BAB I
PENDAHULUAN
Pakan merupakan salah satu komponen
penting dalam suatu usaha peternakan. Biaya
tertinggi yang harus dikeluarkan dalam suatu usaha peternakan biasanya berasal
dari biaya pakan. Pakan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi ternak yang nantinya akan berpengaruh pada
produktivitas ternak serta pertumbuhan dan perkembangan ternak. Pakan yang dibutuhkan harus memiliki kualitas baik yaitu pakan yang
mengandung seluruh nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak. Kandungan nutrisi dari suatu bahan pakan
dapat diketahui melalui beberapa analisis bahan pakan salah satunya yaitu
analisis proksimat. Analisis proksimat
adalah suatu analisis untuk mengetahui kadar suatu komponen tertentu yang
terkandung di dalam bahan pakan dan hasilnya hanya perkiraan saja bukan angka
yang sebenarnya. Kulit buah manggis
merupakan salah satu limbah perkebunan yang dapat dimanfaatkan sebagai
alternatif pakan. Kulit buah manggis
mengandung banyak karbohidrat yang berfungsi sebagai sumber energi bagi ternak. Tujuan dari
praktikum Ilmu Nutrisi Ternak adalah untuk mengetahui kandungan nutrisi dari
sampel bahan pakan dengan menggunakan metode analisis proksimat. Manfaat
yang dapat diperoleh dari praktikum Ilmu Nutrisi Ternak adalah dapat mempraktikkan secara langsung prosedur
analisis proksimat untuk mengetahui kandungan nutrisi
dari suatu sampel atau bahan pakan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Bahan Pakan
Bahan pakan merupakan
segala sesuatu yang dapat dimakan, dapat diabsorbsi dan bermanfaat bagi
ternak. Bahan pakan adalah segala
sesuatu yang memenuhi semua persyaratan tersebut (Kamal, 1994). Bahan pakan Secara internasional dibagi dalam
8 kelas (Hartadi et
al.,1997) antara lain:
1.
Pakan kasar (roughage), yaitu bahan pakan yang banyak mengandung serat kasar dan
rendah energinya.
2.
Hijauan segar (green forage, pasture), yaitu hijauan segar yang baru dipotong.
3.
Silase (Silage), yaitu hijauan yang sengaja diawetkan melalui proses
fermentasi secara tanpa udara/oksigen (anaerob)
dalam suatu tempat yang disebut silo.
4.
Sumber energi, yaitu pakan yang banyak
mengandung energi.
5.
Sumber protein, yaitu pakan yang
mengandung protein lebih dari 20%.
6.
Sumber mineral, contohnya tepung tulang,
kerang, kapur, dicaphos, tricaphos, garam, dan lain-lain.
7.
Sumber vitamin, contohnya buah-buahan,
tauge, hijauan kacang-kacangan, wortel, dan lain-lain.
8.
Bahan additive, yaitu bahan yang perlu
ditambahkan dalam jumlah yang relatif sedikit yang kadang kala juga diperlukan
untuk melengkapi ransum.
2.1.1.
Kulit Buah Manggis
Kulit manggis (Gracinia mangostana L) merupakan kulit
yang dibuang oleh konsumen atau dapat disebut limbah hasil pertanian. Kulit buah manggis banyak dimanfaatkan sebagai
bahan baku produk pangan. Kulit buah
manggis bermanfaat bagi kesehatan karena mengandung anosianin, tanin, senyawa
fenol/polifenol, epikatekin dan xanthone.
Xanthone merupakan senyawa organik
yang mempunyai banyak turunan di alam dan memiliki aktivitas antioksidan. Kulit buah manggis terdapat zat antosianin
yang bermanfaat sebagai pewarna alami maupun antioksidan, mencegah penyakit
neuronal, kardiovaskuler, kanker dan diabetes (BB-Pascapanen, 2012). Kulit manggis terdapat pigmen berwarna
coklat-ungu yang bersifat larut dalam air (Markakis, 1982). Kandungan nutrisi yang terdapat dalam kulit
buah manggis antara lain kadar air 9%, kadar abu 2,58%, kadar protein 2,68%, kadar
serat kasar 30,05% (Metriva, 1995). Kadar lemak pada kulit manggis sebesar
3,02% (BB-Pascapanen, 2012).
2.2. Analisis Proksimat
Analisis
proksimat dapat dikatakan sebagai analisis yang berdasarkan perkiraan saja,
tetapi sudah dapat menggambarkan komposisi bahan yang dimaksud (Sumartini dan
Kantasubrata, 1992). Analisis proksimat
yang dilakukan adalah untuk mengetahui kadar suatu komponen tertentu yang
terkandung di dalam bahan pakan (Argasamita, 2008). Komponen yang ada pada
bahan pakan digolongkan berdasarkan komposisi kimia dan fungsinya, yaitu air (moisture), abu (ash), protein kasar (crude
protein), lemak kasar (ether
extract),serat kasar (crude fiber)
dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (nitrogen
free extract) (Suparjo, 2010).
Air merupakan komponen penting
dalam bahan makanan karena dapat mempengaruhi penampakan, tekstur serta cita
rasa makanan. Kandungan air dalam bahan
makanan juga menentukan acceptability (penerimaan),
kesegaran dan daya tahan bahan itu (Winarno, 1997). Kadar Air dalam makanan sedikit
akan menyebabkan makanan lama pada masa simpanannya (Yuyun dan Gunarsa, 2011). Faktor
yang mempengaruhi kadar air yaitu pengeringan dan
kandungan air dari suatu bahan pakan (Sutardi, 2006). Analisis
kadar air adalah usaha untuk mengetahui persentase air yang ada dalam bahan
baku pakan. Bahan baku yang akan diuji biasanya
dikeringkan atau kadar air yang ada di dalam bahan baku diluarkan (diuapkan), selanjutnya
ditimbang dan ada perbedaan berapa persen dengan bahan baku sebelum dikeringkan
(Murtidjo, 1987).
Abu adalah zat
anorganik sisa hasil dari pembakaran suatu bahan organik. Penentuan abu total
dapat digunakan untuk berbagai tujuan antara lain sebagai parameter nilai gizi
dalam suatu bahan makanan juga untuk mengetahui baik tidaknya suatu proses
pengolahan serta untuk mengetahui jenis bahan yang digunakan (Sudarmadji et al., 1996). Analisis kadar abu adalah usaha untuk
mengetahui kadar abu bahan baku pakan. Analisis kadar abu secara umum
ditentukan dengan membakar bahan baku pakan, biasanya hanya zat-zat organik,
selanjutnya ditimbang dan sisanya disebut abu (Murtidjo, 1987).
Serat kasar (crude fiber) didefinisikan sebagai
bagian dari pakan yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia
tertentu, yaitu asam sulfat dan natrium hidroksida mendidih (Fardiaz et al., 1989). Analisis serat kasar (crude fiber) tidak dapat menunjukkan nilai serat pangan yang sebenarnya,
sebabsekitar 20-50% selulosa dan 50-80% hemiselulosa hilang selama proses
analisis berlangsung (Van Soest dan
Robertson, 1977). Perbedaan
kadar serat kasar yang terdapat
pada bahan pakan dipengaruhi oleh umur tanaman, dan jenis
tanaman yang digunakan sebagai sampel dalam analisis (Tilman et al., 1991). Analisis
kadar serat kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar serat kasar bahan baku
pakan. Zat-zat yang tidak larut selama pemasakan bisa diketahui karena terdiri
dari serat kasar dan zat-zat mineral, kemudian disaring, dikeringkan, ditimbang
dan kemudian dipijarkan lalu didinginkan dan ditimbang sekali lagi. Perbedaan berat yang dihasilkan dari
penimbangan menunjukkan berat serat kasar yang ada dalam makanan atau bahan
baku pakan (Murtidjo, 1987).
Lemak adalah
suatu golongan senyawa yang bersifat tidak larut air, namun larut dalam pelarut
organik. Pelarut yang umum digunakan
untuk mengukur kadar lemak adalah heksana, dietil eter dan proteleum eter
(Sudarmaji et al., 1996). Analisis kadar lemak kasar adalah usaha untuk
mengetahui kadar lemak bahan baku pakan (Murtidjo, 1987). Kadar lemak dalam
analisis proksimat ditentukan dengan mengekstraksikan bahan pakan dalam pelarut
organik.Zat lemak terdiri dari karbon, oksigen dan hidrogen. Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini bukan lemak murni akan
tetapi campuran dari berbagai zat yang terdiri dari klorofil, xantofil, karoten
dan lain-lain (Anggorodi,1994). Kadar lemak pada tanaman
dipengaruhi oleh spesies, umur, lokasi penanaman dan bagian yang digunakan
untuk sampel (Kamal, 1994). Protein adalah suatu senyawa yang sebagian
besar terdiri atas unsur nitrogen. Jumlah
unsur ini dapat digunakan sebagai dasar penentuan kadar protein dalam bahan
pakan (Argasasmita, 2008).
Protein tersusun
atas satuan-satuan molekul yang saling berikatan yang disebut asam alfa
amino. Setiap asam amino saling
dihubungkan oleh suatu ikatan kovalen yang disebut ikatan peptida (Sumartini
dan Kartasubrata, 1992). Kandungan N yang
terdapat di dalam dahan pakan, tidak selalu berupa N protein, tetapi
terdapat juga N untuk senyawa lain (Soejono, 1990). Kadar protein suatu bahan pakan secara umum
dapat diperhitungkan dengan analisis kadar protein kasar. Analisis kadar protein ini merupakan usaha
untuk mengetahui kadar protein bahan baku pakan. Analisis kadar protein
digunakan untuk menguji kadar protein, ditentukan kadar nitrogennya secara
kimiawi kemudian angka yang diperoleh dikalikan dengan faktor 6,25 = (100 :
16). Faktor tersebut digunakan sebab
nitrogen mewakili sekitar 16% dari protein (Murtidjo, 1987).
Kandungan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen suatu bahan pakan sangat
tergantung pada komponen lainnya, seperti abu, protein kasar, serat kasar dan
lemak kasar. Jika
jumlah abu, protein kasar, esktrak eter dan serat kasar dikurangi dari 100,
perbedaan itu disebut bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Soejono, 1990). BETN
merupakan karbohidrat yang dapat larut meliputi monosakarida, disakarida dan
polisakarida yang mudah larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya
cerna yang tinggi (Anggorodi, 1994).
BAB III
MATERI
DAN METODE
Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
dilaksanakan pada hari Rabu, 15
Mei 2013 pukul 05.45 – 23.00
WIB dan hari Kamis, 16 Mei 2013 pukul 05.30 – 24.00 WIB. Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi Pakan Fakultas
Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
Materi yang digunakan dalam praktikum ini adalah tepung kulit buah manggis,
sedangkan alat yang digunakan adalah botol timbang, timbangan analitis, oven,
eksikator, crucible porcelain, tanur, labu erlenmeyer, gelas beker, gelas ukur,
corong Buchner, kertas saring biasa berbentuk persegi, kertas
saring bebas abu berbentuk lingkaran, soxhlet, pendingin tegak, buret,
labu destruksi, kompor listrik, alat destilasi, almari asam, dan alat titrasi. Bahan yang digunakan
adalah tepung kulit buah manggis, larutan H2SO4
0,3 N 50 ml, larutan NaOH 1,5 N 25 ml, methyl red + methyl blue.
3.2. Metode
3.2.1. Kadar Air
Metode yang digunakan dalam analisis kadar air adalah dengan cara mencuci botol timbang. Mengeringkannya dalam
oven selama 1 jam pada suhu 105 – 110oC. Mendinginkan botol timbang
yang telah dioven pada eksikator selama 15 menit dan menimbangnya. Menimbang sampel sebanyak ± 1 gram dan memasukkan ke dalam botol
timbang. Mengovennya selama 4 – 6
jam pada suhu 105 – 110oC. Mendinginkan
sampel dan botol timbangtersebut dalam eksikator selama 15 menit dan menimbangnya. Melakukan pemanasan pada oven
secara berulang sebanyak 2 - 3 kali sampai berat sampel
benar-benar konstan. Menghitung kadar air
sampel tersebut dengan rumus :
3.2.2. Kadar Abu
Metode yang digunakan dalam analisis kadar abu adalah dengan cara mencuci bersih crucible porcelain dengan
air. Mengeringkan botol timbang dalam oven pada suhu 105 – 110oC selama 1 jam. Mendinginkannya dalam eksikator selama 15 menit dan menimbangnya. Menimbang sampel sebanyak ± 1 gram dan menuangkannya dalam crucible porcelain sebagai wadahnya. Memijarkan
sampel dalam crucible porcelain
dengan tanur listrik pada suhu 400 – 600oC dalam waktu 4 – 6 jam. Mematikan tanur dan menurunkan
suhunya sampai suhu 120oC. Mendinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan menimbangnya. Menghitung kadar abu sampel tersebut dengan rumus :
3.2.3. Kadar Serat Kasar
Metode yang digunakan dalam analisis kadar serat kasar adalah dengan
cara mencuci bersih semua alat yang akan digunakan. Memasukkan gelas beker dan kertas saring dalam oven pada suhu 105 – 110oC
selama 1 jam. Mendinginkannya dalam
eksikator selama 15 menit dan menimbangnya. Menimbang sampel sebanyak ± 1 gram
dan memasukkannya dalam gelas beker.
Memasukkan 50 ml H2SO4 0,3 N dan
memasaknya sampai 30 menit setelah
mendidih. Memasukkan
25 ml NaOH 1,5 N dan memasaknya
sampai 30 menit setelah. Menyaring larutan tersebut
menggunakan kertas saring yang telah terpasang dalam corong Buchner. Menyaring sampel dengan berturut-turut menggunakan 50 ml aquades panas untuk membuka pori-pori kertas saring, 50 ml H2SO4 0,3 N untuk melarutkan karbohidrat sederhana dan protein pada sampel, 50 aquades panas untuk
membersihkan larutan H2SO4 dan membuka kembali pori-pori kertas saring serta
25 ml aseton untuk mengeringkan
secara basah. Memasukkan
kertas saring dan isinya kedalam crucible
porcelain. Mengeringkannya dalam oven pada suhu 105 – 110oC selama 1
jam. Mendinginkannya dalam eksikator selama 15 menit dan menimbangnya. Memijarkan kertas saring dan isinya yang ada
dalam crucible porcelain dalam tanur
listrik pada suhu 400 – 600oC selama 4 – 6 jam. Mendinginkannya dalam eksikator selama 15 menit dan menimbangnya. Menghitung
kadar serat kasar dalam sampel dengan rumus :
3.2.4. Kadar Lemak Kasar
Metode yang digunakan dalam analisis lemak kasar adalah dengan cara menimbang sampel menggunakan kertas minyak ± 1 gram. Membungkus sampel yang
telah ditimbang dengan menggunakan kertas saring. Mengoven sampel pada suhu 105o – 110oC selama 4
– 6 jam. Mendinginkannya dalam eksikator selama
15 menit dan menimbangnya. Memasukkan sampel ke dalam alat
soxhlet. Melakukan penyarian dengan menambahkan
N-hexane selama ± 3 – 4 jam. Mengeluarkan sampel dari
alat soxhlet dan mengangin-anginkan sampai tidak berbau N-hexane. Mengeringkan
sampel yang terbungkus kertas saring dalam oven pada suhu 105o – 110oC selama 6 jam.
Mendinginkannya
dalam eksikator selama 15 menit dan
menimbangnya. Melakukan perhitungan kadar lemak kasar dalam
sampel dengan rumus :
3.2.5. Kadar Protein Kasar
Metode yang digunakan dalam analisis kadar serat kasar adalah dengan
cara menimbang sampel bahan pakan ± 1 gram. Memasukan sampel ke dalam labu destruksi (labu Kjeldahl). Menambahkan selenium sebanyak ± 1 gram dan asam sulfat pekat (H2SO4
98%) sebanyak 15 ml. Melakukan proses
destruksi dalam almari asam dari warna hitam pekat berubah menjadi hijau jernih. Melakukan proses
destilasi menggunakan larutan penangkap H3BO3 4% sebanyak
20 ml dan 2 tetes indikator Methyl Red ditambah Methyl Blue. Memasukkan sampel ke dalam labu
destilasi dan menambahkan 50 ml aquades + 40 ml NaOH 45 %. Melakukan destilasi sampai larutan
H3BO3 4% berubah warna dari ungu menjadi hijau. Mentitrasi
hasil destilasi dengan menggunakan HCl 0,1 N sampai terbentuk warna ungu
kembali. Hasil titrasi tersebut merupakan titran
sampel. Membuat
titran blangko dengan cara memasukkan 50 ml aquades dan 40 ml NaOH ke
dalam labu destilasi lalu mendestilasinya. Melakukan destilasi dengan
menggunakan penangkap H3BO3 4% sebanyak 20 ml dan 2 tetes
indikator Methyl Red ditambah Methyl Blue sampai penangkap berubah warna dari ungu menjadi warna hijau jernih. Mentitrasi
larutan penangkap
tersebut dengan menggunakan HCl 0,1 N sampai terbentuk warna ungu kembali. Melakukan
perhitungan kadar protein kasar dalam sampel dengan rumus :
3.2.6. Kadar BETN
Kadar BETN dihitung dengan menentukan
kadar air, kadar abu, kadar serat kasar, kadar lemak dan kadar protein dalam
bentuk % BK. Menghitung BETN dengan
rumus :
BETN = 100 – (Abu
+ LK + SK + PK)
Mbak, boleh di upload daftar pustaka untuk analisis proksimat nya :). Saya mau cari buku-buku nya. Makasih
BalasHapusmaaf yaa baru sempet buka, iyya ditunggu aja
BalasHapustulisan yang bermanfaat. salam kenal dari fapet ugm.
BalasHapussama-sama janu :) salam kenal :D
HapusDear Miss Harum,,,
BalasHapussy masih awam dalam dunia peternakan, bisa ga minta tolong untuk di jelaskan arti dan kegunaan TDN, DE, ME, protein, serat kasar dalam kandungan nutrisi ternak,,, mohon jawabannya,,, terima kasih,,,
Makasih mbg artikelnya ..salam juga dari fapet Univ.Islam Balitar.
BalasHapus