Senin, 24 Agustus 2015

SINKRONISASI ESTRUS

SINKRONISASI ESTRUS
Menurut Sunandar dan Rismiyanti (2012) menjelaskan tentang prosedur yang digunakan untuk melakukan  sinkronisasi estrus pada sapi potong maupun perah, yaitu sebagai berikut:
      1.            Screening atau seleksi sapi induk
Dilakukan dengan cara pengecekan catatan reproduksi dan pemeriksaan kebuntingan terhadap individu sapi, meliputi tanggal birahi dan IB terakhir.  Sapi dalam keadaan bunting tidak boleh dilakukan sinkronisasi estrus, karena akan menyebabkan abortus. Syarat lain sapi yindukan yang akan dilakukan sinkronisai estrus harus memiliki BCS optimum, mempunyai alat reproduksi yang baik. Terbebas dari peradangan alat reproduksi, endrometritis, metritis dan vaginitis karena akan berpengaruh pada efek kebuntingan.
      2.            Aplikasi hormone PGF2α
Sinkronisasi estrus yang menggunakan preparan hormone prostaglandin harus dilakukan pemeriksaan Corpus Liteum (CL). Tahapan ini sangat penting karena menentukan keberhasilan timbulnya birahi. Induk yang sudah terseleksi akan dilakukan aplikasi hormone prostaglandin. Pelaksanaannya secara intramuscular dengan dosis 2 ml/ekor dengan target organ CL. Penggunaan PGF2α akan melisiskan CL sehingga menyebabkan perkembangan folikuler, menimbulkan gejala birahi, dan ovulasi pada induk sapi. Satu sampai tiga hari setelah diberi perlakuan hormon, induk sapi akan menunjukkan gejala birahi.
      3.            Inseminasi buatan (IB)
6 sampai 24 jam setelah timbulnya birahi, seluruh induk sapi dikawinkan dengan cara IB.

      4.            Deteksi kebuntuingan
60 hari setelah IB, deteksi kebuntingan dapat dilakukan untuk mengetahui keberhasilan IB atau kebuntingan pada induk sapi.

            Hasil penelitian dari Solihati (2005) yang menggunakan metode tersebut, bahwa perlakuan progesterone yang dikombinasikan intramuskuler cukup efektif dalam upaya peningkatan sehingga dapat memperbaiki efisiensi produksi sapi perah yang berada dalam keadaan anestrus. Penggunaan PGF2_ secara intrauterin walaupun lebih ekonomis namun menghasilkan angka kebuntingan yang kurang baik dibandingkan dengan pemberian secara intramuskuler. Hal ini disebabkan pemberian secara intrauterin memiliki resiko yang cukup tinggi untuk terjadinya infeksi.

Sumber :

Solihati, N. 2005. Pengaruh Metode Pemberian PGF2α dalam Sinkronisasi Estrus terhadap Angka Kebuntingan Sapi Perah Anestrus. Karya Ilmiah. Universitas Padjajaran. Jatinagor.

Sunandar, N. dan Y. Rismiyanti. 2012. Sinkronisasi Estrus Tingkatkan Peluang Kelahiran secara Serentak pada Sapi Potong. Agroinvasi No. 3474: (14-16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar