labu erlenmeyer, gelas beker, gelas ukur, corong Buchner, kertas saring biasa berbentuk persegi, kertas saring bebas abu berbentuk lingkaran, soxhlet, pendingin tegak, buret, labu destruksi, kompor listrik, alat destilasi,  almari asam, dan alat titrasi. Bahan yang digunakan adalah tepung kulit buah manggis, larutan H2SO4­­­ 0,3 N 50 ml, larutan NaOH 1,5 N 25 ml, methyl red + methyl blue.
3.2.      Metode
3.2.1.   Kadar Air
            Metode yang digunakan dalam analisis kadar air adalah dengan cara mencuci botol timbang.  Mengeringkannya dalam oven selama 1 jam pada suhu 105 – 110oC.  Mendinginkan botol timbang yang telah dioven pada eksikator selama 15 menit dan menimbangnya.  Menimbang sampel sebanyak ± 1 gram dan memasukkan ke dalam botol timbang.  Mengovennya selama 4 – 6 jam pada suhu 105 – 110oC.  Mendinginkan sampel dan botol timbangtersebut dalam eksikator selama 15 menit dan menimbangnya.  Melakukan pemanasan pada oven secara berulang sebanyak 2 - 3 kali sampai berat sampel benar-benar konstan.  Menghitung kadar air sampel tersebut dengan rumus :



3.2.2.   Kadar Abu
            Metode yang digunakan dalam analisis kadar abu adalah dengan cara mencuci bersih crucible porcelain dengan air.  Mengeringkan botol timbang dalam oven pada suhu 105 – 110oC selama 1 jam.  Mendinginkannya dalam eksikator selama 15 menit dan menimbangnya.  Menimbang sampel sebanyak ± 1 gram dan menuangkannya dalam crucible porcelain sebagai wadahnya.  Memijarkan sampel dalam crucible porcelain dengan tanur listrik pada suhu 400 – 600oC dalam waktu 4 – 6 jam.  Mematikan tanur dan menurunkan suhunya sampai suhu 120oCMendinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan menimbangnya. Menghitung kadar abu sampel tersebut dengan rumus :


3.2.3.   Kadar Serat Kasar
            Metode yang digunakan dalam analisis kadar serat kasar adalah dengan cara mencuci bersih semua alat yang akan digunakan.  Memasukkan gelas beker dan kertas saring dalam oven pada suhu 105 – 110oC selama 1 jam.  Mendinginkannya dalam eksikator selama 15 menit dan menimbangnya. Menimbang sampel sebanyak ± 1 gram dan memasukkannya dalam gelas beker. Memasukkan 50 ml H2SO4 0,3 N dan memasaknya sampai 30 menit setelah mendidih.  Memasukkan 25 ml NaOH 1,5 N dan memasaknya sampai 30 menit setelah.  Menyaring larutan tersebut menggunakan kertas saring yang telah terpasang dalam corong Buchner.  Menyaring sampel dengan berturut-turut menggunakan 50 ml aquades panas untuk membuka pori-pori kertas saring, 50 ml H2SO4 0,3 N untuk melarutkan karbohidrat sederhana dan protein pada sampel, 50 aquades panas untuk membersihkan larutan H2SO4 dan membuka kembali pori-pori kertas saring serta 25 ml aseton untuk mengeringkan secara basah.  Memasukkan kertas saring dan isinya kedalam crucible porcelain. Mengeringkannya dalam oven pada suhu 105 – 110oC selama 1 jam. Mendinginkannya dalam eksikator selama 15 menit dan menimbangnya.  Memijarkan kertas saring dan isinya yang ada dalam crucible porcelain dalam tanur listrik pada suhu 400 – 600oC selama 4 – 6 jam.  Mendinginkannya dalam eksikator selama 15 menit dan menimbangnya.  Menghitung kadar serat kasar dalam sampel dengan rumus :
3.2.4.   Kadar Lemak Kasar
            Metode yang digunakan dalam analisis lemak kasar adalah dengan cara menimbang sampel menggunakan kertas minyak ± 1 gram.  Membungkus sampel yang telah ditimbang dengan menggunakan kertas saring.  Mengoven sampel pada suhu 105o110oC selama 4 – 6 jam.  Mendinginkannya dalam eksikator selama 15 menit dan menimbangnya.  Memasukkan sampel ke dalam alat soxhlet. Melakukan penyarian dengan menambahkan N-hexane selama ± 3 – 4 jam.  Mengeluarkan sampel dari alat soxhlet dan mengangin-anginkan sampai tidak berbau N-hexane.  Mengeringkan sampel yang terbungkus kertas saring dalam oven pada suhu 105o110oC  selama 6 jam.  Mendinginkannya dalam eksikator  selama 15 menit dan menimbangnya.  Melakukan perhitungan kadar lemak kasar dalam sampel dengan rumus :
3.2.5.   Kadar Protein Kasar
            Metode yang digunakan dalam analisis kadar serat kasar adalah dengan cara menimbang sampel bahan pakan ± 1 gram.  Memasukan sampel ke dalam labu destruksi (labu Kjeldahl).  Menambahkan selenium sebanyak ± 1 gram dan asam sulfat pekat (H2SO4 98%) sebanyak 15 ml.  Melakukan proses destruksi dalam almari asam dari warna hitam pekat berubah menjadi hijau jernih. Melakukan proses destilasi menggunakan larutan penangkap H3BO3 4% sebanyak 20 ml dan 2 tetes indikator Methyl Red ditambah Methyl Blue.  Memasukkan sampel ke dalam labu destilasi dan menambahkan 50 ml aquades + 40 ml NaOH 45 %.  Melakukan destilasi sampai larutan H3BO3 4%  berubah warna dari ungu menjadi hijau.  Mentitrasi hasil destilasi dengan menggunakan HCl 0,1 N sampai terbentuk warna ungu kembali.  Hasil titrasi tersebut merupakan titran sampel. Membuat titran blangko dengan cara memasukkan 50 ml aquades dan 40 ml NaOH ke dalam labu destilasi lalu mendestilasinya.  Melakukan destilasi dengan menggunakan penangkap H3BO3 4% sebanyak 20 ml dan 2 tetes indikator Methyl Red ditambah Methyl Blue sampai penangkap berubah warna dari ungu menjadi warna hijau jernih.  Mentitrasi larutan penangkap tersebut dengan menggunakan HCl 0,1 N sampai terbentuk warna ungu kembali.  Melakukan perhitungan kadar protein kasar dalam sampel dengan rumus :
3.2.6.   Kadar BETN
Kadar BETN dihitung dengan menentukan kadar air, kadar abu, kadar serat kasar, kadar lemak dan kadar protein dalam bentuk % BK.  Menghitung BETN dengan rumus :
BETN = 100 – (Abu + LK + SK + PK)

6 komentar:

  1. Mbak, boleh di upload daftar pustaka untuk analisis proksimat nya :). Saya mau cari buku-buku nya. Makasih

    BalasHapus
  2. maaf yaa baru sempet buka, iyya ditunggu aja

    BalasHapus
  3. tulisan yang bermanfaat. salam kenal dari fapet ugm.

    BalasHapus
  4. Dear Miss Harum,,,
    sy masih awam dalam dunia peternakan, bisa ga minta tolong untuk di jelaskan arti dan kegunaan TDN, DE, ME, protein, serat kasar dalam kandungan nutrisi ternak,,, mohon jawabannya,,, terima kasih,,,

    BalasHapus
  5. Makasih mbg artikelnya ..salam juga dari fapet Univ.Islam Balitar.

    BalasHapus